Magnanimous Kaktus Part 2

(Sambungan Magnanimous Kaktus Part 1...)



“Kenapa semuanya jadi kayak gini, sih” keluhnya.
“Kayak gini, apanya ? inikan bentuk kejelasan, Meika. Aku juga jadi penasaran, Yuki itu punya tujuan nggak sama Kamu”
Ya, punya Lah !” tadah Meika.
Well, contohnya Apa ? Dia aja nggak pernah jemput Kamu di kelas, sejak Anak Mapala berantem sama himpunan Ekonomi”
                Meika makin menyembunyikan wajahnya dengan lengan, Ia menatap Greel sekilas lalu merunduk lagi.
“Tapi, Kita pernah punya impian. untuk bisa hidup sebagai keluarga harmonis di masa depan” tangguhnya.
“Masa depan yang mana ? Masa depan itu ada kalo dipersiapkan sejak sekarang. Nah, memangnya sekarang apa yang udah disiapkannya untuk masa depan ?”
“Dia udah mempersiapkan dirinya, Dia udah berubah. Dia kelihatan lebih ramah, semakin jarang make analgesic. Orang lain berhenti make paling cepat 6 bulan. Tapi, Yuki ? Demi Aku, Dia malah berhenti nggak sampe 4 bulan. itu pengorbanan Greel, semuanya demi apa. Kalo bukan demi masa depan ?” tatap Meika
                Greel mengangguk.
“Sekarang, udah dapat keyakinan kan ? artinya Kamu udah nggak ragu, buat kenalin Yuki ke Bokap Kamu..”
Meika diam
“..Meika, Cinta itu lebih dari sekedar rasa. Cinta itu butuh keyakinan. Cinta bukan hanya berbicara tentang pengorbanan. Tapi, juga tentang Pembuktian. Semua orang butuh pengakuan, Cinta juga kayak gitu lagi. Percaya deh,, Yuki pasti mau” lanjut Greel
                Gadis itu mengangkat wajahnya setengah dari kursi.
“Tunggu Yuki balik dari sosialisasi, Baru Aku mau bilang ini ke Dia. Aku nggak mau merusak konsentrasinya”
Yah, Kamu yang paling tau Dia. Aku sebagai teman hanya tim hore saja, baiknya kan Kamu yang paling ngerti”
Meika tersenyum.

~~~
                Angin mendesir lirih, membuat kertas kertas di tangan Joko berhamburan. Meika datang membantunya, Joko berpaling.
“Makasih, ya. Malaikat” pujinya
“Namaku Meika, Joko” tatap Meika geram, Joko tertawa renyah. Sejak pertama kali mengenal Meika, Joko sudah menyebutnya sebagai Angel.
                Di secret, hanya Joko satu satunya cowok yang religious. Kebanding yang lain, Joko adalah orang yang paling ceria, Walau anak-anak sering menjadikannya kacung.
“Kapan kalian balik dari luar kota ?”
“Tadi subuh, capek pokoknya. Yuki ada di atas, tuh” tunjuk Joko ke rumah pohon.
Meika mengangguk
Iya, Aku tau. Tapi, biarkan saja Dia tidur, Dia orang yang paling nggak suka diganggu kalo lagi tidur” ujar Meika.
“Jadi, semakin hafal apa yang disukai Yuki, yah ? Bikin iri”
Meika tertawa
“Kalian bikin kegiatan apa disana ?”
Sosialisasi gerakan mengurangi penggunaan kantong plastik, hari bersepeda dan gerakan satu miliar pohon. Antusiasnya lebih banyak kebanding disini” terang Joko.
“Gitu, ya ?”
Ko, kemarin nggak ikut ?”
“Aku ada middle test, Dosen merombak hari ujian, sebenarnya Mau ikut, sih. Tapi, keadaan nggak memungkinkan” ujar Meika.
                Joko mengangguk, Ia kembali memungut kertas-kertas di latar.
“Apa isi kertas-kertas, ini ?” tatap Meika
Oh, Aku lagi penasaran soal Novus Ordo Seclorum, biasalah informasi internet. Soal legalitasnya, itu masih tanda kutip”
“Kamu mirip sama Greel, Dia juga lagi hitz-hitz nya nyari info-
tentang Illuminati – Freemasonry. Inti dari keduanya sama aja, kan ?” ujar Meika.
Yah, entah itu konspirasi atau apalah jenisnya. Yang namanya informasi, diciptakan untuk di nikmati. itu aja, sih
“Bener, daripada berargumen. takutnya salah”
“Tapi, argument juga penting ko. nggak selamanya kan, Diam itu bisa dimengerti”
“Maksudku, baiknya Diam. Daripada bicara. Tapi, nggak tau apa yang sebenarnya lagi dibicarakan” jelas Meika
“Tapi, lebih baik bersuara, itu menandakan Kita peduli. Karna Diam, hanya akan membuat semua orang mengambil kesimpulannya masing-masing, cause silent is crime
“Nyeremin, ahk” kilah Meika
                Joko tertawa. Sesaat Yuki muncul di jendela dari atas rumah pohon.
“Mencoba mengambil perhatian Gadisku, Joko ?” tegur Yuki.
Meika mendongak
“Rencananya begitu. Tapi, baru bicara, Aku udah gemetar. Manggil namanya aja Aku salah” terang Joko, Yuki tertawa.
“Aku pergi dulu, ya ? lagi pengen bertapa, nunggu wangsit buat bayar uang kuliah” ujar Joko, Meika mengangguk.
                Cowok jakung berambut kribo itu berlalu.
“Sejak kapan Kamu disini ?”
“Barusan”
“Kenapa nggak langsung ke atas, aja ?”
“Kamunya lagi tidur, ntar Kita berantem lagi. Kamu kan paling nggak suka kalo tidur Aku bangunin” rajuk Meika.
“Itu kan kalo dibawah pengaruh morfin. Tapi, kalo lagi normal begini ya, Nggak Lah
                Meika menaiki tangga papan, menemui Yuki yang memeluk kopi panas.
“Bagaimana ? masih cape, ya ?” Meika mengurut pundaknya
Iya, dari sana. Keretanya malam, ada perbaikan rel. Jadi-
sampe sini pas orang lagi sholat subuh”
“Tapi, semuanya lancar kan ?” tatap Meika
Yuki menggeleng “Nggak”
“Kenapa ? ada apa ? Ada masalah, ya ?”
iya, masalahnya adalah disana nggak ada Kamu” ujar Yuki.
Meika menepak bahunya
“Kamu ini, Aku pikir kenapa”
Yuki menoleh, Ia merekatkan dekapannya.
“Aku kangen, bisa kan begini dulu ?”
Meika diam.

Ia memilih untuk mendekap Yuki erat.
“Tumben” bisik Meika
“Meika, Aku nggak tau. Tapi, ada yang membuatku merasa kurang nyaman”
“Tentang apa ?”
“Nggak tau, rasanya bikin sesak di dalam sini. Padahal Kita lagi baik-baik aja, Kita juga nggak lagi berantem”
Efek karna nggak make, mungkin ?”
“Bukan, Aku taulah bagaimana kalo lagi kayak gitu
“Ka’ Yuki, sebenarnya ada yang mau Aku bilang” bisik Meika
Yuki menatapnya dalam, Meika melepaskan pelukannya.
“Tentang Apa ?”
                Gadis itu melirik sepintas.
“Tentang Kita”
“Memangnya Kita kenapa ?”
Meika merunduk, Ia duduk di rajutan bamboo.
“Sebenarnya ada banyak hal terjadi akhir-akhir ini, Aku baru denger dan bingung mau jelasin ini ke Kamu. Aku dijodohin sama Julian”
“Mantan Kamu, itu. ya ?”
Iya, Aku nggak tau asalnya gimana sampe akhirnya keluarga memutuskan dengan kesimpulan kayak gitu. Tapi, semua ada keringanannya, ko. Kalo Kamu..”
                Yuki memalingkan wajahnya.
“Jadi, ini ternyata yang bikin perasaan Aku nggak enak selama Sosialisasi” kecamnya.
“..Denger dulu”
“Apanya ? Tentang kita yang berakhir karna hal seperti ini ? Kenapa, sih ? saat Kamu dan Aku jadi Kita, harus ada Dia dan Mereka ? ini semua maksudnya apa, coba ? setelah Dunia mengangkat Aku tinggi-tinggi, Tiba-tiba di jatuhin gitu aja ?!”
                Yuki meletakkan kasar gelas kopinya, sampai tumpahannya berbecak hitam di dinding.
“Aku belum selesai ngomong, Yuki. Bisa nggak, Kita jangan berantem dulu..” suara Meika melemas.
“..Semuanya akan baik-baik, aja. Percaya sama Aku” Meika meraih lengannya. Yuki menoleh.
“Apa ? apa yang bisa Aku lakukan agar Kamu tetap sama Aku” tatapnya, Meika tersenyum.
“..Kalo Kamu mau kenalan sama Papa Aku, Aku akan bilang kalo Kita pacaran dan meminta perjodohan itu dibatalkan. Bisa ?”
Yuki diam, Membuat Meika menyimpulkan banyak hal.
“Apa itu keringanannya ? Papa Kamu sendiri yang bilang ?”
“Ka’ Key yang bilang. Tapi, apapun itu pasti Papa ngerti, ko. Kalo Kamu menunjukkan keseriusan” ujar Meika
“Akan Aku coba”
“Serius ?” tatap Meika
                Yuki mengangguk, Ia menepak pundak Meika dengan tegap. Membagi senyuman di hadapannya
“Apapun yang terjadi, Aku akan bertahan. Aku cukup tau, ko. Kamu juga khawatir-kan ?”
Meika menggeleng
“Nggak, apa yang harus Aku khawatir-kan ? Kamu sayang sama Aku, Aku juga. itu kan tujuan Kita, Biar mereka tau. Aku bahagia sama Kamu”
“Sejak kapan Kamu jadi seyakin ini ? Aku itu Yuki, Anggara Yuki. Peri bawah tanah, Punggawa kerajaan. Sementara Kamu ? Meika, Meika Canaya. Bidadari terindah, Tuan Putri di Istana. Cuma orang bego yang bilang Kita serasi, Dan parahnya Kita nggak pernah ketemu sama orang Bego yang bisa bilang kayak gitu” tatap Yuki kelu.
                Meika meremas jemari Yuki seeratnya.
“Aku yang nggak yakin sama Kamu, atau malah Kamu yang nggak yakin sama Aku ?”
Yuki diam, Ia merunduk lagi.
“Segala kemungkinan bisa terjadi” jawab Yuki.
“Sampai zaman Adam-hawa balik sekalipun, Aku nggak pernah bisa sama Julian. Aku nggak mau menginjak kerikil yang sama, Aku bukan parasit yang nggak bisa move-on
Yuki menoleh
“Kita hanya perlu mencoba, kan ?”
Meika mengangguk.
“Kamu hanya harus percaya atas apa yang selama ini Kita percaya” ujar Meika.
“Kalo tanpa mereka, Kamu yakin masih bisa bahagia ?”
“Asal Kamu masih Yuki yang sama, Aku bahagia. ko
“Yuki yang tukang mabok ? pe-Make narkoba ? Tukang ngelawan ? anarkis ? apa yang itu ?”
“Yuki yang Aku kenal bukan Yuki yang Kamu tuturkan, Dia jauh lebih baik. Dia tau menghargai orang, Dia tau menghargai pasangannya, Dia paling tau segala hal yang wajar, Tapi. berharga”
                Yuki diam memeluk lututnya.
“Kita bisa, Yuki. Percaya sama apa yang selama ini Kita percaya. hemmm ?”
“Percaya jika Aku adalah orang yang selama ini Mereka percaya ?” tatapnya, Meika mengangguk.
Yaah, Aku tau” tutupnya.



a thousand years
***
Jika Kamu bisa percaya dengan apa yang Kamu rasakan, terkadang Apa yang kamu pikirkan menjadi hal yang nggak bisa sejalan.

“Kamu masih ingat ketika Aku bilang, Aku takut menggenggam jemari kamu ?” Yuki melirik sepintas
“Karna Kamu takut suatu hari nanti, jemarinya akan lepas dari genggaman Kamu ?”
Iya, Atau mungkin jika Suatu hari nanti adalah hari ini”
“Percaya, Aku nggak akan membiarkan Kamu melepaskan genggamanku” kecam Meika.


Yuki menatap sekeliling pagar Rumah yang menjulang tinggi, serta bagasi mobil yang lebih luas daripada tempat tinggalnya.
“Kalo Kita keluar dari sana nanti ?” Ia melirik Meika
“Aku akan tetap menggandeng jemari Kamu” jawab Meika.
Yuki mengangguk, menghalau semua keluh kesah dan rasa
khawatirnya yang mendesak, beberapa ribu kali lebih mengganggu ketimbang nahan sakaw.
                Meika masuk didalam rumahnya, Yuki mengimbangi langkah. Menemui wajah pertama yang disodorkan oleh Papa, terlihat tak bersahabat.
“Papa, kenalin ini Yuki” ujar Meika.
                Yuki meraih tangan Papa lalu kembali ke posisinya.
“Saya Yuki, Om”
“Oh, iya. silahkan duduk” Ujar Papa tenang.
“Jadi, kalian ini Pacaran ?” tatap Papa.
                Meika duduk disamping Yuki.
“Sejak kapan kenalnya ?” interview Papa berlanjut
“Saya kenal Meika udah lama, Om. sejak Semester pertama dimulai”
“Kalian sekelas ?”
“Nggak, Pa. Yuki ini senior Meika”
“Gitu, ya ?”
“Iya, Yuki yang Ospek Meika pas penerimaan. Pa”
“Oh, Jadi fakultas apa ? Semester berapa ?”
“Kehutanan, Om. Semester 7” jawab Yuki gagu
“Oh, sama kayak Key, anak Om yang pertama juga semester 7. Jadi, kemarin Nak Yuki KKN dimana?”
“Nggak KKN, Om”
Loh,.. kenapa ?”
“Belum cukup nilai SKS” Jawaban Yuki membuat Papa tarik nafas cukup dalam.
                Meika menatap Yuki, Cowok itu tersenyum berdebar.
“Maksudnya belum cukup itu, nggak memprogram. ya ?”
“Cuman masalah waktu, Kita lagi ada kegiatan organisasi Pecinta Alam dan Timming-nya tabrakan sama jam kelas” terang Yuki.
                Papa menahan senyumnya.
“Kamu tinggal dimana ?”
“Di secret Mapala, Om. di lingkungan kampus”
“Nggak sama orang Tua ?”
Yuki menggeleng “Belajar mandiri, Om”
“Kamu udah kerja ? Bagus itu belajar mandiri, kerja apa ?” tatap Papa penuh harap.
“Untuk saat ini, belum ada. Tapi, masih tahap pencarian”
Harapan Papa pupus mendengar jawaban Yuki.
“Jadi, Kamu makannya ? ongkos hidup ? bagaimana Kamu bisa ?”
“Papah..” usik Meika.
Papa menelan ludah atas pertanyaan yang Ia kecam.
Yah, makan nggak makan, Gitu deh” jawab Yuki miris.
“Tapi, Kamu bisa hidup kayak gitu ?” tatap Papa dramatis
“Buktinya, Saya belum mati. Om”
Papa menahan nafas beberapa detik, Lalu menatap Meika tak percaya.
“Jadi, begini nak Yuki. Meika itu mau dijodohin sama Julian” terang Papa. Yuki melirik Meika lalu tersenyum.
“Maaf, Om. Saya sayang sama Meika, Saya dan Meika udah serius sama hubungan ini dan Saya harap Om bisa percaya sama Saya”
“Ini bukan masalah percaya, Nak Yuki. Kamu tau kan Meika itu siapa ? dan Kamu itu siapa ?” Papa mulai membuat sebuah kalimat menyakitkan.
Yuki merundukkan pandangannya.
Iya, Om. Saya cukup tau, Ko
Nah. Jadi, Om sebenarnya nggak bisa yah mau kasih kalimat apa tentang hubungan anneh, ini” Papa menggeleng.
Anneh apanya, sih. Pa ?” tatap Meika
“Meika, Diam”
“Coba Papa lihat, Aku sama Yuki itu terikat. Aku bahagia ko sama Dia, walaupun Kata Papa ini anneh
“Meika, Papa belum selesai ngomong” Papa melirik sadis.
“Kalian itu terlihat jauh berbeda” lanjut Papa
“Maksud Papa apa ? Agama Kita nggak beda, Kita tinggal dibumi yang sama, Kita hidup kayak orang normal”
“Tapi, cara hidup kalian nggak sama. Kamu pikir hidup Cuma bisa pake cinta sama percaya saja ?” kecam Papa.
“Maaf, Om. Tapi, Saya benar-benar mencintai Anak Om, dan Saya akan berusaha yang terbaik untuk Dia” ujar Yuki
                Papa menghela nafas panjang lalu bersandar lemas ke kursinya.
“Kamu saja belum tau apa yang terbaik untuk hidup Kamu, Mau kasih janji ke Anak saya ? Kita hidup itu pake bukti, bukan obral janji. Kalo saya Percaya sama semua janji, Pasti Presiden yang mencalonkan diri semuanya saya pilih”
                Yuki menggigit bibir bawahnya.
“Lagian, Kalo pun saya restui. Saya nggak yakin hubungan kalian itu akan berakhir dengan baik, Hubungan kayak begini Cuma kiasan batin. Emosi cinta sesaat, jadi nggak akan bisa bertahan lama” lanjut Papa.
“Saya nggak kasih kalimat setuju ke kalian, mungkin di otak saya lagi penuh dengan penolakan hari ini. Jadi, Semua yang saya simpulkan berakhir di kalimat Tidak” kecam Papa, Ia kemudian berdiri meninggalkan Yuki dan Meika di sofa ruang tamu.
                Yuki meremas jemarinya geram, Meika menahan air matanya. Ka’ Key lewat di anak tangga, menatap sepintas kemudian berlalu tanpa kalimat.
Semuanya sangat mengerikan, ketika apa yang dipertahankan memang membutuhkan sekian pengorbanan untuk dapat di terima.
                Meika mengantar Yuki sampai di pintu gerbang rumahnya, Cowok itu lunglai tanpa gairah.
“Aku nggak berhasil” keluhnya. “Kata siapa ? Aku belum pernah melihat Kamu sebaik hari ini” puji Meika.
“Cukup menghibur” kilah Yuki.
“Kamu baik-baik aja, kan ?”
Yuki mengangguk “Aku balik dulu” Ia melepaskan jemari Meika, Gadis itu terdiam dungu di depan pos security.
                Meika bergegas masuk, Ia masih mendapati Papa di ruang tengah sebelum ke kamarnya.
“Papa tega banget hari ini, Meika sayang sama Yuki. Pa”
Papa tegap membuka lembaran Koran dipangkuannya.
“Hidup nggak makan sayang dan Cinta. Suatu hari nanti, Kamu pasti berterima kasih ke Papa karna udah ngelarang Kamu berhubungan sama Yuki”
“Kalo menyesal malah IYA !!” Kecam Meika gahar
“Apa yang bisa andalkan dari si Yuki itu ? Dia itu Pengangguran, tampangnya saja bisa dinilai kalo Dia itu orang nggak becus”
“Sejak kapan Papa bisa menilai orang ? Papa pikir Julian sempurna ?”
“Jelas, Julian seribu kali lebih baik di banding Yuki !!” Papa meremas korannya.
“Julian itu berengsek ! Dia udah meracuni pikiran Papa ! Yuki itu baik, Pa. Dia itu punya kharisma, diantara teman-temannya Dia yang paling bisa di andalkan”
“Papa bisa pastikan Teman-temannya jauh lebih nggak becus lagi, kan ? Lihat saja Yuki, Semester 7 nggak bisa KKN Cuma karna nilai SKS nya nggak cukup ? Mahasiswa apa itu ? Dia masuk Kehutanan ? apa bagusnya ? mau jadi pengobservasi ? memangnya Dia pikir Dia super Hero ? MAPALA ? Organisasi Mahasiswa Paling Lama ? sebenarnya, Papa heran kenapa Kamu bisa berteman dengan makhluk seperti Dia ?!” Papa menaikan nada suaranya.
“Papa nggak tau yang Meika rasain !”
“Sejak kapan Kamu mulai begini, Meika ? Yuki sudah meracuni pikiran Kamu !”
“Papa yang keracunan ambisi ! Kenapa Papa nggak bisa buka hati ? tolak ukur Papa Cuma Julian ! Julian ! dan Julian lagi ! kenapa ? apa karna Dia anak konglomerat ?!”
“Tentu ! Dia mempunyai kehidupan yang sejajar dengan Kamu ! Dia berkelas ! Yuki itu Cuma bayangan yang lewat diantara malam, Bayangan yang bahkan nggak menaruh perhatian Papa untuk menjadi penasaran ! Dia berbeda dengan Kita. Jadi, tinggalin Dia !” Papa melirik Meika dengan wibawanya yang sangar.
                Seumur hidup, ini pertama kalinya Meika beradu emosi dengan Papa.
“Kalian berdua, Mama mohon sudah hentikan ! Meika, dengarkan apa yang Papa kamu bilang, sayang” isak Mama
“Nggak ! Meika masih nggak ngerti dengan perbedaan yang Papa maksudkan ! Perbedaan yang Papa ciptakan ! Bukannya Cinta itu menyatukan perbedaan ? Lalu kenapa Papa memberikan perbedaan sebagai batasan Aku mencintai Yuki, Papa bisa nggak jelasin ke Meika, kenapa ?” tatap Meika
                Ia menampung air matanya di kelopak semampunya.
“Aku nggak bisa pake logika, Pa. mau dibilang ini pasangan anneh, Aku terima. Tapi, satu hal yang harus Papa tau, Aku bahagia sama Yuki, Pa. kebahagiaan yang nggak pernah Aku rasakan sebelumnya, Seumur hidup Aku nggak pernah nolak apapun yang Papa minta. Melarang Meika ke Perth ? iya, Meika sanggup. Meika nggak pernah mengeluh ! menjadi duta perusahaan sebagai model dan memilih kelas keuangan, itu semua yang Papa inginkan. Memangnya di keluarga ini pernah ada yang nanya ke Meika ? Meika pengen jadi apa ? Nggak ada ! Meika bisa jamin itu..” isak Gadis itu di anak tangga.
“.. Hanya demi satu hal ini, Pa. Meika mohon untuk pertama kalinya dalam hidup, Meika nggak mau dijodohin sama Julian. Itu sudah membuat Meika sadar kalo Papa sama Mama itu..
..Peduli dengan apa yang Meika rasakan” lanjutnya.
Papa menatap Mama, semuanya perlahan menjadi hening. Beberapa kalimat tertahan untuk di perbincangkan.
                Ketika segenap ruang memberi peluang untuk melanjutkan debat tak berujung ini, Meika memilih menghindar dari sana. Melarikan diri ke kamar tanpa kalimat dari keduanya.


Uraian tangis itu menjadi satu lesatan yang tak bisa di tampung mata untuk terus menahannya di kelopak.
“Memangnya ada litelature yang memberi definisi kalo harta adalah tolak ukur kebahagiaan ? iya, Ka?” isaknya.
                Key diam di sudut kamar.          
“Menjadi kaya raya itu tidak menjamin kebahagiaan, Meika. apalagi Miskin ? Papa Cuma nggak mau Kamu kejebak dengan apa yang kamu rasakan saat ini, untuk Kamu dimasa depan Nanti. itu aja” kilah Key
“Kalian nggak tau apa yang Aku rasakan, apa yang Aku lalui dengan Yuki. Aku mulai memperhatikan hal-hal kecil yang berharga, Hal yang selama ini nggak ada dalam bayangan Aku..” ketusnya.
“.. Bisa nggak Ka’Key jelasin ke Aku, Kenapa perbedaan itu membatasi seseorang untuk mencintai?..” lanjut Meika.
                Key diam kehilangan susunan kalimat.
“..Kenapa diam ? ka’Key selama ini selalu rasional-kan ? Jadi, untuk jawab pertanyaan Aku saja, Kakak nggak mampu. itu Cuma satu dari sekian ratus pertanyaan Aku tentang kalian, tentang hal yang Aku anggap benar dan ternyata salah ! ketika Aku nanya kenapa salah, Kalian menyodorkan Aku dengan perbedaaan, begitu Aku tanya apa itu perbedaan ? Kalian Cuma bisa diam. Padahal yang seharusnya kalian tau, perbedaan itulah yang bikin Aku bahagia dan memilih Yuki..”
                Meika menangis tak tertahan, Key menutup bibirnya.
“.. Aku bego ? iya ! Tapi, Aku bahagia, kenapa kalian nggak percaya kalo Aku bahagia sama Yuki ? Kalo pun akhirnya kalian nggak ngizinin Yuki masuk dalam Dunia kalian. Aku nggak masalah. Kita punya Dunia kita sendiri, Kita punya cara kita sendiri untuk bahagia, untuk merasakan arti cinta yang menyatukan perbedaan. Bukan untuk sekejap waktu seperti yang Papa bilang. Tapi, untuk selamanya..”
                Key menghela nafas sesak.
“Selamanya itu lama, Meika ! Kamu akan capek dengan segalanya. Kamu tau kan kenapa ? Kamu nggak bisa terus bergantung sama Yuki, cowok kayak Dia itu butuh cewek yang juga bisa Mandiri. Sementara Kamu ? Kamu itu nggak bisa hidup kayak Dia, makan senin-kamis atau bahkan nggak makan sama sekali. Kamu pikir bisa, hidup kayak gitu ?” ujar Key kelu
“Kita nggak pernah tau, kehidupan seseorang dimasa depan. Nggak selamanya Dia akan kayak gitu, Dia punya hal yang –
cerah. Cuma Kita nggak tau kapan rencana Tuhan itu terlaksana, karna yang pasti semua orang punya rencana, Ka”
                Meika menghapus air matanya yang meluap.
“Dan Kamu yakin, selama menunggu Dia akan tetap sayang sama Kamu ? Cowok itu adalah makhluk yang bisa berubah sesuai dengan apa yang Ia dapatkan” kecam Key.
“Aku kenal Dia jauh lebih baik daripada Kakak”
“Fine ! Aku nggak akan menang bicara sama Kamu, Kamu tau kenapa ? karna Kamu selalu bertindak seolah Kamu tau bagaimana Kalian nanti”
                Meika diam, memperhatikan Key berlalu meninggalkannya.
“Semua yang Aku katakan, semata-mata Karna Aku khawatir sama Kamu. Kamu Adik Aku satu-satunya, Jadi ka’ Key harap Kamu paham kenapa Aku dan semua penghuni rumah ini melakukan hal ini ke kamu” ujarnya dingin.

~~~

“Kamu baik-baik aja, kan ?” suara Yuki diseberang sana
Meika merekat erat handphone-nya di ayunan rotan dalam balkon kamar.
A.. Ku, baik-baik aja, Ko
“Kamu nangis, ya ?”
“Nggak”
“Aku bisa tau kalo Kamu lagi nangis” Yuki mendekap pot kaktus di gegantungan rumah pohon.
                Beberapa hari berlalu dan Mereka hanya bisa berkomunikasi dengan telpon.
“Aku kangen sama Kamu, Bodoh” isak Meika.
Yuki meremas t-shirt_nya sampai kusut karna mendengar suara Meika terisak.
“Aku juga, Meika”
Gadis itu memukul dadanya sendiri, ada sakit yang mendidih
di dalam hati tentang seseorang itu.
“Kamu jangan telat makan, ya ?” urai Meika lirih.
Yuki menjatuhkan air matanya tertahan.
“Meika, jangan nangis”
“Nggak, Aku kuat ! Aku bisa, ko. Kamu percaya sama Aku ?”
Iya, Aku nggak pernah tau kalo Kita. Akan jadi sangat menyiksa seperti ini”
“Jangan marah sama Papa, Aku. yah ? Dia Cuma percaya dengan apa yang Dia percaya. Dan Kita juga harus percaya dengan apa yang selama ini Kita percaya, Kamu ngerti kan ?”
Yuki mengangguk di seberang sana.
“Iya, Aku ngerti. ko”
“Kamu, jangan make yah ?” pinta Meika kelu.
“Iya, Aku nggak make. ko
“Jangan mabok lagi sama yang laen”
“Aku bisa janji semua itu. Aku Bego banget, yah ? Merasa diri mampu dihadapan keluarga Kamu” isak Yuki.
“Kamu nggak perlu mampu atau merasa Bego. Kita Cuma sama-sama terjebak dalam mesin waktu. bertemu disaat Kita belum menjadi seseorang. Tapi, merasa kalo Kita lebih daripada itu”
“Suatu hari nanti, Aku akan kasih liat ke Dunia. Kalo cinta yang Aku punya itu lebih bermakna daripada harta yang Julian janjikan ke Papa kamu, Kamu percaya kan sama Aku ?”
Meika menahan air matanya lalu mengangguk tegap.
“Aku percaya, dengan semua suatu hari nanti yang pernah kamu janjikan” ujar Meika kelu.
“Aku sayang sama Kamu, Meika”
“Aku tau”



rock and roll girlfriend
***
“Kenapa kalian ngikutin Aku ?” tatap Meika geram,
Para pembokat itu berhenti mendadak seperti robot, menghindari tatapan dari berbagai celah untuk bersembunyi. Tapi, akhirnya pun ketahuan.
                Meika berjalan lagi, BodyGuard berhitam putih ikut berjalan mengimbangi langkahnya.
“Berhenti ikutin Aku !” teriaknya.
“Maaf. Tapi, kami hanya menjalankan perintah Ayah Anda”
“Aku bukan anak kecil yang harus dijagain ! Aku mau ke kampus ! berhenti ikutin Aku !”
“Kami hanya menerima perintah Ayah Anda, untuk menjaga Anda dari Yuki” explainnya. Meika tercekat nafas.
“Papah udah kelewatan” gumamnya. Ia melirik sadis keempat pembokat itu, Mereka berdiri tegap layaknya terminators.
                Sesampainya dikampus, Mereka memilih bertahan di koridor taman. Sementara Meika masuk ke dalam kelas
“Ada apa ?” tatap Greel
“Ceritanya panjang, sekarang bantuin Aku. gimana caranya untuk bertemu Yuki”
“Yah, tinggal ke secret aja, sih
“Nggak liat itu, apa ?” tunjuk Meika.
Greel tertegun
Bodyguard ? kalian ini kayak di serial laga, ketika Para Terminators menjaga Tuan Putri dari Monster” komentar Greel, Meika merunduk bingung.
“Kita lewat di antara anak-anak yang mau masuk, Kamu pake jaket Aku” tawar Greel sembari memberi almamater ke Meika.
                Keduanya mengendap-endap keluar kelas, berjalan –
se-singkat mungkin dari tapakan sepatu.
Terlebih ketika salah satu darinya nyaris mengenali Meika, Gadis itu langsung menggunakan tudung di antara almamater Greel.

~~~

                Ewwin menatap sinis seorang cowok yang berdiri di depan Secret Mapala.
“Siapa kamu ?”
“Aku mau ketemu sama Yuki, panggil Dia kemari” ujar Julian
                Ewwin berlalu ke rumah pohon, sembari menggumam geram.
“gayanya kayak Rektor saja, Dia pikir Dia siapa !” maki Ewwin sepanjang menapaki tangga.
“Kenapa kamu ?” Yuki menoleh
“Ada makhluk dari langit di bawah ! mau ketemu sama Kamu, sejak kapan, sih. Kamu punya teman seberangsek itu ? gayanya kayak Raja, Bikin mual” gerutu Ewwin.
                Yuki mengangkat keningnya, Ia membuka tirai bamboo yang menghalangi jendela.
“Kamu yang namanya, Yuki ?” tatap Julian saat Yuki menghampirinya.
Iya, kenapa ?!”
                Julian tersenyum lalu menonjok wajah Yuki, menyisakan memar dipelipis. Yuki terhuyung-huyung dan jatuh di tanah, Para penghuni keheningan menghampiri dengan gahar ke arah Julian.
“Setan darimana kamu berani bikin keonaran disini !” teriak Ewwin, Ia hendak memukul Julian.
“Jangan ikut campur ! ini urusan Aku sama Yuki ! Jadi, jangan ikut campur !” kilah Julian.
“Kamu udah bikin onar disarang Kita, tentu saja itu jadi masalah Kita !” teriak yang lain.
Yuki bangun dari tanah, menghapus serpihan darah di ujung bibirnya.
“Udah, biarin aja” suara Yuki serak.
Teman-temannya tertegun.
“Biarin aja, kamu bilang ? Yuki ! Dia udah bikin onar di secret, itu tentu jadi urusan Kami, berani-beraninya Dia !” maki Joko.
                Yuki menghadang teman-temannya.
“Jangan, tolong biarkan” kecam Yuki, Ia menoleh memandang Julian. Teman-temannya menahan geram.
“Aku Julian, Tunangan-nya Meika !” ujar Julian sebelum Yuki sempat bertanya.
Yuki mengangguk, Ia berusaha tenang.
“Kenapa kau memukulku ? Apa Aku mengganggumu ?”
Hahg ! Apa kau tidak sadar ? Jauhi Meika ! paham ?” gertak Julian, Yuki menggeleng.
“Nggak mau” jawab Yuki santai.
Julian tertegun, Ia memasang tampang gahar.
“Kenapa Nggak mau !” tadah Julian
“Kenapa Aku harus mau ikutin keinginanmu ? Hahg ?!” tatap Yuki geram, Julian maju selangkah.
“Dia itu calon tunangan Ku !”
“Tapi, Dia milikku !”
“Dunia kalian itu beda ! Nyadar donk ! Cuma Aku satu-satunya Cowok yang pantas untuk Meika “ teriak Julian emosi
“Sayangnya, Meika nggak butuh Cowok ! Dia butuh seorang Pria. Dan Kamu bukan orang yang pantas disebut Pria !”
“Lantas Kamu yang pantas ? Dasar Kumuh ! seharusnya Aku kemari membawa cermin yang besar, agar Kau sadar siapa Kau dibanding Meika !” ujar Julian.
                Yuki tersenyum dangkal.
“Nggak peduli ! mau dunia yang ngelarang pun, Aku tetap cinta Dia !” jawab Yuki ketus.
                Julian maju selangkah dengan bogem_nya,
Ia memukul Yuki, cowok itu terhuyung-huyung dan jatuh ke tanah lagi. Satu hal yang membuat teman-temannya geram, adalah Yuki tak berniat membalas sekalipun.
                Julian terus memukul Yuki, membuat berbagai memar di wajahnya. Lalu berhenti disaat Yuki bahkan tak dapat berdiri lagi.
“Aku sudah peringatkan ! jangan dekati Meika ! atau Kau akan tamat” gertak Julian.
Kemudian Ia pergi dengan gerombolannya dari secret Yuki,
“Kamu gila ? rela dipukul demi cewek !” keluh Ewwin
“Bukan demi cewek. Tapi, Demi Aku sendiri ! Demi yang Aku rasakan sama Cewek itu” jawab Yuki.
                Ewwin membantunya berdiri.
“Kenapa nggak ngelawan ? seharusnya Kita yang bantu bikin babak-belur itu Anjing” ujar Joko
“Jangan ! itu hanya alat Dia, buat menjatuhkan namaku lagi didepan Orang Tua Meika”
                Ewwin dan Joko diam, kebisingan buyar berlalu. Yuki memasang plester di ujung dahinya yang sobek, berharap untuk tidak terlihat lebih parah.

~~~

                Meika datang, Ia langsung naik ke rumah pohon. mendapati Yuki yang duduk lemas di depan pohon kaktus.
“Yuki !” teriak Meika, Ia mendekapnya erat.
“Kamu disini ?” tatap Yuki khawatir.
Iya, Aku nggak ikut kelas. Kamu tau ? Papa membuat Pembokat yang terus mengikutiKu, untungnya ada Greel yang membantu Aku melarikan diri” Meika berhenti, Ia menjamah wajah yang Yuki sembunyikan.
“Kamu kenapa ?” tatapnya heran.
“Aku nggak apa-apa”
“Kamu berantem, ya ? ini kerjaan siapa ?” Meika histeris.
“Nggak, ini lebam karna Aku habis jatuh pas manjat” tunjuk Yuki keluar, Meika diam.
“Beneran ?”
Yuki mengangguk “Iya, Bodoh. Aku nggak apa-apa, Ko
                Meika Nampak khawatir, Ia mendekap erat Yuki.
“Hari ini, sudah sangat melelahkan. Aku nggak tau apa yang akan terjadi lagi besok” keluhnya.
“Kamu kuat, kan ?” tatap Yuki
Meika tersenyum lalu mengangguk.
“Kamu cantik, Meika. Aku beruntung miliki Kamu” Pujinya.
                Air mata Meika meluap, Yuki tersenyum. Senyum yang sekiranya mampu menahan segala keluh kesah keduanya.

¯ Separuh nafasku,  Ku hembuskan untuk Cintaku
Biar rinduku,  Sampai kepada Bidadariku ..

                Kamu sgalanya, .. ¯
                Tak terpisah oleh waktu

Biarkan bumi menolak, Ku tetap Cinta Kamu
Biar Mama mu tak suka,  Papa mu juga melarang

                Walau Dunia menolak,
                ¯ Ku tetap Ku.. Tetap Ku katakan
                                “Ku Cinta Dirimu”
                                                                                -J U D I K A-
                                                                                  (MaPaLa)
                                                                           Mama Papa Larang

~~~

                Tangan-tangan hangat mendekap uraian rambutnya yang memanjang. Seandainya berharap adalah hal yang lumrah, sekiranya dekapan itu bisa benar-benar sampai pada
kata selamanya yang dipercaya, tanpa menggunakan pemberontakan akan berbagai kekangan yang di lakukan oleh Mereka.
                Yuki menghapus air matanya utuh
“Kita hanya perlu melewati ini, Jika kita berhasil melaluinya. Kita akan menjadi pemenang”
Meika menahan isaknya lalu mengangguk seperti anak kecil, seperti seseorang yang mempercayai segala hal diluar kemungkinan.
“Pulanglah, Kita akan bertemu lagi besok”
“Nggak mau” Meika menggeleng
Hemp ??”
“Bisakah, Kita kabur saja ? Kita pergi ke tempat yang tidak ada mereka” ujar Meika
                Yuki diam, Ia merangkul kelingking kanan Meika

“Janji sama Aku ? janji untuk tetap percaya. Tanpa kabur pun, Kita akan tetap bersama. Kita ingin jadi pemenang, bukan pecundang. Kita perlu bertahan, bukan melawan. Yakinilah Aku, Meika. kuatlah jika Kau mencintaiku” bisik Yuki kelu.
                Meika menjatuhkan air matanya, Ia tak sanggup lagi menahan rintikkan tangis dikelopaknya. Membuatnya serta-
merta mencurahkan semuanya, tak peduli jika itu membuatnya tak lagi bisa melihat. Atau apapun yang kedengarannya lebih parah, Ia tak memiliki keinginan untuk menghentikkan tangisnya.
                Seakan jika Ia menangis maka semuanya akan jauh lebih baik. Meski tak ada satupun yang terjadi, terjadi untuk membuat hal yang mereka harapkan membaik.
“Aku janji” Meika mengangguk lemas.
                Greel datang, menuntunnya keluar dari secret Mapala tempat Yuki berada. Meika memandang kecut kisahnya, kisahnya yang begitu indah. Keindahan yang terasa menyakiti, menyiksa batin. Menorehkan harap yang tak ada wujudnya.

~~~

                Gadis itu terduduk lemas di balkon kamarnya, Key membuka pintu setengah untuk melihat Meika lalu menutupnya lagi.
“Kasian Dia, Pa”
“Kamu itu ngerti apa selain kasian, Key ?” tadah Papa kesal
                Ka’ Key duduk di depan meja kerja Papa. Sementara Empu-nya sibuk dengan statistic work sheet.
“Seumur hidup, Key nggak pernah liat Meika seperti ini. Papa tolonglah untuk memahami”
“Papa lebih bisa memahami dibanding Kamu”
Key menghela nafas panjang
“Jangan berlagak peduli disaat Papa sama sekali nggak peduli” kecamnya.
Papa menghentikkan kursor lalu melirik Key dengan gahar.
“Kamu bicara apa ?”
“Key bilang, jangan sok peduli Pa !” tadahnya
“Kamu sadar Key ?” gertak Papa. Ia heran kenapa Key tiba-tiba ikutan jadi pemberontak.
“Sangat, Pa ! Key Cuma merasa ada yang salah di antara keluarga ini, Meika tanya kenapa perbedaan jadi tolak ukur dalam mencintai. Key nggak bisa jawab, Pa ! Papa tau kenapa? Karna Key nggak pernah merasa dicintai, sama Keluarga ini yang begitu ambisius. Papa tau ? kapan coba dalam setahun Papa bisa bersama Key dan Meika ? pernah ? Key berani jamin nggak pernah !”
Papa menahan nafas emosi, saat Key terus berbicara.
“Itulah kenapa Meika nggak pake logika ketika menemukan kasih sayang di luar sana. itulah hal yang membuat Meika begitu sakit, saat Ia jatuh cinta dan Kita semua berpikir Dia salah” lanjut Key.
                Papa membanting buku tebalnya lalu berdiri dengan kasar. Key tertegun. Namun, Ia tetap melanjutkan kalimatnya.
“Peduli itu, adalah tau apa yang dirasakan Anaknya ! Papa Cuma pikir apa yang akan terjadi nanti. Tanpa pernah Papa sadari apa yang selama ini telah terjadi ! rumah mewah nyaris istana ini, penghuninya Cuma Key dan Meika. Pa ! Papa dan Mama kemana ? sibuk dengan ambisi dan perusahaan. Bahkan ketika Weekend bisa bersama. Tapi, kalian mengalihkannya ke acara keluar dengan klien ! bilang sama Key kalo yang Key bilang ini salah, Pa”
“Anak kurang ajar !” teriak Papa geram
PpLAaKk !! Key memegang wajahnya yang ditampar Papa. Ia tersenyum singkat lalu menoleh gahar.
“Makasih” ujar Key, Ia kemudian berlalu meninggalkan Papa di ruang kerja. Menahan perih akan tamparan di wajahnya, Sementara Papa didalam sana masih tertegun atas segala hal yang Ia dengar dari Anak cowoknya.

~~~

                Malam menjadi sangat suntuk, ketika semunya men-jadi lebih terbebani.
Meika melirik Greel yang tertidur pulas di springbed-nya.
“Kapan Aku terakhir selelap itu ?” tanya Meika pada dirinya sendiri, Air matanya menetes perlahan.
“Apa seharusnya sejak awal Aku ke Perth ? dengan begitu, Aku bisa menghindari Julian. Tapi, andai saat itu Aku ke Perth, Aku tak akan bisa bertemu Yuki. Aku tak bisa merasakan kebahagiaan yang membuatku berarti juga kepedihan yang begitu menyiksa” isaknya.
                Angin di balkon kamar menerbangkan uraian rambutnya yang terurai.
“Atau ? jika Aku bunuh diri seperti di film, mungkin saat itu Aku bisa terus bersama Yuki tanpa harus takut ketahuan Papah” pikirnya kelu.
                Meika diam mendekap erat lututnya.
“Sayangnya, disaat Aku hidup rasanya seperti sudah mati. Jadi, andai Aku mati apalagi yang akan tersisa dariku ?”
                Desiran angin menjatuhkan helaian daun akasia di hadapannya.
“Aku seperti daun akasia ini, kan ? rontok.. ditiup angin dan berharap jatuh ditempat yang sekiranya baik. Tapi, tetap terayun oleh waktu dan tak pernah sampai. Andai Aku bisa mengendalikan waktu, Aku ingin benar-benar menempatkan pertemuan Kita disaat Kita sudah menjadi seseorang. Karna mungkin, saat itu terjadi, Kita akan lebih bahagia. Tanpa harus melewati cobaan yang menyiksa seperti ini…”
                Meika menutup matanya, menikmati desiran angin yang menghambur segala keluhannya. Menghirup sebanyak-banyak udara yang menghampiri, seakan takut jika esok Ia tak akan bisa menemukan angin lagi sebagai alasan untuk terus hidup.
“.. Ku pegang janjimu, Yuki. karna jika Kau mengingkarinya, Aku mungkin benar-benar akan mati”
                Sementara ditempat yang berbeda, Yuki masih memaksa matanya untuk terbuka. Entah malam akan tiba-tiba mengganti Pagi, Ia tak akan begitu peduli dengan waktu. Selama Ia masih bisa menikmati detik-detik diantaranya.
“Hari ini, Papamu membuat Bodyguard untuk menjauhkan Ku darimu. Hari ini juga, Julian datang ke secret untuk menghajarku agar Aku menjauh darimu. Meika, Apa yang membuat semua orang berpikir Kita tidak pantas untuk bersama, Aku juga sudah memikirkan hal itu lebih dari seratus kali setiap harinya..”
                Pot pot kaktus bergoyang di tiup angin malam.
“.. Dan satu jawaban yang Aku temukan hanyalah jawaban atas apa yang mereka harapkan. Segala janji tentang suatu hari nanti, hanyalah pengalihan atas ketakutanku saat ini. Karna Aku sadar Aku tidak mampu, Aku tidak akan mampu membuatmu terus bertahan. Selain akhirnya menjauhimu dan membuyarkan semua janji palsu yang si Bodoh ini sodorkan” isak Yuki kelu, Ia memukul kepalanya di kayu.
                Seakan rasa sakit yang didalam hati tidak cukup untuk mengatakan pada Meika, Jika pada akhirnya keadaan membuatnya berpikir untuk menyerah dan menyiksa fisik akan terasa lebih meringankan dari segalanya, segala hal yang belum disampaikan.

 


wanna be where you are
***
“Pernah liat, Aku ?” tanya Key
Yuki mengangguk, Ia meneguk softdrink di atas meja caffe.
“Tempo hari ketika kerumah Meika, Kakak-nya ?”
Key mengangguk.
“Itu kedua kalinya Kamu ngeliat Aku, ingat ketika subuh Kamu nyaris mati di rel kereta ? Kamu sakaw waktu itu dan nggak punya Duit buat beli barang. Aku yang bayarin dan bawa kamu ke parkiran kampus” terang Key.
                Yuki tertegun, Ia memandang wajah Key dengan penuh, Key tersenyum simpul.
“Aku nggak yangka, kalo pertemuan Kita yang kedua kalinya. Kamu malah mengaku sebagai Pacar Adek Aku” Key tertawa garing, Yuki diam.
“Dunia kecil, yah ?” tatap Key
“Maafin, Aku”
“Untuk apa ? untuk nolongin kamu waktu sakaw atau waktu Kamu ngaku sebagai Pacar Meika ?”
“Keduanya. Aku cukup hina atas segala perkenalan Kita”
“Bagusnya, Kamu cukup sadar kalo Kamu hina” ujar Key.
                Yuki merunduk, caffe pantai yang Mereka singgahi menyisakan sedikit cahaya untuk membuat Yuki tau apa yang Key ekspresikan.
“Terus terang, Aku nggak suka sama Kamu. Tapi, Aku jauh lebih tidak suka ke Julian. Aku nggak suka Meika di jodohkan dengan Julian, karna Meika nggak Cinta. Tapi, Aku harus syok saat tau orang seperti apa yang Meika cintai”
                Yuki mengangguk.
“Semua orang mengatakan hal yang sama”
“Dan membutmu bertahan ?” tatap Key
Yuki diam. Key menahan tawa renyahnya.
“Jangan jelasin ke Aku kalo itu demi Cinta ! Meika udah terlalu sering menjelaskan itu ke Aku. Cobalah hal yang lebih kreatif untuk menjelaskan kenapa Kau bertahan” pinta Key.
                Yuki menoleh, Key meneguk softdrink-nya.
“Karna terbiasa. terbiasa dengannya dan untuk terbiasa tidak dengannya itu sulit” jawab Yuki.
“Bukankah semuanya baik-baik saja sebelum Kalian bertemu. Jadi, kenapa itu akhirnya menjadi sulit ?”
“Meika, Dia mengubah segala hal dariku. Aku menjadi seperti manusia normal saat dengannya, Ia membuatku berusaha berhenti make dan mabok
“Aku bisa lihat, rambutmu sudah terkikis habis. Apa itu juga kerjaan Meika ?” tatap Key.
                Yuki tertawa ringan lalu mengangguk.
“Dia berbakat bekerja di panti rehabilitasi” ujar Key lagi.
Yuki tersenyum.
“Ada yang mau Kau katakan padaku ?” tanya Yuki.
Key menggeleng
“Nggak, Aku Cuma penasaran. Seperti apa Cowok yang membuat Meika begitu jatuh cinta. Seumur hidup, Meika nggak pernah maksa atau membantah. Dia Putri manja yang selalu nurut, Dia boneka milik Orang tuanya. Tapi, kemudian pemiliknya jadi spontan ketakutan ketika Boneka itu tiba-tiba ingin memberontak. Hanya demi satu hal, dengan menggunakan permintaan untuk pertama kalinya”
                Music class terdengar menepak kebisingan ombak yang mendesir di depan caffe.
“Aku tau Meika manja, mungkin kesalahan karna mengenalku. Membuatnya berubah”
“Jangan terlalu ke G-R an” kecam Key
“Bisa jadi, Dia memang sudah tidak tahan dengan segala hal dirumah, sama sepertiKu” lanjut Key lagi.
                Yuki menoleh lalu tersenyum dangkal.
“Bukannya keluarga kalian itu baik-baik saja, kan ?”
Iya, karna terlalu baik-baik saja makanya terasa anneh” ujar Key, Yuki menyalakan korek di tangannya berulang kali.
“Apa yang membuatMu yakin Meika dapat bertahan ?”
“Aku pikir, karna Cinta bukanlah sesuatu yang lain”
“Haruskan Aku mengakui satu hal ? Kau sangatlah romantis, Yuki”  puji Key, memancing tawa Yuki berdecak.
“Masih memikirkan beberapa hal ?”
“Bagaimana dengan Julian ?” tatap Key dramatis.
                Bahkan ketika alunan acoustic di Caffe jadi melambat dan semakin lambat, sampai suara angin dapat terdengar.
Yuki masih belum memalingkan wajahnya ke tatapan Key.
“Jika harus jujur, Aku benci dengan Julian. Karna Dia lebih segalanya di bandingkan Aku, Sementara Aku tau kalau Aku nggak akan pernah bisa seperti Julian..”
Key mengangguk
“..Cinta hanya masalah waktu, Takutnya jika seiring waktu. Meika menjadi lelah denganku dan akhirnya memilih bersama Julian. Karna Aku tak menjanjikan hal indah padanya, Aku hanya membuatnya mendengar banyak omong kosong tentang Suatu hari nanti. Dan parahnya Aku sendiri nggak tau, Aku bisa apa tidak membuktikan semua itu” lanjut Yuki, Ia merunduk memegangi softdrink-nya.
                Memutar-mutar kaleng rapuh sampai ketitik paling jenuh yang bisa di deskripsikannya.
“Kenapa kamu khawatir ? Aku orang kedua selain Meika. yang percaya, jika suatu hari nanti Kamu bisa lebih daripada Julian” kecam Key.
                Yuki spontan meliriknya, Ia tersenyum lalu membuang nafas putus asa.
“Kenapa memandangku seperti itu ? Kau meragukanku ?” tadah Key lagi, Yuki menggeleng.
“Bagaimana bisa, kenapa Kau menjadi begitu percaya jika –
Aku adalah orang yang pantas untuk di percaya ? Kalian berdua, adalah Kakak beradik yang komplit” ujar Yuki sangsi.
                Key memukul pundak Yuki dengan tegapnya.
“Kau sudah sejauh ini, Aku pastikan Kau akan bisa mempertahankan apa yang sudah Kau jalani”
Yuki tersenyum.
“Mau-ku beri saran dan bahan pertimbangan untukMu ?”
“Apa ?” Yuki antusias
“Tinggalkan Meika..” bisik Key
                Yuki tertegun, Ia menatap Key dengan gahar.
“..Aku bisa menjanjikan satu hal padamu. Julian tak akan di jodohkan dengan Meika, Aku akan berusaha agar pertunangan Mereka batal. Tapi, sebagai konsekwensi-nya, Kau harus meninggalkan Meika..”
“Mencoba memisahkan, Kami ?” tadah Yuki
“..Aku hanya memberi bahan pertimbangan. Kau lihatlah semuanya, Kau belum dalam keadaan sejajar untuk bersaing dengan Julian. Jika Kau meninggalkan Meika sekarang, Aku berjanji akan mencegah pertunangan Mereka. Kau hanya harus pergi dan menjadi seseorang, lalu kembali saat Kau siap untuk bersaing dengan Julian..” ujar Key.
                Yuki diam, Ia meneguk sisa terakhir dari Softdrink-nya lalu meremas dengan putus asa sampai kalengnya bergemeretak.
“..Ku beri waktu dua hari untuk berpikir, sebelum pertunangan Mereka benar-benar di lanjutkan. Hubungi Aku jika Kau sudah membuat keputusan” Key meninggalkan Yuki di bangku caffe, meninggalkannya dengan berbagai kesimpulan.
                Ia merundukan kepalanya di meja, menekan batin dan menyisakan banyak pikiran untuk keputusan akhir.
Cinta itu benar-benar seperti kembang api, kilau cahayanya Indah. Tapi, gak pernah bertahan lama.

~~~

                Julian memandangi Gadis tanpa ekspresi itu dengan seksama, Sementara Meika harus memilih diam di kursi yang sama.
“Masih mencoba mempertahankan hubungan kalian ?” tanyanya, Meika melirik sinis.
“Apa maksudmu ?”
                Julian tertawa renyah.
“Berhentilah, Kau akan kelelahan dengan keinginan seperti itu. Cinta yang awalnya berkobar dengan semangat pada saatnya nanti akan berakhir dengan dingin dan beku” tadah Julian. Meika membuang wajahnya, Ia bahkan berhenti mengotak-atik ‘ve dinner di atas meja.
“Orang sepertimu tidak mengerti dengan Cinta !” kecam Meika gahar
“Kalau Aku tidak mengerti dengan cinta, lalu kenapa Aku masih disini ?” Julian bertanya balik.
“Tidak penting bagiku alasanmu tetap disini, karna Aku hanya menginginkan Kau pergi”
“Seharusnya bajingan itu yang pergi !”
“Siapa yang Kau sebut bajingan ? Dia punya nama, seharusnya Kau sadar jika sebutan seperti itu hanya pantas untukMu, Bukan Dia !” tadah Meika
“Jika Aku bajingan, Aku masih punya kelas yang lebih baik dibanding Dia ! Dia hanya pekerja rendahan yang bisa ku suruh dengan satu perintah”
“Aku sangat menyesal bisa ‘Ve Dinner denganMu ! jika bukan demi Papah-ku, Aku tak akan menemanimu !” gertak Meika.
                Julian tertawa renyah.
“Berhentilah menjadi keras kepala, Meika. Jangan buat Aku menghajar Yuki untuk yang kedua kalinya, Pertunangan Kita tinggal dua hari lagi” ancam Julian.
Meika tertegun, Ia berdiri dari kursinya lalu menumpahkan wine di gelas ke wajah Julian. Cowok itu basah kuyup, Ia memandang Meika tak percaya.
“Hanya benar-benar Lucifer yang bisa melakukan hal sekeji itu pada orang lain. Aku benar-benar membencimu !” maki Meika, Ia kemudian berlalu meninggalkan Julian.
                Sementara cowok itu disana, menyadari dirinya telah beku dengan siraman wine di badannya.
                Meika menekan tuts-tuts di handphone_nya, mendeteksi phone number milik Yuki.

Magnanimous Kaktus
calling . . .

                Tiap detiknya Meika menunggu Yuki untuk segera menjawab telp-nya.
Ya, Meika ?”
“Kau baik-baik saja ?” tadah Meika segera, saat mendengar suara Yuki dari seberang sana.
“Sure” jawab Yuki singkat, Ia segera keluar dari caffe. Mencari tempat dimana Ia bisa mendengar suara Meika, jauh lebih jernih.
“Aku sangat khawatir tentangMu ! bagaimana mungkin Kau tidak mengatakan hal seperti itu padaku !” teriak Meika geram, Yuki tertegun sambil memandangi handphone-nya.
“Mengatakan apa ?”
“Tentang Julian yang mengahajarMu ! ini yang ku lihat dengan semua lebam di wajahmu kemarin, kan ? dan Kau bilang ini jatuh karna memanjat boulder ! Kau sangat tega, Yuki !”
                Yuki diam meremas rambutnya,
“Untuk apa Ku katakan ? Kau sangat ketakutan dengan anak buah Orang Tua Mu, yang terus mengikutimu kemanapun layaknya Bodyguard..” kecam Yuki.
“Setidaknya Kau tidak perlu berbohong !”
“..Meika, Aku melakukannya untuk tidak menambah rasa khawatirMu ! Aku melakukan banyak hal dengan alasan, bukan dengan maksud yang lain” lanjut Yuki, nada suaranya merendah.
“Aku juga perlu tau, Yuki. Apa sulitnya mengatakan hal seperti itu padaku ?”
“Untuk apa ? Aku tak mau Kau cemas, Apa itu juga salah ? Kenapa Kau mulai memberiku banyak tuntutan yang begitu menyiksa seperti ini”
“Rasa khawatirku Kau sebut menyiksa ?!” tadah Meika tak percaya, Yuki diam. Kini Ia semakin bingung dengan Gadis Moody-nya.
“Aku tak percaya ini ! Aku menumpahkan wine ke wajah Julian, karna begitu jengkel dengan kelakuannya kepadamu. Tapi, Kau mengatakan Aku memberimu banyak tuntutan ?” kecam Meika lagi, Yuki membuang nafas kesal.
“Apa yang Kau lakukan pada Julian, Dia akan melaporkanMu pada Papah. Dan kesimpulannya namaku yang akan Dia jual lagi, Aku sudah semakin tak ada harganya dihadapan Papa Kamu, Meika !”
“Ku lakukan karna Emosi”
“Kau tau ? Aku tak membalas pukulannya dengan meredam emosiku !” teriak Yuki di seberang sana.
“Tapi, Aku nggak bisa bertahan dengan cara seperti itu ! di pandang remeh oleh orang yang bahkan tidak lebih baik”
“Itulah yang membuat Kenapa Aku begitu marah ! Kau memikirkan hal yang hanya selesai di apa yang sedang Kau rasakan, tanpa memikirkan hal lainnya” kecam Yuki lagi.
“Kau memarahiku, Yuki ?”
“Tidak, Aku hanya memikirkan satu hal. Mungkin saja Kau sesemangat ini karna hal yang Kau rasakan. Jadi, disaat Kau tidak merasakan apapun lagi, Kau akan meninggalkanKu”
                Meika tertegun meremas handphone_nya, Ia menahan nafas dengan kelu atas kalimat yang Yuki sodorkan.
“Apa yang sebenarnya ingin Kau katakan ?”
“Setidaknya Kau memiliki otak untuk memikirkannya sendiri” kecam Yuki lagi.
“Aku benar-benar bodoh ! dalam mempertahankan apa yang Aku rasakan pun, Aku disebut salah olehmu” isak Meika
“Tidak ada yang mengatakan seperti itu”
“Dan, memang inti dari kalimatmu seperti itu, kan ?” tadah Meika, Ia membiarkan air matanya mengalir deras.
“Dengar, Aku terbiasa melalui banyak hal yang lebih memalukan kebanding dipukuli oleh Julian. Kau hanya harus tenang dan Aku tak ingin Kau mengkhawatirkan banyak hal” kilah Yuki, Meika meremas erat Handphone di genggamannya.
“Tapi, setidaknya dengan diberitahu, Aku bisa mengerti dengan apa yang Kau alami. Tentang bagaimana yang terjadi dalam pengorbananmu untuk Kita, untuk hal yang Kita pertahankan”
“Hentikan ! Aku lelah untuk terus berdebat denganMu” tutup Yuki, Meika menghapus bulir air matanya.
“Kenapa Kau berpikir Aku memulai debat ?”
“Karna, Kau duplikatku” ujar Yuki.
                Meika tersenyum, Ia meneguhkan hatinya jika setiap mereka bertengkar efeknya tak akan memperparah apa yang sudah dikomitmenkan.
“Kapan Aku bisa bertemu denganmu ?”
“Selama Aku masih bisa mengecoh para Pembokat itu” kenang Meika, Yuki mengangguk gagu.
“Bisakah besok Kau mengecoh jejak lagi ? Aku ingin bertemu”
“Akan sangat sulit, satu-satunya alasanku keluar adalah bertemu  Greel”
“Aku tidak masalah jika pun harus ada Greel”
“Akan ku usahakan” ujar Meika.

                Beberapa kalimat khawatir tertekan tak mau keluar, hingga menyisakan bising yang tak terdengar.
“Kenapa Kau ingin bertemu denganku besok ? Padahal Kau tau itu sulit” lanjut Meika.
                Yuki diam, menghela banyak udara di pantai. Lalu membuang nafasnya dengan kelu
“Ada yang ingin ku katakan”
“Tentang apa ?”
                Yuki diam lagi, Meika menjadi sangat penasaran.
“Bisakah katakan sekarang ?” tadah Meika lagi
“Jika Ku katakan sekarang, Aku tak akan mengajak untuk bertemu denganmu besok”
“Aku rasa Kau berusaha menyembunyikan sesuatu”
“Mungkin Aku sedang berusaha menyampaikan sesuatu, Kau mengikuti caraku. kan ?” kecam Yuki
                Meika menahan nafasnya, setiap suara yang terdengar membuatnya bisa mengambil banyak kesimpulan.
“Selama ini memang Kita selalu mengikuti caramu”
“Jangan memulai kalimat yang tak ingin Ku dengar” ujar Yuki
“Baiklah, Selama Aku terus berpikir Kita akan baik-baik saja. Aku tak akan memulai perang apapun”
“Apa ada yang salah tentang Kita, selama ini dipikiranmu ?” Yuki menahan banyak pertanyaan.
“Nggak” jawab Meika singkat
“Kita hanya sedang memikirkan segala yang terjadi dengan pola pikir Kita masing-masing, Aku khawatir Kita tidak bertemu disatu titik pikiran yang sama” lanjutnya.
                Yuki diam, Ia tak mau mengatakan banyak hal lagi. Karna Ia akan menganggapnya beban dengan segera.
“Aku tutup telponnya”

Meika diam memegangi handphone-nya di pinggir jendela, merengkuh dingin pantulan cahaya air di kaca. Atau jika ada hal yang lebih baik dilakukan selain diam dan merenung, Ia akan tetap memilih untuk diam di tempat yang sama.



unbelievable
***
                Kerikil depan pintu rumah, menyisakan bunyi yang mendesah akan embun saat masih terlalu pagi. Meika berjalan dengan segenap ketelitiannya agar tak dicurigai oleh satu orang pun di rumah, Key mengintip dari balik anak tangga. Ia tau Meika sedang berusaha keluar dengan mengendap-endap.
“Key, ngapain Kamu disitu ?” tatap Mama,
Key tertegun, Ia melirik Meika lalu menghampiri Mama-nya.
“Mama ? Kita ke ruang tengah, yuk ? Key mau kasih liat Mama nilai hasil KKN” kilah Key, Ia berusaha mengalihkan perhatian Mama. Agar setidaknya orang tua itu tak melihat Meika yang tengah berusaha melarikan diri.
                Sementara Meika nggak tau kalo Key sempat menolongnya, Ia bisa dengan cepat menemukan satu taxi yang lewat.
“Yuki ?” tatap Meika nggak percaya, Cowok itu menunggunya di depan gerbang kampus. Duduk dengan beberapa security disana, Lalu menghampiri Meika dengan sangat ceria.

“Kita mau kemana ?” teriak Meika saat Yuki serta merta menggapai tangannya dan membawanya berlari.
                Yuki melirik sepintas lalu tertawa renyah, seolah Mereka tak sedang mendapatkan cobaan apapun. Tentu saja Meika keheranan. Tapi, Ia bahagia seakan Yuki dan cerita tentang Mereka telah kembali lagi.
“Ke surga” jawabnya singkat.
                Meika tertawa, Sesaat genggaman jemari itu berjalan melambat. Membuat keduanya tergesa-gesa menghampiri kursi taman, lalu saling menertawakan kebodohan masing-masing.
“Setelah sekian lama, akhirnya Aku berlari lagi” liriknya.
“Sama” aku Meika.
“Cape ?”
Meika mengangguk, “Banget”
“Kamu saja yang Bodoh mau-maunya berlari sama Aku” Yuki tertawa sepuasnya, Meika masih berusaha menetralizir nafasnya.
“Abis Kamunya langsung narik gitu, mana sempat Aku nolak ? lagian, walaupun cape Aku bahagia. ko
“Apa menurutmu kebahagiaan itu ?” tanya Yuki
“Berlari seperti ini, kebebasan untuk memilih. Mau tetap berlari atau berhenti di bangku taman atau juga malah berdiri dan berlari lagi”
                Yuki meliriknya, lalu tertawa. Ia mengobrak-abrik rambut Meika yang terurai.
“Haruskah Kita berlari lagi ?” tatap Yuki, Meika merenggutkan wajahnya.
“Boleh. Tapi, besok besok aja. yah ? Sumpah cape banget”
“Baru juga berapa meter dari kampus, udah nyerah. Gimana Kalo Kita kawin lari, coba ? pasti lebih cape dari ini” ujar Yuki
                Meika tersenyum, lalu menggenggam erat jemarinya.
“Selama itu bareng Kamu, Aku sih siap-siap aja”
“Kamu, tuh.. ntar kalo Kamu cape, Aku yang repot. Kamu mau minta digendong” kecam Yuki.
                Meika tertawa
Oh, iya ? Kamu kemarin bilang di telpon kalo hari ini ada yang perlu di omongin. Jadi, apa ?” tatap Meika penasaran.
                Yuki merunduk, lalu memandang penuh wajah gadisnya. Ia tersenyum dangkal, senyum yang menyimpan banyak pertanyaan.
“Nggak ada” jawab Yuki
Meika tertegun “what ? nggak ada ? Kamu tau nggak sih, Aku kemari itu kayak orang mau melarikan diri, kerja keras buat bisa ketemu Kamu. Tapi, sampai disini, Kamu malah bilang kayak gi..”
                Yuki mengecup bibirnya, Meika tertegun sampai tidak bisa melanjutkan ucapannya.

~~~

“Hallo ? iya Tante, ini Greel. oh, Meika ?? Dia lagi sama Greel,. Iya, jangan khawatir Tante. ok, bye” Greel menutup telponnya.
“Parah nih anak, kabur lagi dari rumah” keluh Greel.
“Greel, ada yang cari nih” teriak Bibinya di depan sana, Greel bergegas untuk menemui seseorang di teras.
“Siapa ?”
“Kakaknya Meika”
Ohg, hay ? ka’ Key.. Tumben kemari ?” tegur Greel, Key menoleh lalu tersenyum.
“Bisa bicara sebentar, nggak ?”
“Bisa-bisa, ada apa. yah ?” tatap Greel antusias, dalam hati Ia dug-dag jangan sampe Key malah mencari Meika sampai ke rumahnya.
“Tentang Meika, sih” urai Key kelu.
Ohg, Meika ? tadi dia kesini. Tapi, udah pulang, barusan”
“Nggak usah bohong, deh. Aku tau ko Meika nggak kemari” kecam Key, Greel tertegun menggigit bibirnya.
“Ma’afin Greel, ka”
It’s okay. Ka’ Key kemari, mau minta tolong. Tolong tenangin Meika, yah ? kalo sesuatu terjadi nanti. Kakak nggak tau bagaimana nantinya Meika sama Yuki, itu..”
                Greel merunduk bingung
“Maksudnya apa ?”
“Begini, Ka’Key lagi bikin perjanjian sama Yuki. Kalo Dia mau ninggalin Meika, Ka’ Key akan membatalkan pertunangan Meika sama Julian. Jadi, kemungkinan besar Yuki akan meninggalkan Meika..”
“Bagaimana dengan Meika, ka ?” tadah Greel khawatir
“.. itulah maksud Ka’ Key, Kamu tenangin Dia andai itu terjadi. Kalo Yuki memang cinta sama Meika, suatu hari nanti Dia akan kembali sama Meika. Disaat Dia udah bener-bener siap dan setidaknya memiliki alasan untuk dipertahankan”
                Greel diam, mendengar kalimat ka’ Key yang malah membuatnya bisa mendeteksi berbagai spekulasi.

~~~

                Setapak sempit ditapaki keduanya, menikmati desahan angin yang membuai ranting pinus pinus tua. Sebenarnya nggak bisa dibilang sebagai jalan setapak, lebih tepatnya itu adalah bekas rel kereta jaman nggak enak.
“Kita duduk disini, aja”
“Memangnya nggak ada kereta yang lewat disini ?” tatap Meika membuka jaketnya, Yuki meringis.
“ini tempat Aku sejak lama, kalopun ada kereta yang lewat disini. Aku pasti udah lama kelindes dan mati, nggak ada cerita bisa ketemu Kamu”
Meika tertawa “Iya juga, sih” Yuki menghamburkan rambutnya, Meika merebahkan kepalanya dipundak Yuki.



Seakan rerumutan tak teratur telah menjadi good scenary di sejauh mata memandang.
“Kamu pernah membayangkan bisa ketemu orang kayak Aku, nggak ?” tanya Yuki , suaranya terdengar serak dimonopoli biasan angin.
“Nggak” Meika singkat.
“Kalau jatuh cinta ?”
“Jangankan jatuh cinta, untuk ngerti Cinta itu sebenarnya kayak apa aja. Aku nggak pernah terbayang” Meika tersenyum kelu, Yuki menerawang uap angin disekitarnya.
“Dan ternyata ?”
“..Ternyata cinta itu hanyalah ilusi, ilusi akan rasa, rasa yang menilai, pantas atau nggak pantas disebut cinta. Dan ketika Kita bertemu, Aku bisa merasakan ilusi yang pantas yang bisa dipertahankan” ujar Meika lirih.
“Apa Kau bahagia dengan ilusi seperti itu ?”
“Karna ilusinya nggak menyakiti, ataupun karna menyakiti dan tetap terasa indah. Aku pikir Aku bahagia”
                Yuki diam, Menghela banyak kalimat yang urung dikatakannya.
“Jika suatu saat ilusinya telah pergi ?”
“Dia akan terus menggenggam tanganku, Dia memiliki janji di suatu hari bukan di suatu saat untuk pergi”
“Jika ilusinya memiliki alasan lain ?” tanya Yuki lagi
“Aku makhluk yang bisa mengerti, Jika Dia menguraikan alasannya dengan jelas”
“Andai alasannya pun tak begitu jelas ?”
“Mungkin harus ditanyakan, apakah ilusi yang ku miliki juga sama seperti yang Ia miliki ?” tatap Meika
“Sama. Tapi, dengan pola pikir berbeda”
“Apa yang ingin Kau katakan padaku ?”
“Aku mencintaiMu” tutup Yuki, walau mungkin bukan hal itu yang ingin Ia katakan.

~~~

“Merasa lebih baik ?”
Meika menoleh, saat Pintu kamanya dibuka Key setengah.
“Ada apa ?” tanya Meika balik.
“Abis ketemu Yuki, kan ?”
                Meika tertegun, Ia segera menarik Key masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu. Berharap Papa dan Mama nggak mendengar mereka.
“Ngikutin Aku, ya ?” tatap Meika geram
“Mau sampai kapan kamu bertahan dengan sikap keras kepala Kamu ?”
“Ka’ Key itu Kakak Aku, kan ? bisa nggak ngerti dengan apa yang Meika rasain disini” tunjuk Meika di dada Key.
                Cowok itu terdiam, Meika berlalu dan duduk di jendela kamarnya lagi.
“Yuki itu terlalu abu-abu buat Kamu, Dia harus menentukan warna atas dirinya sendiri agar bisa mewarnai hidup Kamu, Meika” kecam Key.
“Ka’ Key itu sama kayak Papah ! egois !” teriak Meika gahar.
“Ka’ Key itu kenal siapa Yuki, Meika !”
Meika tertegun, Ia spontan menoleh. Mendekati Key selangkah demi langkah lalu menggeleng.
“Nggak mungkin, Unbelievable” kecam Meika
“Percaya ! sejak kapan Ka’ Key bohong sama Meika ?”
“Sejak kapan Meika tau kapan Ka’Key bohong dan nggak bohong ?” lirik Meika sinis.
                Key duduk di ujung bed cover, lalu menatap prihatin adiknya yang meliar.
“Sejak Kamu kenal sama Yuki, Kamu itu berubah..” ujar Key
                Meika diam di depan jendela kamarnya, menjamah uluran uluran tirai yang tergerak ulah angin.
“..Kamu jadi bukan Meika yang ka’ Key kenal. Cinta itu memang indah. Tapi, Cinta nggak bikin seseorang kehilangan jati dirinya seperti ini, jadi tukang ngelawan & membantah” lanjutnya.
“Aku hanya mempertahankan, lagian mungkin ini jati diri Meika. Bahkan dulu Meika sendiri nggak tau, Meika punya jati diri atau nggak ? punya prinsip atau nggak” ujar Meika, air matanya jatuh di ujung pelupuk.
“Coba bilang semua hal yang ada pikiran Kamu”
“Mau ka’Key itu apa, sih ?”
“Ka’Key Cuma pingin tau apa yang ada dipikiran Gadis Manja yang selalu bergantung sama Ka’ Key dulu, kenapa Dia menjadi liar seperti sekarang ? apa yang Dia mau ?” tanya Key dramatis.
                Meika terduduk lemas di lantai, Ia menghapus air matanya lalu berdiri. Meraih aquarium kecil lalu membantingnya di lantai, membuat anak ikan di dalamnya mengepak-ngepak nyaris mati.
“Lebih tepatnya nggak ada yang ngerti !” teriak Meika kelu.
“Apanya ?” tatap Key.
                Gadis itu tersandar di bawah jendela lalu terduduk
lemas dengan isakan air matanya.
“Atau lebih tepatnya, seperti ikan itu..” tunjuk Meika ke lantai, anak ikan itu mengepak-ngepak sekarat tanpa air.
Aquariumnya pecah berserakan dan tak ada air yang bisa membuatnya berenang bebas.
“..Pernah nggak ? ada yang nanya apa yang Meika tau ? apa yang Meika mau ? yang Meika rasa ? yang terdera ? Atau.. ada yang tau kenapa Meika pengen ke Perth ? Meika pengen sekolah disana, bukan jadi ambassador.. Atau ada yang tau Meika nggak mau pilih sekolah Keuangan ? itu semua bukan kehidupan yang Meika mau ! itu keinginan kalian. Tapi, Meika lakuin, ka..” teriak Meika kelu.
                Key menatapnya tanpa berkedip, tanpa niat untuk mengalihkan tatapannya.
“..Dan ketika Meika memilih untuk diam menjalaninya, Meika jatuh cinta. Tapi, lagi-lagi itu salah ! sekali seumur hidup, Ka. Bisa nggak yang ini di kabulin ? nggak di tentang habis-habisan kayak gini..!” isaknya.
Key mendekat, mendekap Adiknya yang berteriak.
“Maaf” urai Key, sementara Meika kesulitan meredam air mata dan teriak isak akan tangisnya.

~~~

                Beberapa pecahan aquarium yang dibanting Meika tak lagi terlihat, Greel datang dan menemaninya.
“Mungkin saat Aku depresi, mata Mereka baru ngerti kalo Cinta itu penting” isaknya.
Greel datang mendekap Gadis itu, sehangat mungkin. Untuk melumerkan gunung Es dihatinya.
“Jangan gitu, Meika. Sabarlah, semua cerita punya ending yang indah. Kamu harus percaya itu”
Meika diam, Ia mengangguk. Greel membiarkannya tenang, sampai Meika kembali mengutas tabloid-tabloid berserakan.
“Jadi, gimana sama Yuki ?” tatap Greel.
“Baik-baik, aja” jawabnya datar.
                Greel kembali membuka lembaran di majalah, Sampai akhirnya Meika menyeringai lagi.
“Aku heran, deh. Greel”
“Kenapa ?”
“Iya, Yuki. Dia romantis banget hari ini, Seakan Kita itu lagi nggak ada cobaan apapun. Seakan semuanya benar-benar indah, menyenangkan. Kita jalan seharian, Kita berlari sampai di rel kereta, Kita tertawa dan Ciuman..” kenang Meika.
“..Tapi, rasanya anneh” lanjutnya.
kening Greel mengkerut.
“Anneh, gimana ? bagus donk”
“Ya, kayak nggak wajar aja. Kayak apa, ya ?”
“Kenapa ? itu bagus, artinya Dia nggak terpengaruh sama semua cobaan dan tentangan ini. Dia mencoba memperlihatkan kalo Kalian benar-benar bahagia” terang Greel, Meika tersenyum simpul.
“Iya, juga. sih”
Gadis itu kembali mendekap panda purple-nya.
“Kamu merasa lebih baik ?”
“Karna ada Kamu disini, Aku jadi lebih terkendali. Akhir-akhir ini Aku merasa jadi agak liar, Makasih ya. Greel ? masih mau jadi sahabat Aku, walau keadaan Aku udah kayak gini”
                Greel tertawa.
That’s friends are for, Meika..”
“Aku nggak ngerti, deh. Kalo nggak di tenangin sama seorang sahabat, Aku pasti udah bunuh diri kayak di film mohabbatein” kenang Meika. membuat Greel lagi-lagi tertawa.
“Nggak bunuh diri , aja. pasti juga akan mati”
“Iya, sih” Meika tersenyum lirih.
“Gitu, donk. senyum cantik, Dunia ikut murung kalo Kamu
nangis terus” ancamnya, Meika mengangguk pelan.
                Hidup itu kayak menyusun susunan puzzle, butuh konsentrasi dan pilihan. Memilih untuk di tempatkan dimana dan konsentrasi untuk jadi gambar apa, karna mengatur Nggak secepat menghamburnya.
                Potongan potongan puzzle ibaratnya kejadian-kejadian penting dalam hidup. Jika semua potongan menyatu dan membuat pola yang benar. Maka, disitulah kepribadian akan seseorang tersebut dapat terbentuk dengan baik.
                Gambar yang jelas, arti yang jelas dan akhir yang jelas. Semua itu tergantung dari bagaimana proses mengatur potongan-potongan Puzzle tadi. Jadi, kesimpulannya hidup itu penuh dengan kejadian-kejadian penting yang digunakan sebagai landasan untuk menghadapi bagaimana kejadian-kejadian yang akan datang. Sehingga mampu menjadikannya sebuah hasil atau susunan karya puzzle terbaik.
                Nggak ada orang jahat didunia, Yang ada itu : Karna semua orang pingin menjadi yang terbaik. Maka, secara nggak langsung membuat beberapa yang nggak baik disebut sebagai orang jahat.
                Dan .. yeah, itulah Hidup.



walking after you
***
“Papa ngomong apa ?” tatap Meika tak percaya.
breakfast mendadak tak terlihat menarik di depan Meika
“Karna Kamu nggak mendengarkan, Papa. Jadi, Papa melakukan ini, Bodyguard yang mengikuti Kamu. Mereka liat Kamu masih bertemu Yuki. Jadi, Papa menyuruh Mereka memberi pelajaran sama Yuki. Dia belum mati. Jadi, jangan bikin Papa punya keinginan untuk menyuruh Mereka membunuhnya” ancam Papa.
                Ia bahkan tak seincipun menatap ekspresi Meika, Gadis itu menatap gahar. Ia berdiri membanting piringnya
“Papa udah kelewatan !” teriaknya
“Tenang, sayang. Papa Cuma mau yang terbaik untuk Kamu, itu aja” usap Mama di pundak Meika.
“Nggak, Ma ! asal Papa tau, sebelum Papa bisa menyuruh orang untuk membunuh Yuki, Meika akan bunuh diri deluan” ujar Meika kesal, Ia berlari keluar.
“Meika…” teriak Mama
“Pa.. bagaimana ini ?” kecam Mama.
                Papah memegangi dadanya, Sampai sesak. Jantung Papa kambuh dan Ia pingsan di atas meja makan.
Key histeris “Papah !!! Bangun !!” usik Mama terkejut.
“Papah ? Bangun Pah, Key ! bawa Papah ke mobil, cepat ! Kita kerumah sakit, sekarang !!” teriak Mama bingung.

~~~

                Taxi yang ditumpangi Meika berhenti di depan Kampus, Setelahnya Ia berlari secepat yang Ia mampu ke dalam pelataran Universitas.
“Joko ! Yuki, mana ?” teriaknya.
Joko spontan menoleh, Ia berdiri di samping rajutan bamboo
“Malaikat ? Ko kesini ?”
“Namaku, Meika” ujar Meika terengah-engah, Joko menatapnya khawatir.
“Iya. Tapi, ko kesini pagi-pagi, ada apa ?”
“Yuki mana ?” tadah Meika
                Joko diam, Meika segera naik ke rumah pohon. membuka pintunya, yang terlihat hanyalah pot-pot kaktus yang mendesir lirih. Ia tertegun, dibukanya lemari plastik dan perlengkapan Yuki nggak ada satu pun disana.
                Meika bergegas turun menadah Joko lagi.
“Aku tanya YUKI manaaa ?” teriaknya geram.
Joko merunduk bingung, lalu memberanikan diri menatap Meika lagi. Seakan Dia akan di terkam, jika menjawab Meika dengan segera.
“Dia pergi”
“Pergi ? pergi kemana ? sosialisasi ? naik gunung ? atau Ke mana ?” tatap Meika risau, Joko menggeleng.
“Dia Pergi, Meika”
“Apa maksudnya dengan pergi ?” tatap Meika, air di matanya mulai tak terbendung lagi.
“Kemarin, Anak buah Papamu mengeroyoknya. Dia nyaris mati, Kita juga ikut lawan. Tapi, Kita juga babak belur akhirnya. Dan Kamu tau ? Nyokapnya itu kerja di kantor cabang, perusahaan Utama milik PapaMu ! Dia terancam dipecat. Tolong Yuki, Meika” urai Joko.
                Meika tak dapat menahan geram dihatinya.
“Aku nggak tau” Gadis itu menggeleng berulang kali.
“..Dia berakhir untuk Kamu, cinta kalian itu berbahaya. Yuki itu cerdas, Dia ikut ujian beasiswa ke Perth sampe akhirnya Dia nggak bisa KKN. Dan Kamu tau ? Tuhan itu adil, Yuki lulus tes beasiswanya. Aku baru saja dari Bandara ngantar Dia, Kalo Kamu mau ketemu Dia, mungkin ? nggak mungkin Bisa ketemu”  lanjut Joko.
“Perth ?” tatap Meika nggak percaya.
Joko mengangguk
“Antarin Aku ketemu Dia, tolong..” isak Meika, Joko segera mengambil motor butut-nya, Ia menstarter berulang kali. Tapi, kodok Mapala itu tidak mau jalan.
                Terpaksa Ia dan Meika berlari ke depan gerbang, menyusuri rontokkan daun-daun yang menyepi di jalanan dalam universitas untuk bisa menemukan satu taxi.
Taxi !” teriak Meika
Lalu keduanya segera menumpangi,
“Yang cepat, Pak. Tolong..” pinta Meika, Membuat lesatan sopir semakin memburu.
“Cepat, Pak. emergensi” ujar Joko, Meika tertegun. Ia melirik Joko lalu kembali beriak tegang.
“Pliss, jangan tinggalin Aku dengan cara kayak gini” isak Meika lirih, Sopir taxi-nya kejebak macet dengan area yang begitu panjang.

~~~

“Meika, mana ?” tanya Papa saat tempat tidur dorong itu nyaris memasuki Unit gawat Darurat.
“Meika ?” tatap Mama, Papa mengangguk. Dia menahan nafasnya dengan selang oksigen.
“Keluarga harap menunggu diluar” kecam seorang suster.
“Bisakah Saya menemani, Sus ?” pinta Mama
“Nyonya harap menunggu diluar, agar tidak mengganggu konsentrasi Dokter”
“Saya Cuma nemanin Dia” isak Mama kalut.
“Mama, Key mohon biarkan” Key menahan lengan Mama-nya, Ibu itu menangis sejadinya.
“Dalam keadaan seperti ini pun, yang Ia tanya hanyalah Meika, Key ! hubungi Meika, Mama mohon” Mama merintih dengan lembaran tisu yang dihabiskannya.
Key menjambak rambutnya sendiri, Ia meainkan tuts handphone. Berharap Meika mengangkatnya dengan segera.

Ka’ Key
calling …

Handphone-mu bunyi” tunjuk Joko.
Meika melirik handphone-nya disaku, memperhatikan LCD akan nama Key muncul berkerlap-kerlip.
“Hallo ? kenapa, ka ?” ujar Meika
Joko antusias menatap mimik Meika yang seketika berubah lebih tegang.
“Apa ? Papa masuk Rumah sakit ?” teriak Meika, Joko tertegun seketika.
“Pak sopir, pindah haluan. Kita kerumah sakit” pinta Meika
“Neng, nggak liat apa ? Kita itu masih kejebak macet” komentar si empunya mobil.
“Ya, udah. Aku turun sini aja deh” Meika membayar argo yang sempat Ia lihat, kemudian membuka pintu taxi. Menatap sekelilingnya, uap panas yang masih mengepul dan rentetan mobil dan motor yang beradu tahan.
“Kita nggak jadi ke bandara ?” teriak Joko ketika Meika hampir berlari. Gadis itu diam, membayangkan kedua pilihan yang terbiasa dengannya.
“Nggak, Aku harus ke rumah sakit. Joko” Meika memutuskan satu pilihan dihatinya, kemudian Ia meninggalkan Joko di antara kemacetan.
                Meika berlari dengan sisa tenaga yang masih Ia miliki, menghapus bulir bulir air matanya. Sampai harus jatuh di trotoar dan kembali bangkit lagi.
“Bagaimana Papa ? Dia dimana ?” tegurnya di loby, Mama dan Key menoleh bersamaan. Gadis itu Nampak compang-camping ibarat humus terlusuh, Keduanya tertegun.
                Gadis paling feminism yang pernah ada itu Nampak seperti anak jalanan yang tak terurus. Key berdiri dari duduknya, mendekap Meika dengan erat.
“Kau kembali” bisiknya lirih, Meika menahan tangisnya.
“Maafin, Meika. ka” isaknya.

~~~

                Terdengar dengan jelas jika Pesawat akan segera membawa Yuki ke tujuannya, Dia berbalik menatap sekitarnya berharap menemukan wajah seseorang di antara sekian wajah disana.
“Aku pergi, Meika..” Yuki menyadari akan kisahnya yang membawa banyak tawa dan tangis melebur jadi satu bagian terindah dalam hidup.
“..Pergi, bukan untuk Aku. Tapi, untuk Kita di suatu hari nanti yang pernah Aku janjikan, Maafkan Aku Meika. Aku akan kembali, Aku pasti kembali untuk membuktikan semuanya Padamu. Untuk memperlihatkan pada Dunia jika kita cocok, jika Kita memang serasi dan untuk menawarkan diri dihadapan Semua orang jika Aku berdiri di satu Dunia yang sama denganMu..” isak Yuki lirih.
                Sekian banyak wajah itu, melepasnya sendiri. Terbang dalam angan yang mungkin tak mungkin mengetasnya menjadi lebih baik.
“Aku Pergi, Meika” Ia merunduk tangis, menumpangi pesawat tanpa suara, suara yang tak terdengar dan isak yang jauh tak keluar.

~~~

                Gadis itu membuka pintu rawat inap dengan gemetar, memperhatikan uap air yang menyala dan keheningan yang menenangkan. Lalu duduk dengan penuh penyesalan di hadapan Orang Tua yang terpejam.
“Ini Meika, Pa” Meika meraih jemari Papa dengan hangat, Lalu menciuminya dengan gemetar.
“Ma’afin, Meika. Pa” isaknya, sampai semua air mata itu menjadi begitu deras keluar.
“Meika memang nggak tau di untung, Pa. Ma’afin Meika, Pa” keluhnya, risauan angin membuat ambang rambutnya. Namun, tak menjernihkan pikiran apapun selain penyesalan.
“Meika Ca.. naya ?” Papa terbangun
Meika mengangguk kelu, Papa membuka tabung oksigennya lalu tersenyum.
“Kau kembali ?” tatap Papa haru.
Meika mengangguk lagi
“Ma’afin, Meika. Pa” isaknya, Papa menghapus air matanya yang mendesir lirih.
“Meika salah, seharusnya Meika tau. Kalo semua yang dilakukan Papa adalah untuk kebaikan Meika. Tapi, lihat akibat kebandelan Meika ? semua orang menderita karna Meika, Kata maaf aja nggak akan cukup. Liat Papa kayak gini, Meika menyesal, Pa. Meika janji akan tinggalin Yuki, Meika janji” isaknya kalut, Papa mendaratkan telunjuknya di bibir Meika.
“Jangan menangis, Malaikat kecilku” sanggahnya
“Papa, mau ma’afin. Meika ?”
Papa mengangguk
“Nggak ada orang tua yang membenci anaknya, Nggak ada orang tua yang mau anaknya menderita. Cuma orang Tua bodoh yang membuat anaknya merasa tersiksa dirumah sendiri, Papa juga minta maaf sama Meika. Papa egois, Papa nggak mengerti dengan perasaan Kamu, Papa salah” isak orang Tua itu, ruangan rawat inap seketika menelusik perih perasaan. Meika menggeleng
“Meika nggak marah, ko” ujarnya lirih,
Papa terbenam sepi, Air mata beningnya jatuh berurai.

~~~

“Papa Kamu, baik-baik aja kan ?” tatap Greel, Meika mengangguk. Key menepuk pundaknya, Meika menoleh.
“Hemm ?”
“Kenapa ? kenapa akhirnya memilih ?” ujar Key sangsi.
Meika berlalu ke kursi taman rumah sakit, lalu duduk disana sendirian. Key mengikuti jalannya dari belakang
“Jangan membanjiriku dengan pertanyaan” kecamnya pilu.
                Key berlalu, Greel datang mendekapnya.
“Karna cinta ini, semuanya sulit. Sejak awal Kau menentangKu. Tapi, Aku terus maju. sampai akhirnya Semua orang menentangku. Tapi, Aku juga terus maju..” isak Meika
Greel membelai rambut panjangnya.
“..Lalu, sampai di satu titik, Keluargaku menentangku. Tapi, Aku berusaha maju. Dan akhirnya ? Aku dikawal ketat Bodyguard, Julian menghajar Yuki, Dia babak belur nggak melawan..” Gadis itu merunduk tangis.
“..Aku terus maju. Lalu Ibunya Yuki nyaris kehilangan pekerjaannya, Yuki nyaris mati dikeroyok Bodyguard-Ku, Papa juga nyaris mati karna serangan jantung. Jika Aku maju lagi ? Apa yang akan terjadi Greel ? Kenapa ?” tatap Meika
“.. kenapa.. Cinta itu menyiksa ? Apa yang telah ku perbuat tentangnya penuh dengan kesalahan, Apa salahku ? Tolong kasih tau Aku dimana salahku, Greel” tangis Meika menjadi makin mengiris, Greel menjatuhkan air matanya.
“Nggak ada yang salah, Meika. Hidup memang nggak harus sejalan dengan apa yang Kita impikan”
“Aku lelah, Greel. Aku benar-benar kelelahan” isaknya kelu, Greel menggeleng.
“Jangan menangis, Meika” bisik Greel lirih. Namun, malah semakin memancing tangis gadis itu.
“Hidupku indah, bukan ?” tatapnya kecut, Greel diam.
“Sangat indah sampai rasanya begitu sesak. Atau karna begitu menyakitkan, sampai akhirnya terasa indah ?” tanya Meika, pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban apapun sebagai penenangnya.
                Gadis itu berusaha menghentikkan tangisnya yang terus meluap, berharap keajaiban yang sering omong kosong tuturkan bisa menjadi kenyataan sekali ini saja.



Desiran air danau mengalun tanpa suara, meramaikan keheningan dalam perasaan yang terasa sesak.
“Haruskah Aku berharap untukmu, untuk Kau baik-baik saja?” tegur Joko, Meika meoleh.
Cowok jangkung itu datang di temani Ewwin, keduanya duduk di belakang punggung Meika.
“Aku pikir, segala harapan itu busyit” kecamnya.
“Hidup itu berawal dari harapan. Jadi, nggak ada yang namanya harapan busyit, Meika” urai Ewwin, keduanya mencoba menenangkan Gadis itu sebagai sehabat. Tapi, Meika lagi nggak bersahabat akhir-akhir ini, setelah Yuki pergi meninggalkannya ke Perth tanpa pamit.
“Aku selalu berharap dengan bodoh. Tapi, semua harapan itu lenyap entah kemana. Atau untuk berharap pun, Aku nggak layak ?” lirik Meika ke Ewwin.
“Semua orang berhak untuk hidupnya, nggak ada istilah layak atau nggak layak. Meika” kecam Joko.
                Seseorang datang di antara keduanya, membuat keduanya spontan menoleh.
“Meika ?” tegur Julian ketus.
Meika menoleh, Sementara Ewwin dan Joko menatap geram. Mereka tau betul bagaimana Julian mendalangi semuanya, memukul Yuki dan melaporkan banyak hal busuk yang tak seharusnya kepada Papa Meika.
                Anggap saja dalam persahabatan, siapa musuh Kamu maka itulah Musuh Kita.
“Julian ?”
Julian maju selangkah menarik kasar lengan Gadis itu, Meika menjerit kesakitan. Ewwin dan Joko spontan menghalangi
“Aku ada perlu sama Dia, bukan sama Kalian !” gertak Julian emosi, Ewwin dan Joko menyeringai.
“Nggak seharusnya Kamu kasar sama Cewek !” tadah Ewwin
“Iya, Dan asal Kamu tau. Kita juga punya perlu sama Kamu !” tatap Joko geram.
                Julian menunjuk Meika dengan sengit, seakan Ia tak mendengar apapun yang Kedua cowok itu katakan.
“Kenapa Kamu membuat Pertunangan Kita batal ? kenapa Papa Kamu mendadak nggak mau menerima Aku sebagai calon pendamping Kamu ? Apa yang Kamu lakukan atas Mereka, Hahg ?!!” teriak Julian geram.
                Meika diam, menggigit bibirnya. air matanya jatuh –
untuk sekedar sadar jika orang tuanya telah membatalkan pertunangan itu, Bahkan Meika sempat mengira jika Papa tak akan pernah menyerah untuk menjodohkan Julian dengannya.
“Kamu perempuan bangsat ! Aku cinta sama Kamu. Tapi, Kamu ! liat aja Meika ! Liat apa yang akan Aku lakuin sama kehidupan Kamu !!” teriak Julian geram.
                Joko maju selangkah lalu memukul Julian sampe Cowok itu tersungkur di tanah, Ia tertegun dapat serangan mendadak.
“Kenapa Kamu mukul Aku ?” gertaknya geram, Joko tersenyum lalu menonjok wajah Julian lagi.
“Pertama ! ini untuk sakit hati Yuki !” jawab Ewwin, Ia maju mengangkat Julian di kerah lalu memukulnya sampai terhuyung-huyung.
“Kedua ! untuk sakit hatinya Meika !” jawab Joko. Julian babak belur dengan segala kesakitan yang Ia dera.
Lalu Joko membagi bogem mentahnya lagi, sampai hidung dan wajah Julian memuncratkan darah.
“Ketiga ! untuk sakit hati sahabat-sahabatnya yang Cuma bisa nonton, saat Kamu menghajarnya di kandang Kita sendiri. Dasar Anjing ! Tai !!!” teriak Ewwin geram.
                Julian benar-benar habs di tangan kedua Cowok itu, Meika berlalu pulang meninggalkan Julian yang dihajar keduanya. Menyisakan secercah harapan akan hidup karna pertunangan Mereka batal.



heartbreak station
***
Papa duduk dikursi rodanya, Meika mendorong sepanjang taman kompleks rumah sakit. Setelah beberapa minggu, keadaan Papa menjadi lebih baik.
“Dulu, Meika pernah masuk rumah sakit. Kena malaria, Papa mendorong Meika di kursi roda, mutar-mutar taman rumah sakit. waktu itu, Kehidupan Kita nggak begitu mapan. Kakek pernah menentang Papa yang hanya sarjana Universitas rendahan, untuk menikahi Mama Kamu. Tapi, malah sekarang Meika yang mendorong Papa dikursi roda” kenang Papa, Meika jongkok di hadapan Papa.
“Pa, makasih ya ? udah mau membatalkan pertunangan Meika sama Julian” urai Meika.
Papa mengangguk,
“Papa ngerti kalo cinta nggak bisa dipaksain. Tapi, Kamu benar, Papa udah kemakan segala kalimat-kalimat ajaib Julian yang begitu manis. Kalian pernah pacaran dengan bahagia, padahal Kamu udah nggak cinta sama Dia. Terima kasih sama ka’ Key, gih..”
“Ka’ Key ?” Meika tertegun
Papa mengangguk lagi, kini Ia membagi senyumnya.
“Ka’ Key yang menjelaskan semuanya sama Papa, kalo ka’ Key nggak ngomong apapun, pasti Papa masih berpikir untuk melanjutkan pertunangan kalian” jelasnya.
                Meika mengangguk, meski Ia pun tak begitu paham. Mereka menghabiskannya dalam diam, seolah jikalau Papa berbicara. Maka, bisa dipastikan Meika tak mendengarkan apapun.

~~~

“Mau bicara, apa ?” tatap Key dramatis.
Meika spontan memeluknya erat, di sudut dapur dalam rumah. Dimana Ia bisa menemukan Key sedang membuka lemari pendingin.
“Ko, pake acara peluk-pelukkan segala, sih ?” tatap Key lagi
“Makasih, ya ? untuk bilang sama Papa, kalo Meika nggak mau dijodohin” isak Meika kelu.
                Key tersenyum, Ia kembali mendekap adeknya itu.
“Semua kakak, ngerti ko apa yang di rasain Adeknya. Jadi, kalo seorang Kakak hanya Diam saja tanpa mau ikut menyelesaikan kesedihan Adiknya, ka’ Key bisa pastikan itu adalah Kakak terbodoh yang nggak sengaja Tuhan ciptain”
Meika merengkuh tangis di pelukkan Key, seakan Ia terbiasa menangis berdua tentang segala hal. Dari kesepian dan kericuhan yang membising

~~~

                Meika duduk termenung di tempat favoritnya dalam kamar : jendela bertirai panjang. Seakan tidak ada tempat lain dalam rumah yang paling Ia gemari selain itu. Segala kenangan antara Ia dan Yuki terbuka berurai, menyeka air mata ringkih untuk kesekian kali.

“Ucapkan peraturan Ospek ! Aku ini Senior !!”

                Ketika Mereka pertama kali bertemu di ospek, Meika merengkuh lututnya. Menekan nafas dari sisa sisa suara, yang tak lagi ada.

“Kau tidak tahu, Mapala itu apa ?”

                Tatapan khawatirnya, lingkar matanya yang menahan tawa, kilau ekspresi dari kharismanya yang memukau entah kini sedang beriak lagi kemana.

“Jangan berisik, Aku hanya sedang menikmati rasanya menjadi mahasiswa Manajemen keuangan. Mahasiswa sebanyak ini, Dosen mana yang bisa menghafalnya”

                Hingar bingar akan surprice teraneh yang bisa membuatnya menemukan wajah yang sama di tempat yang tak seharusnya Ia berada.

“Tauge berguna untuk menyuburkan kandungan. Kau sebaiknya mulai mengkonsumsi. sehingga nanti ketika menikah, Kau cepat mengandung. Kenapa ketawa ? Kalau begitu, Jadi pacarku saja, bagaimana ?”

                Meika menekan sendok yang nyaris masuk ke dalam mulutnya, Ia menahan nafas beriak mendung di kelopak mata. Mendekap rasa yang membuatnya ingin segera mati dengan segala ending nihil.

“Kau tahu ? ketika Aku menggenggam tangan ini, Aku sangat ketakutan. Karna Aku takut saat lepas, Aku tak bisa meraihnya lagi”

                Dan jemari yang hangat itu kini terasa beku, Meika meremas jemarinya kelu. Ada bimbang akan rasa yang entah kemana hilangnya, membuat segenap hatinya ikut membatu.

“Memangnya, cinta itu hanya untuk mereka yang masih virgin, ya ?”

                Air mata itu kini benar-benar berurai, Meika memeluk lututnya menahan perih. Batinnya lirih menjerit, andai saja ada dari sekian mereka itu mendengarnya.

“Karna cinta tidak bisa sesuatu yang lain ..saat orang jatuh cinta, rasanya seperti tarikan maghnet yang membuat unsure lainnya mendekat
                Atau ketika desiran angin rupanya tak mampu meluluh lantahkan resah dihatinya akan seseorang itu, disuatu waktu yang datangnya kembali pun tak tentu.

“Aku tanya, Kamu kemana ? Aku paling nggak suka mengulang pertanyaan yang sama, Meika”

                Justru saat setiap orang menela’ah rindu, yang teringat dengan jelas hanyalah semua perkelahian Kita, Meika mendongak akan helaian daun kering yang menggugurinya.

"Aku tahu Kamu pasti keluar, Orang bodoh ini mencintaimu”
                                    
                Saat malam hujan dan Yuki tetap bertahan di depan gerbang, seakan malam itu semua hal menjadi satu bagian terpenting tiap detiknya.

“.. Bisa tidak ? jelaskan kepadaku kenapa Tuhan, menciptakan seseorang bertemu untuk kemudian berpisah ? bisa tidak ? tanyakan pada Tuhan, kenapa Ia selalu mengambil orang orang yang Aku sayangi ?”

                Itu pertama kalinya, Meika bisa melihat Yuki menyimpan segala keperihan hatinya dengan isakkan tangis.

“..Tapi, nggak salah kan kalo Aku mencoba untuk menciptakan keluarga yang Aku impikan kelak bersama denganmu ?”

                Meika diam, semua yang berada disekelilingnya Nampak lebih memuakkan. Tanpa seseorang disini, seseorang yang tenggelam di telan waktu.

“Maksudku, ketika Guntur dan kilat membuatmu takut. Tapi, Kau tetap menyukainya. Apa itu juga berlaku buatku ?”

                Desahan ranting yang menyimpan air, dimalam dingin saat Ia mengaku tentang narkoba. Tentang segala hal yang membuat Meika meringkih gagu.

“Magnanimous Kaktus.. Aku merasa seperti kaktus, atau kurang lebih ingin seperti Dia”

                Meika merilik gantungan pot kecil di balkonnya, Kaktus yang pernah di banting Yuki atas semua perkelahian Mereka.

“Karena, mereka tau Aku siapa.. Aku ini jauh lebih rusak dari pada Mereka, Aku dikenal dengan imej yang seperti itu !”

                Ketika perbedaan mulai terasa dan menyeimbangkan keduanya menjadi begitu sulit. Namun, rasanya lebih sulit saat ini, karna menyeimbangkan semua hal tanpanya terasa begitu berbeda.

Aku ingin berhenti, Berani sumpah. Demi K A M U !!!”

                Terecap akan beberapa kalimat tertahan, memaksa air mata yang mewakili semua pernyataan.

“Sumpah sakit banget, Meika ! Aku nggak kuat”

                Teriakkannya yang membayangi, keinginan menjadi manusia normal yang malah menyakiti dirinya sendiri lagi. Atau ketika keinginan itu terlalu kuat, yang akhirnya membuat keduanya saling menyakiti.

“Jadi, Kita baikkan ?”
                Ulang tahun Meika di panti asuhan, dan ciuman pertama Mereka ketika Yuki menawarkan keluarganya pada Meika.

“Mencoba menyukai hal yang Aku minati ?”

                Meika meremas selimutnya erat, membanting diri lunglai di atas bedcover. Melakukan banyak hal. Namun, hati yang mengendalikan pikiran, sehingga segala sesuatunya membuat Ia cepat tak berdaya.

“Aku nggak bisa kasih Dunia buat Kamu. Tapi, Aku akan berusaha mengamankan Alam. Agar Kamu bisa tetap sehat hidup di Dunia..”

                Lembab mengutas bulir bulir air mata yang mendera, ketika dalam diam dan bayangan Yuki muncul lagi. Adakah yang mengerti ini ? atau haruskah Meika terus berlari saja ? sehingga ketika Ia lelah. Maka, tak ada lagi yang terngiang di ingatannya.

Kenapa, sih ? saat Kamu dan Aku jadi Kita, harus ada Dia dan Mereka ? ini semua maksudnya apa, coba ? setelah Dunia mengangkat Aku tinggi-tinggi, Tiba-tiba di jatuhin gitu aja ?!”

                Ketika akhirnya cinta itu meminta “ternyata..” dan ketika semua akhirnya tak menemukan jawabannya. Sehingga yang menjadi kesimpulan adalah Kita sama-sama sedang bertanya.

“Sejak kapan Kamu jadi seyakin ini ? Aku itu Yuki, Anggara Yuki. Peri bawah tanah”

                Dan lagi-lagi yang paling banyak teringat oleh Meika adalah segala pertengkaran dan perdebatan Mereka. Seakan itu yang paling memonopoli segala uraian kenangan, Meika merintih di atas tebing pantai.
                Seakan tak ada seorang pun yang akan menemukan Ia tengah menangis disana,



“Maaf, Om. Tapi, Saya benar-benar mencintai Anak Om, dan Saya akan berusaha yang terbaik untuk Dia”

                Meika berteriak semampunya dari atas tebing, andai angin mampu menerbangkan suara kesah itu ke telinga Yuki yang entah berada dimana.

“Suatu hari nanti, Aku akan kasih liat ke Dunia. Kalo cinta yang Aku punya itu lebih bermakna daripada harta yang Julian janjikan ke Papa kamu, Kamu percaya kan sama Aku ?”

                Ada kesunyian yang meramai, memecah sudut terbalik berurai. keji akan hina hina di luar terbuai, dalam kelam yang ku kecam, adakah dentingan yang kau dengar ? di usai bimbang sayapnya kan terbang, memukau kilau menanar bingar... atau kita merengkuh tawa dari caci yang mereka cecar ?

“Aku sayang sama Kamu, Meika”

                denting dentingan gitar, kelabuiku akan sesal. Tapi, detak dari detik yang memecah keheningan, tersadarkan Aku, ada khayal di renungan, yang sekejap kau bagikan. dan aku tak bisa berhenti memikirkan...

“Kita hanya perlu melewati ini, Jika kita berhasil melaluinya. Kita akan menjadi pemenang.. Janji sama Aku ? janji untuk tetap percaya. Tanpa kabur pun, Kita akan tetap bersama. Kita ingin jadi pemenang, bukan pecundang. Kita perlu bertahan, bukan melawan. Yakinilah Aku, Meika. kuatlah jika Kau mencintaiku”

                “Mana ? Yuki ? pada akhirnya siapa yang kabur ? menang atas apa ? janji bertahan ? jika bertahan Maka Aku akan tau sekarang Kau dimana !!” Teriak Meika memecah keheningan.

~~~

                Greel membuat Meika setidaknya mampu merebahkan kepala di pundaknya, riuh udara yang menerbangkan helaian rambut panjangnya tak berpengaruh atas apa yang Ia rasakan.
“Kenapa Dia tinggalin Aku, Greel ?”
Meika membiarkan air matanya terus menetes dan mengering seperti titik bias di wajahnya.
“..Setidaknya Dia memberiku berbagai alasan, Aku bisa benar-benar mati jika di tinggalkan seperti ini..”
Gadis itu memejamkan matanya sejenak, memancing atas resah yang terus mendesah.
“..Dia membuatku bahagia sehari sebelum Dia pergi, mengatakan banyak isyarat yang tak dimengerti. Tapi, apa maksudnya adalah keadaan menghilang seperti ini ? Aku memikirkannya seratus atau bahkan seribu kali dalam sehari..” isak Meika kelu.
                Greel membelai kepalanya, seakan Ia bisa membuat
perasaan berbagi, sehingga secara tak langsung apa yang terdera juga Ia tengah rasakan.
“..Rasanya semuanya hilang, saat Aku ingin berhafas lega. Tapi, yang bisa ku lakukan hanya memejamkan mata. Aku kayak ada disatu persimpangan jalan, yang begitu sulit untuk di pilih. Aku ingin menulis semua perasaan setiap malam akhirnya datang, Kata orang rindu itu indah ? Tapi, bagiku ini menyiksa.. Sejenak Aku sempat berpikir untuk membencinya. Namun, untuk membencinya itu sulit..” keluh Meika.
                Andai saja sebelum Yuki pergi, mereka sempat bertemu di bandara. Meika masih mempunyai kekuatan karna sebuah alasan yang Ia ketahui, Tidak seperti sekarang, berdiri dan akhirnya jatuh tanpa tolak ukur. Tanpa hal yang membuatnya bernafas lega.
“.. Aku pikir, Jika Aku sesedih ini karna kehilangannya. Maka, itulah bagaimana Aku mencintainya. Greel”
“Kalau ternyata Dia melakukan semua ini demi Kamu, bagaimana ?”
Meika menoleh sepintas
Nevermind..” kilahnya
“Andai, Hidup terlalu mudah untuk di mengerti. Maka, nggak pernah ada yang namanya surprice Dunia”
“Atau memang nggak pernah ada kebahagiaan”
“Meika, Kenapa Kau tidak mempercayai satu hal dalam hidupmu. Setidaknya itu akan membantumu bernafas lega”
“Aku bisa apa ? Apa lagi yang harusku percaya ?”
                Ia terlihat begitu ringkih mendekap lututnya di antara kibaran daun kering, bukit adalah satu-satunya tempat yang memiliki banyak hembusan angin selain Pantai.
“Jika Jodoh, Dia pasti kembali..” urai Greel
Meika melirik dramatis, membuang kesah dihatinya. Untuk sempat mempercayai apa yang Greel tuturkan. Air matanya jatuh untuk sekedar sadar Jika Bidadari tanpa Peri Tanah, --
rupa-rupanya begitu menyiksa.
“Jika Jodoh, Kalian pasti bertemu kembali. Jika jodoh, Maka semua cobaan ini terlewati. Tuhan itu nggak pernah tidur, Kalo menurutmu, cobaan yang dilimpahkan Tuhan padamu lebih berat daripada ke orang lain. Itu tandanya Kau yang lebih Kuat dibanding Mereka” ujar Greel lagi.
Meika memandang dengan putus asa, entah apa yang dikatakan Greel akhirnya mampu menenangkan hatinya atau malah membuat hatinya makin meradang.
Meika diam, tanpa ekspresi. 
            Greel meraih jemarinya erat, sampai akhirnya Gadis itu membuang nafas panjang dan mengetasnya dalam tangis mengiris perih, Perih didalam sini. Di suatu rasa yang di hapus asa tak terilis.



nothing else matters
***

5 Tahun kemudian . . .

“Kita hanya melakukan ekspansi, jika para pemegang saham menyetujui langkah yang Saya tuturkan. Akhir akhir ini implikasi Pasar modal sangat mengetas perkembangan ekonomi, Kita harus mempertimbangkan potensi pasar terlebih dahulu. Apakah proyek ini layak atau tidak untuk di realisasikan..” Terang Meika di ruangan rapat.
“Saya setuju. Jika kita melakukan pengumpulan suara, Saya rasa Investor pada akhirnya bisa menilai dengan sendirinya” tambah Penasehat Perusahaan.
Meika tersenyum, lalu kemudian Mereka membanjirinya dengan tepuk tangan sebagai penutup rapat hari ini.
                Papa membuat Meika mengelola posisi Manajer research and development dalam Perusahaan Mereka, sehingga 5 tahun berjalan semuanya menjadi lebih berkembang dengan pesat.
                Ia menentukan rapat juga pembahasan yang akan di presentase-kan, Tentunya jika Ia berhasil di tahun ke 2 Ia bekerja. Maka, Ia akan mendapatkan apresiasi yang diharapkannya.
“Anda masih muda dan berbakat, Ayah Anda benar-benar Orang Tua yang handal dalam membimbing Anaknya. Senang bisa bekerja sama dengan Anda” seorang Investor menemuinya selesai rapat, Meika menghentikan langkahnya di koridor kaca lantai 3.
                Ia tersenyum lalu mengangguk
“Anak muda jarang ada yang Profesional. Tapi, Anda memperlihatkan jika darah muda benar-benar dapat di pertimbangkan. Saya terkesan” ujarnya lagi.
“Hanya berusaha agar setidaknya Saya tidak di anggap remeh” jawab Meika, Ia tersenyum ramah.
“Bisa dipastikan jika wibawa Anda ini tidak akan membuat Anda diremehkan, kemampuan Anda benar-benar bisa di acungi jempol. Saya sebenarnya setuju dengan proyek ini, Kita bisa menggali hasil bumi lagi berdasarkan pengamatan. Tapi, Sepertinya kali ini tidak gampang urusannya..”
“Apa yang Anda coba katakan ?” tatap Meika penasaran.
“..Jadi, begini Nona Muda. Departemen Kehutanan berpikir jika, Kita merusak alam dengan segala tambang yang di realisasikan. Mereka meng-klaim atas limbah dan penebangan liar tanpa surat izin terkait, Mereka akan menjadi sandungan besar dalam proyek kali ini. Bagaimana Anda bisa menangani hal ini ? Saya rasa, Para pemegang saham juga mengkhawatirkan hal yang sama atas proyek yang Anda sodorkan..” explain-nya serius.
                Meika diam, berbagai spekulasi berhamburan di otak tentang segala kalimat yang dituturkan kolega-nya.
“Saya akan memikirkannya, Saya harap Anda tidak khawatir dan menjadikannya beban. Bantu Saya untuk meyakinkan klien proyek, Tentang Departemen Kehutanan biar Saya yang menanganinya” ujar Meika, Ia menutupnya dengan senyum kemudian berlalu. Meninggalkan Orang itu dikoridor kaca

~~~

                Key menjinjing ransel berisi Laptop, Ia selesai dengan sarjana pendidikan biologinya. Tapi, Ia tidak mengajar, Key menggenggam tekhnisi lingkungan di Perusahaan Mereka.
“Bagaimana hari ini ?” tegur Meika
Key tersenyum “Baik semuanya. Kamu sendiri ? Perusahaan berjalan lancar-kan ? Kau menebus prestasi yang belum sempat Papah raih” puji Key.
Meika tertawa renyah,
“Jika hanya melanjutkan tentu mudah daripada merintisnya”
kilah Meika yakin, Key ikut tertawa.
“Tentu. Tapi, ku dengar Kau mengajukan proyek baru lagi ?”
Meika mengangguk.
“Iya. Harapanku semuanya akan sebaik proyek sebelumnya. Tapi, sepertinya kali ini Aku tersandung batu besar, Kini ada hubungannya dengan Departemen Kehutanan..” keluh Meika, Ia membuka highheals-nya lalu membanting diri di sofa ruang TV.
“Ada apa ?”
“Mereka meng-klaim Kami tak memiliki surat izin pembongkaran hutan dan yeah,.. Para kolega juga mengkhawatirkan hal yang sama. Aku pikir ada yang salah dengan Mereka, Aku telah mempunyai legalitas atas lahan tambang. Tapi, kenapa Mereka masih menuntut hal seperti ini, lagi ? Aku harus menyelesaikannya sekarang juga..” Meika Nampak tegang, urat-urat syaraf dikepalanya Nampak berkutat. Ia berdiri hendak pergi lagi
“Hey ! calm down..” Key meraih lengannya.
Meika menghentikan langkahnya lalu kembali duduk di samping Key dengan lemas.
“..Kamu itu bukan robot yang harus terus bekerja sepanjang 2 tahun ini, Tanpa istirahat” kecam Key lagi.
“Aku nggak tahan, Ka. Pikiran Aku nggak akan tenang kalo masalahnya belum diselesaikan” ujar Meika, Ia melemaskan suaranya.
Key tersenyum lalu mengelus rambut Adiknya dengan lembut
“Setidaknya temani Aku makan malam, sekali saja” pinta Key.
Meika menahan nafas, memaksa Key mencemberutkan wajahnya.
“Baiklah, kenapa Kakak Ku ini menjadi sangat manja tiap harinya ? apa karna memacari ABG labil ? jadi ketularan, deh” Meika menyerah, Key tersenyum lugu.
“Aku hanya bertukar peran denganmu, dulu Kau yang manja”
                Meika meliriknya sadis lalu mengangguk gagu, Memaksa Key tertawa melihat ekspresi yang Meika edarkan.
Sudah lama rasanya, hujan tidak pernah membasahi jendela kamar Meika. Ia memulai banyak kesimpulan atas hidupnya akhir-akhir ini, Seseorang mengiriminya undangan Promnight di sebuah perumahan elit.
Tapi, Ia tak menggubrisnya sama sekali. Ia masih sibuk di depan computer untuk menyusun laporan, dengan sesekali melirik arah jendelanya yang menghambur angin.

~~~

                Meika menyimpan senyuman ramahnya ketika sampai di sebuah received lobby di Kantor Departemen Kehutanan, Ia meminta receptionist untuk segera menyambungkannya dengan pemegang jabatan yang mempengaruhi kinerja perusahaannya.
“Aku sudah ada janji, dengan Beliau” kecam Meika
“Iya. Tapi, Beliau sedang sibuk. Bisakah Anda menunggu sebentar ?”
“Aku sudah ada janji, Mbak ! Jadi, harus sekarang” tatapnya
gahar, Receptionist itu kembali meminta Meika untuk bersabar di ruang tunggu. Memaksanya kembali duduk di received lobby.
“Silahkan ke ruangannya, Beliau telah menunggu Anda” setelah beberapa menit, akhirnya Meika boleh masuk ke dalam. Ia dengan anggun melangkah, sampai di depan pintu.
“Aku sudah mempersiapkan susunan amarahku pada Orang ini, awas saja sampai legalitas-ku masih di cekal juga” kecam Meika dalam hati, Ia membuka pintu kaca itu lalu mengetuk meja perlahan. Seorang Pria berdiri menghadap jendela membelakanginya dengan tegap, Ia seperti Pejabat pada umumnya yang spand jas-nya terorginir rapi beserta kancing dasi agak silver.
“Permisi, Saya pemilik perusahaan Intan Canaya yang sudah memiliki janji untuk bertemu dengan Anda” tegur Meika
“Iya, Saya sudah menerima Memo tentang itu”
“Tentang legalitas tambang Saya, kenapa Kami di klaim membuka hutan dengan illegal ? Kami sedang membuat proyek baru dan terus terang di pending. Kalau Kami boleh tau, dibagian mana yang jadi penilaian Anda sehingga Kami disurati hal seperti itu ?”
Pria itu menarik nafas panjang lalu menoleh ke arah Meika
“Perusahaan Intan Canaya, reputasi yang baik selama bertahun tahun. Tapi, membuat Saya mendapatkan satu temuan. Pertama, penebangan liar. Proyeksi Anda melampaui hutan lindung di daerah itu. Kedua, limbah yang dihasilkan dari galian, berupa penggunaan barang-barang praktis pekerja yang akhirnya mengotori hutan dan sungai. Dan yang Ketiga, Anda terus melanjutkan hal tersebut selama 2 tahun berjalan. Padahal Saya sudah mengirimi fax edaran untuk menyadarkan Anda” ujarnya.
                Meika tertegun menahan nafasnya
“Yuki ??” gadis itu gemetar menatap wajah Pria yang sedang
berhadapan dengannya, Yuki tersenyum dengan sopan.
“Sepertinya Anda meminta janji untuk bertemu dengan Saya. Tanpa mengetahui siapa nama Saya ?” Ucap Yuki, Ia maju selangkah di hadapan Meika lalu menjulurkan tangannya.
“Anda Meika Canaya ? Perkenalkan_ nama Saya Anggara Yuki dari Departemen Kehutanan. Senang bisa bertemu dengan Anda” ujar Yuki lagi, Meika terdiam tak percaya.
                Ia mematung dengan segala keluh kesah yang tertahan di bibirnya, Yuki kembali tersenyum. Senyuman yang indah yang selalu membuat gadisnya pernah betah.

~~~

“Bagaimana Kau bisa ?”
“Aku hanya dituntun waktu atas segala hal yang terjadi” ujarnya, Ia meneguk kaleng softdrink lalu tersenyum melirik Meika. Membuat Gadisnya spontan merunduk
“Jadi, Kau sudah lama bekerja di Departemen Kehutanan ?”
“Baru dua Tahun terakhir, Aku mempunyai waktu untuk meneliti berbagai hal dan menemukan kecacatan Perusahaanmu”
“Terus terang Aku terkejut, Aku sama sekali tidak menyangka bisa bertemu denganmu..”
“Dalam keadaan ku yang sudah seperti ini ?” potong Yuki.
Meika menahan kalimatnya
“Meika, Aku menjadikanmu motivasiku dalam hidup. 5 tahun berlalu dan Aku benar-benar menjadi manusia normal seperti yang pernah Kau minta. Aku udah nggak make lagi, Aku benar-benar berhenti. Aku udah nggak mabok lagi, Aku udah hidup lurus dan Tuhan membuka mataku untuk hidup lebih berguna” jelas Yuki
“Untuk apa Kau jelaskan itu, padaku ? Nggak ada artinya lagi kini” kecamnya, Yuki merunduk menghela banyak nafas.
“Justru karna masa lalu, Aku masih bisa bertahan di masa ini-
menyimpanmu dalam imajinasi-ku sendiri. Dan akhirnya mencari celah agar bisa kembali bersama lagi”
“Kau pernah pergi tanpa alasan, Aku tak akan membiarkanmu kembali dengan berbagai alasan” kilah Meika, Ia menatap Yuki sepintas lalu mengalihkan matanya.
“Aku menunggumu di bandara sebelum ke Perth”
“Kau bahkan tak bilang akan ke Perth. Jadi, kenapa Kau harus menungguku ? padahal Kau tau, Aku pasti tak akan datang”
“Aku tau Aku salah, atau segala kesalahan memang ada padaku. Tapi, bisakah Kau percaya satu hal ? Aku melakukannya demi apa yang selama ini Kita percaya” urai Yuki kelu, Meika menoleh.
“Mungkin maksudmu, hal yang Kita percaya saat 5 tahun yang lalu. Dan Kau tau apa ? ibarat makanan, itu sudah mubazir” tandasnya.
“Meika..”
“Bisakah Kita kembali membahas pekerjaan ? Aku tak memiliki banyak waktu luang” kecam Meika
Yuki tersenyum singkat
“Kau menerima undangan promnight ? Aku pikir Kita harus menghadirinya bersama malam ini, Beliau adalah orang yang berpengaruh. Jika Kita bisa bertemu dengannya malam ini, kemungkinan besar Dia akan mempertimbangkan legalitas-mu yang sempat tercekal”
“Kau tau Dia ?”
Yuki mengangguk
“Rekan atau biasa ku sebut kolega, Aku akrab dengannya. Mungkin Aku bisa membantumu untuk bicara, karna Aku yang mengirim laporan agar Perusahaanmu berhenti melakukan proyek” terangnya.
Meika merenggutkan wajahnya
“Kenapa juga Kau melaporkan perusahaanku ?”
“Kasusnya jelaskan, Ada 3 hal yang tak Kalian indahkan. ini
Profesionalisme dalam bekerja, tentang loyalitas. Kita dulu sering berantem tentang hal ini- kan ?”
“Pindah topik” kilah Meika
Yuki tersenyum menahan tawa, Ia menggulung lengan jasnya
“Baiklah. Jadi, bagaimana ? Kau akan ke Prom denganku malam nanti ?”
“Akan ku pertimbangkan”
“Sebaiknya jangan pertimbangkan terlalu lama”
“Aku akan memberimu kabar. Terima kasih telah menyempatkan waktu anda untuk bertemu dengan Saya” ucap Meika sopan, Ia berjalan menuju pintu.
“Aku kan sudah pernah bilang, Suatu hari nanti. Saat Kau tak lagi bisa mencintaiKu, Aku tak akan pernah bisa melupakanmu. Atau ketika Kita tidak lagi menjadi couple, Kita masih bisa menjadi partner yang solid. Kau masih ingat ?” kalimat Yuki menahan langkah Meika di depan pintu, Matanya berarir menahan perih lalu pergi.

~~~

                Malam ini benar-benar membuat keduanya bisa saling mendengar heartbeat, dengan degupan yang lebih lesat. kilau lampu di ruang tengah memancarkan sinar putih, terlebih dentingan piano Tchaikovsky mengalir lembut.
“Tuan Anggara, selamat atas pertunangan kalian” ujar seorang Lelaki Tua yang datang, menyelamati tangan Yuki.
“Iya, Terima kasih. silahkan dinikmati, semoga acaranya cukup menghibur Anda” jawab Yuki santai, Meika tertegun. Ia tak mengerti dengan segala hal yang terjadi, sejak Ia masuk di rumah mewah itu semua pasang mata menyorotinya.
“Tentu ! Tentu, Tunanganmu sangat cantik” Ia menatap Meika lalu tersenyum, Yuki mengangguk bangga.
“Apa maksudnya semua ini ?” ujar Meika
“Kau menikmati pestanya ? mau berdansa denganku ?”
Yuki menawarkan diri, Meika mendekap lengan dengan tegas. “Tidak mau” kecamnya
“Cobalah untuk menikmati pestanya”
“Bisakah kita langsung ke acara inti saja ?” tadah Meika geram, Yuki memincingkan matanya berpikir sejenak.
“Sebenarnya Aku suka dengan eksposisi dan klimaks. Tapi, karna Kau mau langsung ke penyelesaian. Baiklah, Akan Ku lakukan” ujarnya.
                Spontan semua lampu padam, yang masih menyala hanyalah lampu yang berada di atas kepala keduanya. Meika tertegun, Ia spontan menatap Yuki .
“Maukah Kau menikah denganku, Meika ?”
“Apa yang Kau lakukan ?” tampang Meika mendadak pucat.
“Melamarmu” jawab Yuki singkat.
“Yuki, Kamu tau nggak ? Aku itu udah benar-benar sakit hati Kamu tinggalin gitu, aja. Lalu sekarang apa ? menikah denganmu ? Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu ?”
“Kamu mau tau apa yang ada dalam pikiranku ? itu KAMU !! Meika, Aku menjalani semuanya demi Kamu. Jadi, orang normal dan setidaknya agar sejajar dengan Mereka untuk bisa menjadi pendampingmu di hadapan dunia..” urai Yuki, Meika tertegun.
“..Ini rumah hasil kerja kerasku, Aku sekolah di Perth karna beasiswa, Aku juga bisa sekalian bekerja disana. Aku tau Ayahmu tak menyukaiku. Tapi, Ia tak membenciku. Dia memberiku pekerjaan selama di Perth dan Aku bisa kembali dengan hasil seperti ini”
“Ayahku ?”
“Iya, Sayang” ujar Papah di anak tangga. “Papah ? Tapi, kenapa ?” tatap Meika tak percaya
“Nggak ada orang Tua yang mau melihat anaknya menderita, Mereka mempunyai caranya sendiri untuk kebahagiaan –
anaknya” terang Papah, Meika menahan air matanya dipelupuk. Key menampik pundaknya
“Karna, Cinta tidak bisa sesuatu yang lain. kan ?” ujar Key
Meika menatap sekelilingnya, semua lampu menyala.
 “Terimalah, Yuki. Sayang, Dia juga sudah banyak menderita demi Kamu, Demi apa yang pernah Kamu percaya” pinta Mama, Meika melirik semua orang disekitarnya.
“Maukah Bidadari di langit ketujuh, Menikah dengan Peri Tanah sepertiku ?” tatap Yuki kelu, Meika menumpahkan seluruh isaknya yang tertahan selama 5 tahun.
“Selama itu masih Peri tanah yang sama, seperti yang pernah Ku kenal. Aku tidak bisa menolaknya” Meika menahan nafasnya yang menyeruak, Yuki tersenyum.
“Jika jodoh, benar-benar tak akan kemana. kan ?” sindir Greel di balik pundaknya, Meika menoleh.
“Greel ? Kalian semua ? astagah, Aku tak tau harus berkata apa untuk semua ini, Aku benar-benar..”
“Jadi, maukah Tuan Puteri berdansa dengan Punggawa kerajaan ini ?” tandas Yuki, sebelum Meika makin melanjutkan tangisnya. Meika tersenyum haru, Lalu mengangguk. lantunan Piano mendesir lembut membawanya ke lantai di bawah lampu utama, riuh tepuk tangan membawa keduanya kembali dalam satu pelukkan yang sama. “Aku mencintaimu, Yuki”
“Aku tau. Oleh karna itu, mulailah Mengkonsumsi soup tauge. Karna Aku akan membantumu menikah”
Meika tersenyum lirih di antara air matanya.
“Aku telah masuk dalam ilusi kaktus yang baik hati, ilusi tanpa alasan. Tapi, tanpa alasan pula Aku bisa tertawa dan menangis bahagia denganmu” jawab Meika
                Membawa keduanya dalam akhir perjuangan akan cinta sesungguhnya dari percobaan terberat yang pernah ada, yang pernah TUHAN selipkan.

(THE END)
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar