Matriculation
***
Matriculation adalah istilah lain untuk menyebutkan penerimaan
masuk sebagai mahasiswa baru, beberapa preparation
untuk menyambut mereka telah dipersiapkan oleh pihak Universitas.
Meika
Canaya, gadis itu mendera berbagai macam kerepotan untuk Ospek Kampus.
“Kenapa
senior selalu melakukan ospek untuk Junior yang baru masuk Universitas, itu
sangat menyiksa” keluh Meika di tengah - tengah kumpulan tutup botol, Ia
mengikatnya ke dalam tali raffia,
sebagai kalung dan bel bergerincing di ikat pinggangnya.
“Lihatlah
semua ini. kalung dari tutup softdrink, ikat pinggang bergerincing,
topi dari pot bunga dan rumbai rumbai berwarna. Aku merasa sedang mempersiapkan
diri menjadi orang gila” lanjutnya lagi.
Andai saja Kedua orang Tua
Meika, memperbolehkannya untuk hijrah
ke Perth. tentu gadis itu tak perlu mengalami masa orientasi seperti ini di Universitas dalam negri.
“Kau
terlalu banyak pengeluhan, lakukan saja seperti yang tertulis di pra ospek, itu akan membantumu
mendapatkan Sertifikat ospek untuk
menghadapi KKN kelak” tandas Key.
Kakak cowoknya yang juga tengah
menjalani rutinitas di bangku kuliahan, Key mengambil jurusan Biologi. Ia akan
menyandang sarjana pendidikan sebagai hasilnya.
Kampus
yang sementara Ia duduki, juga adalah Kampus yang akan Meika, adiknya. Masuki
beberapa hari lagi.
Key sementara menjalani Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa binaan, hari ini adalah kesempatannya untuk
pulang, menambah persediaan makan diposkonya.
“Kau
akan segera ke Desa lagi ?” Meika menahan lengannya, Key adalah cowok paling
anneh yang pernah Meika kenal, kakaknya itu selalu menghabiskan waktu bersama
temannya, ketimbang bersamanya, Ia merasa sempat kehilangan Key selama KKN
berlangsung.
“Aku
mengambil 5 liter beras di Ricestoskers,
titip salam buat Mama, ya ?” Ia berlalu setelah mengacak – acak rambut Meika,
mengendarai motornya ke sebuah tempat dimana Ia harus bertugas.
“Dia
bahkan tak membantuku mempersiapkan preparation
ospek-ku” keluh Meika, membuatnya kembali berkutat dengan barang – barang anneh
yang harus digunakannya saat Ospek
Universitas berlangsung.
~~~
“Kau
! berlari ke arah sini” seorang Senior berteriak ke arah Meika yang berjalan
dengan santainya.
“menyuruhku
berlari, Dia pikir Dia siapa” kecam Meika geram. Dia Nampak begitu lemas, ini
pertama kalinya Ia harus bangun jam 6 pagi hanya untuk dikerjai habis habisan.
“Kau
! tidak dengar ? Aku bilang berlari ke arah sini !” teriak Cowok itu lagi,
Meika memaksakan langkah lunglainya untuk berlari sebelum Dia dibentak – bentak
lagi.
“Apa
Kau tidak dengar tadi Aku berteriak padamu ?” cowok itu memandang sinis, dengan
wibawanya yang diolah – olah sebagai seorang Senior.
“Aku
dengar” jawab Meika lirih
“Jangan
menyahut ! berani ya ?” gertak Seniornya lagi.
Meika
menelan ludah
“Jangan
membentak, kalau tidak ingin dijawab maka jangan bertanya” keluh Meika.
Senior
itu memperhatikan wajahnya dengan dekat.
“Ucapkan
peraturan Ospek” gertaknya
Meika
membuang nafas kesal, Ia tahu kenapa Ia dimarahi seperti ini, Senior tidak
boleh dibantah.
“Peraturan
pertama, Senior tidak pernah salah..” ucap Meika lemas. Cowok itu tersenyum.
“benar,
terus ?” tadahnya
“Peraturan
kedua, Jika Senior salah maka kembali ke peraturan pertama” tutup Meika geram.
“Jadi,
sudah tahu kan apa artinya ? oleh karena itu jangan membantah !!” Senior
dihadapannya memasang wajah lebih gahar. Meika menciut, Ia tak pernah di marahi
orang sebelumnya, Ia tak dapat menahan air matanya jika diperlakukan sekasar
itu.
“hukuman,
pertama ! karna datang lambat 15 menit dari yang seharusnya..”
Meika
hendak komplen “Tapi, Aku..”
“Senior tidak pernah salah !” tandas
Cowok itu, Meika mengunci bibirnya seketika.
“Kedua
! tali raffia_nya tidak berwarna
putih..”
Meika
menatap lirih
“Tidak
ada dijual tali raffia berwarna
putih, ka”
“Ada
! apa perlu Ku ingatkan peraturan ospek
bagi Senior ?” tatap cowok itu tajam, Meika menggeleng.
“Nggak
perlu, ka. Aku masih ingat” keluhnya.
“Ketiga
! terlalu memandang enteng Senior” tambah Cowok itu lagi, Meika menelan ludah,
baru satu pagi dihari pertama, Ia telah di judge
dengan 3 kesalahan sekaligus.
“Wah, bagusnya kasih hukuman apa ya ?
subuh subuh begini, bagusnya di suruh nyanyi saja” ujar salah satu cewek teman
Senior Cowok itu.
Meika
merunduk malu.
“Kau
! naiklah di atas trotoar lalu bernyanyi untuk Kami” teriak cewek itu dengan
tampang di paksa ber_macho ria.
gunanya tentu untuk menaklukan lawan.
“Tapi,
Aku nggak bisa nyanyi, ka” keluh Meika gemetar.
Ia
lebih takut sejak banyak Senior mulai memperhatikannya di taman Kampus, seakan
Ia akan membuat sebuah pertunjukan.
“Nyanyi
saja, tidak mau ? Apa harus ku suruh jalan jongkok ?” tadah Cewek itu lagi,
Meika menggeleng, air matanya jatuh.
Ia
merasa sangat dipermalukan di tengah tengah orang.
“Baiklah,
menyanyi saja, Kami menunggumu” terek Senior yang lain, Meika makin gugup di
teriakki banyak orang.
“Nyanyi
! nyanyi ! nyanyi !” gemuruh yang lain.
Meika
ketakutan, Ia menggeleng semampunya.
“berhenti
!” teriak Senior Cowok yang tadi memberinya 3 kesalahan, Semuanya langsung
hening. tak seorang pun yang menyuruh Meika menyanyi lagi.
“Berikan
hukuman yang bernilai, bukan untuk mengerjainya” protes cowok itu, Meika
tertegun, Ia merasa tertolong, Ia mulai berani mengangkat wajahnya sembari
menghapus air matanya dengan cekatan.
“Kau
!” tunjuk cowok itu pada Meika.
“Katakan
padaku tridarma perguruan tinggi” ujarnya lagi.
Meika
mengangguk. Ia menjawab dengan terbata – bata.
“Ingat
ini, Senior memang tidak pernah salah. Tapi, berusahalah untuk terlihat pantas
disebut tidak bersalah” kecam Cowok itu ke teman temannya.
Meika
menatapnya terharu.
“Ia
seperti sedang menyelamatkanku..” puji Meika dalam hati, Ia berusaha penuh
menemukan nama di card Id panitia
yang Cowok itu gunakan.
“Namanya,..
Yuki ?” ujar Meika lirih, membuatnya tersenyum. Ia sempat berpikir jika cowok
itu Nampak gahar. ternyata Ia lumayan memiliki hati yang lapang dan karisma
yang bijaksana.
Meika
tersenyum, mengenali rasa kagum dalam hatinya.
~~~
Beberapa hari setelah ospek
selesai, Meika mulai menyiapkan Kartu rencana Studi (KRS) di Biro fakultas. Ia
mengambil jurusan Manajement Keuangan, sebagaimana Ia pernah sangat menggeluti
Akuntansi di Vocational High schools tahun
kemarin.
“Meika
?” tegur seorang gadis di koridor Admawa. Meika spontan menoleh dan menemukan
wajah familiar di sampingnya.
“Greel
?” tatap Meika tak percaya.
“kau
mengambil universitas yang sama
denganku ?” tatap gadis itu, Greel dan Meika adalah dua gadis yang bersahabat
sejak Junior High Schools di Leep Sent sekitar 3 tahun yang lalu, keduanya
tak punya kontak lagi.
“Aku
tak percaya ini, Aku sangat senang Kau disini, Greel” mereka berpelukkan dengan
girang di koridor.
sampai
semua pasang mata memandang dengan heran.
“Aku
pikir Kau ke Perth ?”
Meika
menggeleng
“Mama
dan Papa nggak ngizinin, apalagi ka’ Key.. tahu sendirikan ? Aku anak cewek dan
adik satu – satunya. Jadi, mereka super
protektif sekali” keluh Meika.
Greel
tertawa renyah,
“Setidaknya
Kini Kita bisa bertemu, setelah 3 tahun lamanya, Kau tak pernah ke Leep Sent sejak kelulusan JHS kita”
Greel balik mengeluh, Meika tertawa.
“Oh,
ayolah.. Aku harus pindah kota karena pekerjaan Papa, By the way, Kamu ambil jurusan apa ?” Meika meraih KRS milik Greel.
“Manajemen
keuangan, kalau kamu ?”
“Wah, sama Greel ! Aku juga ambil itu,
bagus,… Kita bisa selalu bareng ke Kampus” Meika Nampak bersemangat.
“Benarkah
?”
Meika
mengangguk, “Kamu nggak tinggal di asrama kampus, kan ?” tatapnya curiga. Greel
menggeleng dengan pasti.
“Nggak
! Aku tinggal di cempaka street, Aku
menetap bersama keluarga adik Ibuku”
“Aku
akan selalu menjemputmu, Greel. rumahku hanya beda 3 block dari lorongmu”
Meika
tertawa, Greel mengangguk, keduanya sibuk menuju Biro untuk konfirmasi Penasehat Akademik.
Seseorang
berlarian memegang map map snelhecter,
menabrak Meika di koridor admawa.
“Maaf”
ujar cowok itu, kemudian Dia melanjutkan langkahnya untuk berlarian dengan
segala kerepotan.
“Itu
kan, ka’ Yuki ?” ucap Meika lirih.
“Siapa
?” tatap Greel heran.
Meika
menoleh,
“Kau
tahu, Aku pernah menangis saat Ospek Universitas berlangsung, Aku dikerjain
habis habisan, disuruh menyanyi pula, Kau tahu kan betapa takutnya Aku jika
digertak. karna tak pernah ada yang berkata kasar padaku sebelumnya, Dan Kau
tahu Apa yang terjadi selanjutnya, Greel ?” potong Meika, seolah Greel menjadi
begitu penasaran.
“Lalu
?” tatapnya ingin tahu.
“Cowok
itu, Dia salah satu Senior yang menjadi panitia ospek, namanya Yuki, Dia
menyelamatkanku, Dia memarahi beberapa Senior yang tengah mengerjaiku, lalu Aku
berhenti menangis, bukankah itu so sweet
?” kenang Meika.
“Lalu,
apa Kau tersentuh ?” Greel Nampak tak yakin.
“Aku
bukan hanya merasa tersentuh. Tapi, Aku pikir Aku mulai menyukai Ka’ Yuki,
Greel” Meika menerbangkan rambutnya yang panjang.
“Kau
memang selalu mudah tersentuh, anak manja sepertimu” keluh Greel.
“Tapi,
Aku serius” Meika memasang wajah, penuh dengan ekspresi keyakinan.
“Aku
harap Kau tidak serius” sanggah Greel khawatir.
“Memangnya
kenapa ? Dia sangat tampan” puji Meika. Greel memandangnya dengan gelisah.
“Apanya
yang menurutmu tampan ? lihat saja yang Ia kenakan, Ia menggunakan celana yang
robek robek di bagian lutut, apa itu gaya seorang mahasiswa ?” Greel
mengomentari, Meika memanyunkan bibirnya lalu tersenyum manja.
“Menurutku
itu keren” sanggahnya
“Meika,
coba perhatikan rambutnya yang gondrong, apa itu terlihat tampan ? Aku yakin
ada banyak serangga dalam kepalanya, sangking banyaknya sampai sudah berturun
temurun dan membuka peradaban. Dia juga terlihat kotor, Aku yakin Dia bukan
mahasiswa” komentar Greel terdengar sangat menyakitkan.
“Kau
harus memperhatikannya baik baik, Dia memiliki hal yang orang lain tak miliki”
kilah Meika
“Apa
?”
“Dia
berkharisma” Meika tersenyum bangga. sementara Greel masih tak percaya jika
Gadis yang begitu modis disampingnya
ini memiliki selera yang anneh.
“Terserahlah.
Tapi, jangan coba – coba untuk bermain hati dengannya, Dunia kalian terlihat
jauh berbeda” kecam Greel.
“Berbeda
apanya ?”
“Kalau
mau di definisikan, Kamu sama cowok itu, siapa namanya ?” Greel merunduk.
“Namanya
Anggara Yuki, panggilannya Ka’ Yuki. namanya sangat indah” puji Meika sambil
tersenyum kerindangan.
Greel
terjijik jijik melihatnya.
“Jadi,
Definisinya adalah Bidadari dilangit ke tujuh dan peri tanah di lapisan bumi ke
tujuh” kecam Greel.
“Apa
Aku sebagai bidadarinya ?” tatap Meika
Greel
mengangguk.
“Iya,
Kau sangat feminism, modis, stylis,
fashionista, popular dan Kau memiliki group
fanster yang menyukaimu. Sementara ka’ Yuki ? lihatlah Dia, Dia gondrong,
celananya robek robek dan nggak terlihat seperti manusia pada umumnya. Dia
benar benar Peri tanah di lapisan bumi ke tujuh” ujar Greel.
Meika
mencembutkan wajahnya.
“Maaf,
Meika. Tapi, itu kenyataannya” Greel spontan merasa bersalah, saat melihat
Meika yang ceria berubah menjadi beriak wajah sedih.
Meika
adalah cewek paling Moody yang pernah
ada, Dia bisa tertawa dengan mudah, marah dengan mudah, tersenyum dengan mudah
dan menangis dengan mudah.
Dia
selalu dengan gampang dapat mengekspresikan
hatinya melalui raut wajah.
“Aku
pikir, ka’ Yuki adalah Peri tanah tertampan yang pernah Tuhan ciptakan” puji
Meika, Ia lalu tersenyum dengan ceria.
“Oh,
terserah padamu sajalah__” Greel patah semangat,
beberapa
kalimatnya tak membuat gadis itu, melunturkan rasa kagum dihatinya.
meski
Greel berharap, tentunya rasa yang dimiliki oleh Meika hanyalah rasa kagum
semata.
~~~
“Kalian
Bisa mencari beberapa referensinya di
litelature lama, sebaiknya kunjungi
beberapa blogger internet terkait
masalah ini atau mendatangi perpustakaan. Disana ada contoh pencatatan
perusahaan manufacture” explain Dosen di depan kelas.
Beberapa hari setelah pengurusan
KRS, akhirnya__
Meika
dan Greel bisa memasuki kelas pertama mereka di jurusan Manajemen Keuangan.
“Apa
yang Kau lakukan disini ?” tegur Greel.
Meika
tengah asik berdiri di koridor admawa tempat Ka’Yuki pernah menabraknya. kelas
berakhir sebelum jam 10 pagi.
Jadi,
Disinilah Meika berada.
“Jangan
bilang, Kau berniat bertemu dengan Peri tanah” tuding Greel, Meika tersenyum
haru.
“Bagaimana
tebakanmu bisa setepat itu ? Kau sangat luar biasa” puji Meika sampai matanya
berkaca – kaca.
Greel
membuang nafas panjang.
“Kau
adalah orang yang terlalu gampang dibaca” jawabnya ketus, Meika tertawa renyah.
“Aku
ingin berterima kasih pada Ka’ Yuki tentang kejadian di hari saat Dia
mengospekku. Karena saat itu, Ia juga tengah menyelamatkanku, bagaimana Aku
bisa lupa untuk berterima kasih padanya waktu itu, apa karna Aku terlalu gugup
? menurutmu bagaimana Greel ?” Meika terlalu banyak bertanya, Greel menggeleng
– geleng heran.
“Apa
Kau begitu menyukainya ?”
Meika
menerawang bingung.
“Aku
tidak tahu, Aku hanya merasa sangat terpukau, apa itu bisa dikatakan suka ?
jika, Iya ! apa artinya Kini Aku tengah mencari celah untuk PDKT dengannya ?
bagaimana yang Kau lihat, Greel ? penampilanku sudah cantikkan ?” Meika memutar
balik badannya dihadapan Greel.
“Kau
selalu terlihat cantik. Tapi, untuk apa Kau memperhatikan penampilanmu, untuk
orang yang acuh terhadap penampilannya sendiri, Aku tak menyangka ini bisa
terjadi” keluh Greel.
Meika
tersenyum manja, Ia meraih mirror kecil dari dalam tas lalu memperbaiki
rambutnya dengan seksama. Greel menyerah, karena sepertinya Meika tetap positivethinking.
Jadi, seribu kalimat negative pun tak akan mampu menembus
gendang telinganya, meskipun kalimat negative
itu berisi kenyataan mutlak.
Yuki
lewat dengan gerombolan teman – temannya yang lebih terlihat berantakan dan
menyeramkan. Greel sampai tahan nafas. Meika maju selangkah di koridor.
Yuki
lewat dengan acuh, Meika menghadangnya.
“Ka’
Yuki ?” tegurnya.
Yuki
menoleh, memandangnya baik – baik.
“Apa
Aku mengenalmu ?” tatap cowok itu, Meika mengangguk dengan tegas.
“Aku
Meika, yang pernah Kau ospek. Meika Canaya” ulang Meika untuk meyakinkan.
“Wah,
Yuki.. gadisMu sangat cantik, kenapa bersikap sedingin itu padanya, Kau
keterlaluan” ujar teman temannya di belakang.
Yuki
membuang nafas panjang.
“Ada
apa ?” tatap Yuki bingung.
Meika
tersenyum menahan rona merah diwajahnya.
“Bisakah
Kita bicara sebentar, ka ?”
Yuki
meliriknya dengan heran.
“Wajahnya
memerah, sepertinya Dia menyukaimu, Yuki. bersikap sopanlah padanya” ujar teman
temannya lagi.
Meika
tersenyum. Ia memandang dengan hati – hati ke arah Yuki yang terus menatapnya
di koridor Admawa.
Kaktus Pair
***
“Mau
?”
Meika
menoleh, Yuki menyodorkan softdrink
ditangannya.
“Makasih”
ujar Meika sembari meraih softdrink
dari Yuki, lalu Ia duduk disampingnya, di kursi rotan yang hampir patah.
Gadis
itu bergidik ngeri menatap sekitar,
sebuah rumah di sudut dinding belakang, dalam lokasi kampus. dengan pohon palem
tua yang berlumut serta beberapa hal lainnya yang nggak bisa disebut Higinies.
“Ini
tempat apa, ka ?” Meika menatap prihatin.
Ia
merasa tak pernah tahu, jika didalam kampus yang super elit, juga terdapat dunia lain yang menyeramkan.
Rumah
pohon yang penuh rumbai rumbai tali kekang, ornament
bata yang berwarna hitam dan merah tua. beberapa tanduk yang di simpan dalam
kaca, dinding penuh coretan dan tempelan foto foto adventure.
Adalah hal yang baru pertama
kali dilihatnya, Ia menepak lengannya saat seekor nyamuk dengan nakal hinggap
disana, dan bahkan menggigitnya dengan sigap.
“Banyak
nyamuk, ini pasti bagian dari neraka” keluh Meika lirih, Yuki tersenyum menahan
tawa.
Meika
menoleh,
“Ini
namanya secret Mapala” ujar Yuki.
Meika menggeleng.
“Mapala
itu apa, ka ?”
Yuki
tertawa terbahak – bahak, Ia memandang Meika lalu tertawa lagi.
“Kau
tidak tahu, Mapala itu apa ?” tatapnya prihatin. Meika merunduk malu, menggigit
bibirnya lalu menggeleng dengan risau, seakan dengan begini Yuki jadi tahu jika
Ia sangat tidak up-date perkembangan
dunia.
Meika
cemberut, menahan rasa minder dihatinya.
membuat
Yuki segera menghentikkan tawanya.
“Mapala
itu, sekumpulan Mahasiswa Pencinta Alam. Kau tidak pernah dengar, ya ?”
Meika
menggeleng lagi.
“Apa
setiap Universitas, ada ?” tatapnya.
“Bisa
jadi. Tapi, Bisa juga tidak”
“kenapa
?” Meika mulai menyusun banyak pertanyaan, tentang tempat yang sedang Ia
kunjungi karena mengikuti Yuki.
“Tergantung
dari,.. ehg, Sebenarnya ada apa, Kau
mau bicara denganku ? tentu bukan untuk membahas mengenai Secret_ku, kan ?” Yuki tersadar akan eksposisi, dimana keduanya bisa bersama – sama disini.
Meika
menggaruk rambutnya, lalu tersenyum ragu.
“Ahk, iya..” ujarnya
“Jadi,
tentang apa ?” tatap Yuki penasaran.
“tentang
hari dimana ka’Yuki menyelamatkanku, saat Aku menangis di Ospek, ketika Aku dikerjai. Jadi, Aku mau bilang terima kasih,
sebelumnya Aku belum sempat mengucapkannya padamu” terang Meika.
Yuki
meneguk kaleng softdrink di tangannya
lalu melirik wajah Meika, gadis itu merunduk malu seketika.
“Ohg, hanya itu. Aku pikir kenapa”
ujarnya.
Meika
menoleh.
“Hanya
itu ? menurutmu begitu. Tapi, menurutku itu sangat berkesan”
“Berkesan
?”
Meika
mengangguk. “Aku merasa diselamatkan, Aku belum pernah diperlakukan sejahat itu
selama hidupku. lalu, ka’Yuki datang membuat mereka pergi”
Yuki
tertawa renyah.
“Begitukah
? sepertinya benar, Kau terlihat dengan jelas” ujarnya, Ia memperhatikan Meika
antusias.
“Terlihat
jelas, maksudnya ?” tadah Meika.
“Kau
anak manja” jawab Yuki ringan.
Meika
meneguhkan wajahnya, lalu menggeleng dengan pasti.
“Aku
bukan anak manja, Aku sudah mandiri” kecamnya.
“Mandiri ? Mandi dan makan sendiri ?”
ujar Yuki lirih.
Meika
membuang nafas kesal.
“Aku
benar – benar mandiri dalam hal yang sesungguhnya. bukan seperti singkatan yang
ka’ Yuki tuturkan”
Yuki
tertawa lagi, mendengar gadis di sampingnya terus menggerutu.
“Baiklah,
Aku mengerti”
Meika
tersenyum.
“Jadi,
ka’ Yuki sekarang semester berapa ?” Meika mulai terbiasa dengan scenery disekitarnya. beberapa teman
Yuki memang lebih parah, ada yang rambutnya segede Sukro, itu loh.. iklan
kacang telur yang kepalanya di ganti pilus.
ada
juga yang rambutnya lebih mirip mbah
Surip, ala Reggae keriwil –
keriwil. shampoo untuk rambut seperti
itu layaknya CatShampoo, bisa setahun
sekali keramas.
kebayangkan
betapa apek-nya kepala itu, mungkin juga tidak. hanya saja, Meika adalah
seseorang yang hidupnya lebih teratur, Dia bisa kesalon 2 hari sekali.
ka
spa dan refleksi dua kali seminggu, semuanya sudah terjadwal, prifate piano dan latihan memanah setiap
weekend. segala hal yang menunjangnya
lebih terlihat feminism, Ia pengikut
setia mode dan stylist.
Tak
jarang jika Ia dijadikan dasar trendsenter
di perusahaan Bokapnya, dimana perusahaan Papa bergerak di bidang accecoris berlian dan Kristal.
“Aku
semester 7, seharusnya sudah KKN” jawab Yuki santai.
“KKN
dimana ?”
“Aku
nggak KKN” Yuki menoleh.
Meika
tertegun “Kenapa ? kan sudah semester 7”
“Sistem
Kredit Semester-ku, nilainya nggak mencukupi standar KKN. Jadi, Aku belum bisa
memprogram” terang Yuki, Meika mengangguk prihatin.
“Kenapa
bisa begitu ?”
“Aku
terlalu sering keluar masuk hutan”
“Untuk
apa ?” Meika heran. untuk apa seorang mahasiswa keluar masuk hutan, memangnya
itu termasuk sebuah keharusan.
Yuki
tertawa, Ia memandangi Meika dengan antusias.
“Aku
kan termasuk dalam Mapala, Kau tidak tahu apa yang sering Kami lakukan ?”
“Apa
Mapala memang harus sering ke hutan ?”
Yuki
tertawa lagi mendengar ocehan Meika.
“Kau
ini bodoh atau apa ? Kau sangat lucu..” protes Yuki, Meika sempat sedih disebut
bodoh. Tapi, menit berikutnya Ia kembali tersenyum saat Yuki mengatakan jika Ia
Sangat Lucu.
Dengan sabar, Yuki menjelaskan
satu per satu kegiatan yang sering Ia dan Group_nya
lakukan pada Meika, gadis itu hanya mampu mengangguk – angguk. Ia jadi tak
heran kenapa penampilan Mereka begitu memprihatinkan.
“Untuk
lebih menyatu dengan alam, basic
hidup kita kembalikan kepada alam”
“Begitukah,
memangnya ka’ Yuki jurusan apa ?”
“Kehutanan”
“Kedengarannya,
memasuki hutan juga menyenangkan. kapan – kapan kalau ada adventure lagi, reboisasi
atau apalah, ajak Aku, ya ?” pinta Meika.
“Kau
yakin ?” Yuki memperhatikan penampilan Meika yang begitu feminism.
Gadis
itu mengangguk, lalu tersenyum peri.
“Aku
tak yakin, Kau bisa” kecam Yuki.
“Kenapa
?” Meika memasang wajah cemberut.
Yuki
khawatir beberapa hal, ada banyak gadis yang juga
tergabung
dalam Mapala. Tapi, penampilan mereka juga tidak jauh dari Tomboy dan bercelana robek – robek dengan rambut ikal.
Ia
tak membayangkan jika Meika bisa menyesuaikan diri, karena Gadis itu sangat
berbeda, Ia lebih mirip Model yang
terbiasa berjalan di catwalk ketimbang
berjalan di trotoar berbatu.
Seperti jalan yang selama ini
ditempuh Yuki sebagai pilihan hidup. Meika melambaikan jemarinya didepan wajah,
Yuki spontan meliriknya.
“Ka’
Yuki sedang memikirkan apa ?” tadahnya.
Yuki
tersenyum singkat.
“Tidak
ada, baiklah.. nanti jika ada
kegiatan seperti itu lagi, Kakak akan mengajakmu”
Meika
tersenyum kegirangan.
“Aku
bisa memberikan nomor handphoneku”
tawar Meika, sembari mengeluarkan blackberry_nya
dari dalam pocket.
Yuki
mengangguk, Ia mengeluarkan handphone_nya
yang di ikat ikat karet gelang, karena baterai_nya
sudah menggelembung. Jadi, casing nya
hampir selalu lepas. Karena tidak bisa merekat dengan baik, Yuki mengikatnya
dengan gelang karet agar lebih simple.
Meika
telan ludah menatap Handphone di
genggaman Yuki.
“Handpone ka’ Yuki, ko ada karet
gelangnya ?”
“Ohg, casing_nya
longgar saat baterai_nya mulai
menggelembung. Jadi, Aku mengikatnya agar tak lepas – lepas” Yuki tersenyum.
“Jadi,
begitu” Meika nyaris pingsan mendengar penjelasan Yuki. Ia kembali menyebutkan
nomor handphone_nya.
“jangan
memandang rendah. Ini lumayan berguna ketika dihutan, handphone_ku ini sangat kuat menangkap signal. lagipula ini double
manfaat, bisa menerangi kegelapan. namanya handphone
Comunicater” terang Yuki.
“Comunicater itu jenis handphone milik ka’Yuki?” Meika gagu
Yuki
tertawa terbahak bahak, Ia memandang Meika dengan heran.
“Comunicater itu singkatan dari
Komunikasi dan senter” ujarnya, Yuki langsung menyalakan senter di handphone_nya. ke wajah Meika. Meika
tertegun, keduanya bertatapan.
Yuki
membuang arah matanya, Meika menahan degupan jantungnya, Ia merasa jantungnya
akan meledak saat matanya bertatapan dengan mata Yuki.
“Ka’
Yuki”
“Hemm ?” Yuki menggaruk garuk rambut
gondrongnya.
“Aku
senang bisa berbicara denganmu”
Yuki
menoleh.
“Begitu
juga dengan teman – temanku” ujarnya.
Meika
tertegun, “teman teman-mu ?”
Yuki
mengangguk, lalu Ia menunjuk ke rumah pohon. ada banyak cowok – cowok di atas
sana, yang sedari tadi memperhatikan mereka.
“Sejak
kapan mereka disitu ?”
“Sejak
tadi, mereka tidak biasa mendapatkan tamu seperti Kau, mereka terlalu sering bertemu
dengan setengah manusia” ejek Yuki pada teman – temannya, Mereka tertawa.
“Alaah, mentang – mentang dia kedatangan
tamu setengah Dewi. Jadi, Kita di kata katain” teriak mereka dari atas rumah
pohon. Yuki tertawa.
Meika
ikut tertawa. “Aku setengah Dewi ? waaaw” ujar Meika lirih. Yuki
meliriknya.
“Sering
seringlah kemari, namaku Jack” teriaknya lagi.
“Teruslah
berbohong, sampai kapan Kau mengakui nama itu ? jangan percaya, Meika. namanya
Joko” terang Yuki.
Joko
tertawa terbahak – bahak di atas sana.
“Dassar, pembuka kartu !!” teriaknya.
Yuki tertawa renyah.
“Hay, namaku Meika” teriak Meika.
berusaha agar orang orang di rumah pohon mendengar suaranya.
“Apa
? namamu Malaikat ?”
“Bukan,
namaku Meika” ulang Meika.
“Jangan
pura pura tuli, Joko” tandas Yuki.
Joko
tertawa.
“Meika,
namamu cantik secantik orangnya. Namaku Ewwin” ujar seseorang disamping Joko.
Meika
mengangguk.
“Jangan
dengarkan Dia, Meika ! Ewwin ini PK
!” terek Joko, Ewwin menatapnya sangar.
“Apa
itu PK ?” Meika mengeryit bingung.
“PK itu Penjahat Kelamin. jangan pernah
berbicara dengan players yang ini,
Dia psyko” tunjuk Joko, Ewwin
langsung menyergapnya sampai tumbang.
“Apa
katamu ! dassar Encong..”
“Ampuun”
“Rasakan
ini, Hiyyaa !!”
Keduanya
saling menggelitik di atas rumah pohon.
“Aku
pikir mereka berkelahi” Meika menatap Yuki. Yuki menggeleng.
“Tidak,
Mereka memang seperti itu” kilahnya, kedua
sukro itu saling menggelitik sampai terpingkal – pingkal.
“Kau,
tidak ada kelas lagi hari ini ?”
“Setengah
jam lagi. Tapi, Aku harus ke perpustakaan sekarang. Dosen meminta Kami membaca
kasus manufacture di litelature lama” ujar Meika.
Yuki
mengangguk.
“Baiklah,
Kau tahu perpustakaan disebelah mana, kan ?” tatapnya, Meika tersenyum lalu
menggeleng.
“Aku
tidak tahu, bisakah ka’ Yuki mengantarkan Aku ?” pintanya, Yuki tertawa, Ia
sudah menebak jika Gadis ini tak tahu apapun tentang Universitas selain hanya pergi kuliah.
“Kau
ini,..”
Meika
tertawa renyah.
“Ya
sudah, ayoo” Yuki berjalan di
depannya, Meika mengangguk lalu mengikuti dari balik punggung.
“Cieeh, Kencan tengah hari..” teriak Joko
dari rumah pohon.
“Lanjutkan,
Yuki ! Kami mendukungmu” lanjut Joko lagi, Yuki menoleh lalu tertawa
seperlunya.
Meika
kegirangan di beri tuduhan seperti itu, siapa tahu kelak itu akan jadi nyata.
“Gadis
itu terlalu cantik untuk Yuki. seharusnya Dia denganku saja” protes Ewwin, Joko
melemparnya dengan bantal.
“Mimpi
kali yee”
Ewwin
nyengir, “Kan berharap, apa salahnya”
Joko
tertawa terpingkal – pingkal. sementara di koridor sana, Meika tengah menikmati
perjalanannya dengan Yuki.
“Aku
jadi tahu banyak hal saat dengan, Ka’ Yuki”
Yuki
menoleh, memperhatikan langkah manja Meika yang melambat, memaksanya ikut
memperpendek arah tapakan kaki, untuk menyesuaikan dengan gadis itu.
“Aku
jadi tahu beberapa extrakulikuler
dikampus”
“Mapala
itu bukan extrakulikuler, Meika”
“iya,
maksudku kegiatan diluar kuliah. seperti sebuah perkumpulan yang ka’ Yuki
ikuti” kilah Meika, Yuki Menahan tawanya sampe wajahnya memerah.
“Itu
Dia” tunjuk Yuki.
Meika
menoleh “Apa ?”
“Perpustakaan,
memangnya apa ?” jawab Yuki keheranan, Meika menggigit bibirnya, lalu
mengibarkan rambutnya menutupi rasa malu.
lantaran
selalu ingin bersama dengan Yuki, membuatnya lupa jika mereka tengah dalam
perjalanan menuju perpustakaan.
“Baiklah,
terima kasih sudah mengantarkan Aku, Ka’ Yuki”
Yuki
mengangguk, membagi senyuman hangatnya.
“Aku
akan balik ke secret” ujar Yuki.
Meika
tersenyum “Aku sudah merepotkan, ka’ Yuki. haruskah Aku menemani ka’ Yuki
kesana ?” tawarnya.
Yuki
menatap heran.
“Aku
mengantarMu, lalu Kau mengantarKu. kemudian Aku mengantarmu lagi dan Kau
kembali mengantarku. Bisa sampai mati
nggak ada habisnya, Meika” keluh Yuki.
Meika
tertawa.
“Ahk,
benar juga”
Yuki
geleng geleng kepala, Meika tertawa renyah lalu berhenti saat matanya terus
ditatap Yuki.
“Aku
harus pergi”
Meika
mengangguk, Yuki berlalu. Gadis itu masih termangu di koridor, memperhatikan
punggung cowok itu yang berlalu.
~~~
Meika masuk diam diam lalu
mengaggetkan Greel yang tengah serius, Greel tertegun.
“Apa
yang Kau lakukan ?” gertaknya. Meika tersenyum lugu. kehebohan yang mereka
lakukan mengundang perhatian semua penghuni ketenangan.
Mereka
menatap sinis ke arah Meika dan Greel.
“Maaf”
ujar Meika lemas ke arah orang orang, mereka kembali berkutat ke buku buku saat
Meika mengunci bibirnya.
“Kau
tahu ?” bisik Meika ke telinga Greel
“Apa
?”
“Aku
di antar ka’ Yuki ke sampai ke depan perpustakaan, Aku pura – pura saja tidak
tahu dimana perpustakaan berada. Dan Dia mengantarku, Dia sangat romantis” puji Meika.
Greel
mendengus jijik. “Itu hanya ramah tamah, jangan tertipu dengan perasaanmu
sendiri” kecamnya.
Meika
mengenduskan bibirnya.
“Tapi,
tetap saja” ujarnya bangga. Greel geleng – geleng kepala. Melihat temannya se-fallin’in seperti itu.
“Dia
menyebutku sangat lucu, Kau tahu apa artinya itukan, Grell ?”
“Artinya,
Kau bersikap bodoh dihadapannya” tebak Greel.
Meika
merenggutkan bibirnya.
“Bukan
! itu artinya Ka’ Yuki memperhatikanku” kecam Meika seyakinnya. Greel
mengangguk pasrah.
“Baiklah
baiklah, terserah padamu saja, Remaja !” tadahnya geram, Meika tertawa renyah.
“Jika
ingin ngobrol, sebaiknya kalian berdua keluar saja. Karena itu mengganggu
konsentrasi yang lain” tegur penjaga perpustakaan.
Meika
menoleh bersamaan dengan Greel, Penjaga perpustakaan itu memperbaiki kaca
matanya lalu melirik sadis. Kedua gadis itu mengangguk lemas.
menerima
pengusiran yang sangat memalukan, memaksa keduanya berjalan teratur
meninggalkan perpustakaan.
my hyphen
imbalance
***
“Kita
sebaiknya mengambil almamater saja”
tawar Meika, selama keduanya berjalan dikoridor, setelah insiden dimana Mereka diusir dari perpustakaan.
“Padahal,
Aku tak sedang malakukan hal yang ada kaitannya dengan Illegitima-cy. hanya berisik sedikit saja sudah di usir seperti
ini” keluh Meika lagi.
Greel
duduk dibangku taman, dimana pohon pinus tua mengayun dahannya, menerbangkan
hembusan angin yang tembus ke rongga dada.
“Disini
sejuk” puji Greel.
“Kau
tahu, Greel ?” Meika memainkan handphone_nya,
lalu memperlihatkan LCD Hp-nya ke
depan Greel.
“Traadah !! Aku mendapatkan nomor Hp ka’
Yuki” ujarnya sok surprice, Greel
menatap datar.
“Ohg,..” ucapnya singkat.
“Ko
Cuma Ohg,.. ? nggak ada ekspresi
banget sih” Meika mengeluh. Tapi, menit
menit berikutnya Ia kembali beriak ceria, seakan Ia dapat Jackpot sebuah lotre.
~~~
Hari itu hujan turun dengan
derasnya, sejak beberapa waktu yang lalu, Greel demam dan tak masuk ke kampus,
bisa jadi Greel terserang anemia.
Hp
Meika berdering di dalam kelas, Ia merunduk. menyembunyikan wajahnya di dalam
buku.
“Hallo, pa ?” bisiknya.
Suara
diseberang sana menyahut,
“Meika
sayang, setelah kelas selesai. mampir
ke kantor Papa, ya ? ada desain acceccoris
baru. bisakan Meika membantu Papa, lagi ?” ujar Bokapnya di telpon.
Papa
selalu meminta Meika menjadi model peraga untuk accecoris berlian, berhubung Mama sekantor dengan Papa. Perusahaan
keluarga tentunya selalu mendapatkan dukungan keluarga untuk memperirit biaya
keluaran.
“Iya,
Meika tahu. Mama udah bilang tadi. nanti Meika mampir ke kantor Papa. Pa, sudah dulu nelponnya, Meika ada
dosen. dah Papa” Meika mematikan handphone_nya.
Lalu
kembali membuka buku di depan wajahnya, mengintip wajah dosen yang sekiranya
akan menegurnya telah menelpon di dalam kelas.
“Kebiasaan
menelpon dalam kelas” tegur seseorang disampingnya, Meika menoleh.
“Ka’
Yuki ?” tatap Meika heran.
“Apa
yang Ka’ Yuki lakukan disini ?”
Yuki
tersenyum, lalu mendesis lirih di telinganya.
“Jangan
berisik, Aku hanya sedang menikmati rasanya menjadi mahasiswa Manajemen
keuangan”
Meika
tertawa renyah, mana bisa ada orang seperti Yuki. belajar memang bisa dimana
saja. Tapi, tentunya yang sesuai dengan kejuruan. bukannya membelok drastis dari kehutanan ke Keuangan.
“Memangnya
tidak akan dicurigai ?” tatap Meika khawatir.
“Mahasiswa
sebanyak ini, Dosen mana yang bisa menghafalnya” jawab Yuki santai. Meika
menggeleng heran.
“Aku
jadi mengerti kenapa saat semester 7, Ka’ Yuki belum bisa KKN” sindir Meika,
Yuki menoleh.
“Anggap
saja, itu kelemahanku” ujarnya.
Meika
mengangguk “ Baiklah”
Yuki
tersenyum, keduanya mulai konsen pada apa yang di tuturkan Dosen didepan sana.
Hujan diluar sana, mulai mereda.
menyisakan riak riak dingin dikulit tropis. Keduanya keluar bersamaan saat
kelas dibubarkan.
“Kau
sudah makan siang ?”
Meika
menggeleng.
“Apa
yang enak dimakan saat hari hujan, seperti sekarang ?” tatapnya, Yuki menarik
jemarinya.
menggandengnya
sepanjang koridor. Meika tertegun memperhatikan jemarinya di genggam Yuki.
apalagi
saat Menyebrang di zebra croos, lalu
keduanya mampir di sebuah warung makan depan kampus.
“Kau
suka soup tauge ?” tawar Yuki.
“Aku
belum pernah memakannya”
“Kau
harus coba, itu cukup menghangatkan perut” terang Yuki, Meika mengangguk. lalu
keduanya duduk di sebuah meja lesehan. Dimana pelayan akhirnya mengantarkan
pesanan.
“Ka’
Yuki sering makan disini ?”
“Setiap
hari” jawabnya. Meika mengangguk.
“Kau
tidak pernah makan soup tauge ?” tatap Yuki prihatin.
“Ini
pertama kalinya”
“Tauge
mempunyai banyak manfaat untuk wanita”
Meika
tertegun “Benarkah ?”
“Benar,
Tauge berguna untuk menyuburkan kandungan. Kau sebaiknya mulai mengkonsumsi.
sehingga nanti ketika menikah, Kau cepat mengandung” terang Yuki.
Meika
tertawa. Yuki menghirup soup di hadapannya.
“Kenapa
ketawa ?” tadahnya. Meika menggeleng.
“Pacar
saja tidak punya, bagaimana Aku akan menikah” jawab Meika lirih, Yuki
mengangguk mengerti.
“Kalau
begitu, Jadi pacarku saja, bagaimana ?” tawarnya.
Meika
tersedak soup yang hendak di telannya.
“Uhhuk” Yuki memberinya segelas air, sebelum
batuk Meika menjadi lebih parah.
“Ka’
Yuki, barusan bilang apa ?” tatapnya.
“Apa
? yang mana ?” Yuki mengalihkan pembicaraan.
Meika
menelan seluruh air di gelas tanpa sisa.
“Yang
barusan, yang membuat Meika tersedak” ujarnya.
Yuki
mengerem sendoknya lalu menatap Meika.
“Aku
akan membantumu menikah. Jadi, mulai sekarang Kau harus mulai mengkonsumsi soup
tauge, agar cepat mengandung” Meika tertegun, sampai tak mampu berkedip saat
mendengar ucapan Yuki.
“Ka’
Yuki, berniat menikahiku ?”
Yuki
mengangguk.
“Itu
pun, jika Kau mau jadi pacarku” ujarnya. Meika tersenyum, menahan malu yang
akan merona di wajahnya.
“Aku
mau” Letuk Meika seketika. Yuki tersenyum heran, Meika menutup bibirnya
perlahan.
“Mau
apa ?” tadah Yuki, Meika merunduk lalu menoleh seketika, Yuki melirik dramatis.
“Aku
mau jadi pacar Ka’ Yuki, agar ka’ Yuki bisa membantuku menikah. Lalu sejak
sekarang Aku akan mulai mengkonsumsi soup tauge” jawab Meika lirih. Yuki
tersenyum.
Keduanya
tertawa renyah, menatapi desahan hujan diluar sana ,yang masih menyisakan kabut
dingin di kulit.
Meika
memejamkan matanya berharap mereka bisa jadi selamanya, lalu membuka mata
menatap wajah orang itu, orang yang disebut Greel sebagai Peri bawah tanah.
~~~
“Jadi,
udah resmi ceritanya ?”
Greel
memainkan gunting di rambutnya, memotong foninya
yang mulai memanjang, juga ada rambut liar yang sering jatuh ke dahi.
membuatnya segera mempermack model rambutnya.
Meika
mengangguk dengan bangga.
“Kau
lihat itu ? Dia memang menyukai ku. bukan hanya ramah tamah” ujar Meika.
Greel
sibuk memainkan guntingnya lagi.
“Greel,
Kau sangat arogan. Kau tak harus
menyiksa rambutmu dengan malpraktek
seperti itu, Ku sarankan sebaiknya Kau ke Salon” tegur Meika khawatir.
“Jatah
bulanan Ku belum dikirim, Aku Cuma menggunting foni, masa harus ke salon” gerutunya, Meika mendekat. Ia meraih
gunting di tangan Greel lalu melemparnya ke tong sampah.
“Hey !! Kenapa Kau membuangnya” Greel
tertegun. Meika memasang senyuman bidadarinya.
“Aku
akan ke salon, Kau harus menemaniku”
tak
ada pilihan bagi Greel untuk menolak, memaksanya pergi bersama Meika. lalu
seorang guide langganan Meika mulai
memperbaiki foni Greel yang nyasar
kanan – nyasar kiri.
“Kau
selalu kemari ? sepertinya mereka sangat mengenalmu”
Meika
mengangguk lalu memperlihatkan card id_nya.
“Aku
pelanggan tetap” Ia tersenyum.
“Woww ? VIP ?” Greel berdecak heran.
Meika
mengangguk lagi. Selesai menggunting foni
milik Greel, keduanya mencoba spa coffe,
katanya baik untuk kulit.
“Greel
?” Meika merenggutkan wajahnya.
“Hmm ?” suara Greel terdengar serak,
mungkin Dia agak tertidur.
“Menurutmu
Cowok suka ke salon nggak ?” tanyanya.
“Kenapa
memangnya ?” Greel masih sadar.
“Kalau
Ka’ Yuki, menurutmu Dia mau nggak ke salon ?”
“Apa
Kau berniat membersihkan rambut gondrongnya ?”
Meika
menyembunyikan wajahnya di bantal, lalu mendongak bingung. Greel menghirup lemon tea di pinggir lilin teraphy.
“Kalau
pun Dia nggak mau di gunting, itu bukan masalah besar, sih..” suara Meika merendah
drastis.
Greel
tersenyum.
“Apa
sekarang mulai terasa perbedaannya ?” tatap Greel.
Meika
menoleh lemas.
“Maksudnya
?”
“Iya,
Kau sama Ka’ Yuki. apa perbedaan di antara kalian mulai terasa ?”
Meika
menggeleng.
“Aku
ingin katakan padanya, tentang menggunting rambutnya. Tapi, Aku tidak berani,
Greel”
“Jangan
membawanya masuk dalam kehidupanmu sepenuhnya. itu akan membuatnya lelah”
“Hmm ?” Meika tertegun.
“Meika,
Dia punya dunianya sendiri yang berbeda denganmu. jangan membawanya menjadi
sepertimu, Kau tahu kenapa ? karna Kau menyukainya apa adanya, Kau hanya boleh
memasukan duniamu 50% saja, sehingga yang 50% nya lagi masih tetap dunianya”
terang Greel.
“Apa
artinya, Aku juga harus menyukai dunia Ka’ Yuki sebanyak 50% ?”
Greel
mengangguk
“benar,
jika 100% Kau masuk dalam dunianya,
Kau akan lelah. kalian cukup saling mengimbangi 50/50 saja” lanjutnya.
Meika
menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
“Aku
mengerti, thanks Greel”
~~~
Meika duduk di rumah pohon, di Secret Mapala milik perkumpulan teman –
teman Yuki.
“Meika
?” tegur Ewwin
“Oh, Hayy ?” Meika tersenyum.
Ewwin
duduk disampingnya dengan rambut ala reggae_nya
yang terurai panjang, mirip dewa ular.
Meika
merinding.
“Yuki
mana ?” tatapnya
“Katanya
ke rektorat, Aku disuruh tunggu
disini” jawab Meika
“Oh, iya. paling ngantar proposal” Ewwin mengangguk.
“Untuk
apa ?” Meika belum mengerti dengan beberapa kesibukan yang Yuki jalani minggu
minggu ini, membuatnya penasaran.
“Kita
pada mau Dinas”
“Dinas
?”
Ewwin
mengangguk
“iya,
memangnya Yuki belum cerita ? Kita akan bikin perkemahan di hutan, Kau mau ikut
?” tawarnya.
Meika
tersenyum.
“Aku
coba bahas ini ke Yuki dulu, yah ? Dia belum ngomong apapun ke Aku tentang ini,
ka” Meika merenggutkan wajahnya. batinnya sesak mendengar Yuki akan melakukan
kegiatan yang bahkan tak pernah diceritakan padanya, malah mendengarnya dari
Ewwin.
Yuki
datang membanting tasnya di rajutan bamboo,
lalu selanjutnya membanting dirinya sendiri di atas perlak.
Meika
dan Ewwin menoleh bersamaan.
“Mas
Bro ? bagaimana surat izinnya dapat ?” kejar Ewwin, Ia membuka tas Yuki, mecari
selembar kertas.
“Iya,
dapat. akhir pekan Kita Go-On”
jawabnya.
Ewwin
meraih lembaran kertas dari tas Yuki, lalu tertawa. Ia membawanya turun ke
gerombolan teman – temannya.
Meika
berjalan lemas lalu ambruk di samping Yuki.
“Kau
akan pergi ?” tegurnya. Yuki menoleh, lalu duduk disampingnya.
“Kau
bahkan tak memberitahuku tentang ini” Meika merajuk. Yuki tertawa renyah.
“Aku
tak sempat, Apa Kau marah ? Aku baru saja ingin mengatakannya” Yuki meraih
rambut di dahinya.
Meika
tersenyum.
“Aku
nggak marah, Aku hanya males” kecamnya.
Yuki
tersenyum.
“Apa
Kau mau ikut denganku ?”
Meika
terkesigap, menatap senyuman yang mengembang di wajah Yuki, mampu melunturkan
amarahnya.
“Tentu
saja, ini pertama kalinya Aku akan berkemah” meika merekatkan jemarinya,
sehingga bertautan dengan jemari Yuki. Ia mengecupnya.
“Kau
tahu, ketika Aku menggenggam tangan ini, Aku sangat ketakutan” ujar Yuki. Meika
tertegun.
“Kenapa
?”
“Aku
takut saat lepas, Aku tak bisa meraihnya lagi”
“Jangan
khawatir, Akan Ku pastikan tangan ini tak akan melepaskan diri dari
genggamanMu” tadah Meika.
Yuki
tertawa menghamburkan rambut Meika ke wajah, membuat Gadis itu meniupi dahinya.
Meika
makin mengeratkan jemarinya, Ia mengkhawatirkan banyak hal, entah apa yang akan
terjadi jika Papa & Mama akhirnya mengenal Yuki.
“Kau
berbicara banyak dengan Ewwin ?”
Meika
menggeleng.
“Hanya
membahasmu, percayalah” tatapnya.
“Kenapa
? apa Kau cemburu ?” Meika tertawa.
Yuki
menciutkan wajahnya.
“Apa
Aku bisa dibaca dengan jelas ?”
Meika
mengangguk “Iya” jawabnya datar.
“Aku
bertemu dengan seorang gadis di bawah sebelum naik ke rumah pohon, Dia Nampak
begitu sinis” Meika menunjuk seorang gadis yang duduk di antara Joko dan Ewwin.
Yuki
mencari celah di antara rajutan bamboo
untuk menengok ke bawah.
“Namanya
Detha” ujar Yuki.
“Siapa
Dia ?”
“Bendahara”
jawab Yuki datar, Meika mengangguk angguk.
“Ka’..” Meika menarik kemeja Yuki, ini
pertama kalinya Ia melihat Yuki memakai Kemeja, hanya demi ke ruang rektorat.
“Kenapa
Kau tidak menanyakan apapun mengenaiku ?” tatap Meika, Yuki menatap penuh.
“Hemm ?”
“Maksudku,
tentang masa laluku” terang Meika.
Yuki
tersenyum.
“untuk
apa ?”
“Aku
pernah mencintai seseorang dan akhirnya putus. Lalu Aku bertemu denganmu dan
mulai mencintaimu. Tapi, ..” Meika
memotong kalimatnya, Ia melirik wajah Yuki yang masih menatapnya dengan
kecenderungan.
“Tapi,
apa ? Apa sekarang Dia menginginkanmu lagi ? Apa Dia mengajakmu kembali ?”
tatap Yuki.
“Bagaimana
Kau tahu ?”
“percaya
atau tidak. Tapi, Kau adalah orang yang sangat mudah dibaca, Meika”
Meika
merunduk.
“Kau
mencintaiku ?” Yuki mengangkat wajahnya yang tertunduk gagu.
“Yes,
I do” tadah Meika meyakinkan.
“So, whats wrong ? Kau hanya perlu
membiarkannya jika Kau tak ingin kembali padanya dan tetaplah disampingku
apapun yang terjadi” kecam Yuki.
“Kau
tidak mengkhawatirkan apa yang telah terjadi antara Aku dan Dia, dimasa laluku
?”
Meika
menatap prihatin.
“Aku,..
Melatiku terpetik..” ucapnya gemetar.
“Jangan
dilanjutkan, Aku tahu .. Aku cukup mengerti”
“Kau
masih ingin pacaran denganku ?”
“Mungkin
Aku adalah orang gila, pacaran denganmu. jelas jelas Kau berbeda denganku dan
Aku tak pernah ingin membahas masa laluMu, Aku juga tak menjanjikan masa depan
yang indah denganmu. Aku hanya ingin Kau tahu, jika sekarang Aku selalu
melakukan yang terbaik untukmu, untuk hubungan Kita” terang Yuki.
Meika menangis haru, Ia pernah
melakukan_Nya dengan Julian, mantan pacarnya yang sedari tadi Ia sebut. Terus
terang saja, karna cinta terlalu buta. Meika bahkan merelakan melatinya
terpetik.
Namun,
itu bukanlah hal yang bisa dijelaskan dengan logika, kadang waktu yang terjadi
di antara seseorang. bahkan selisih waktu di antaranya, terlalu sulit untuk di
terjemahkan.
plain anathema
***
Perjalanan yang nggak mudah
untuk di deskripsikan, saat sebuah kota menjadi perkampungan dan yang
selanjutnya terlihat adalah kabut ditengah jalan, jalan yang tak memiliki satu
penghuni pun kecuali kabut diantaranya.
Meika
mendekap lirih red syal_nya di leher.
“Apa
yang Kau bahas dengan Ewwin, Aku dengar Kau berantem dengannya ?”
keduanya
duduk di dua kursi dari belakang pundak supir, mini Bus milik Universitas
jadi transportasi ke Puncak kali ini, puncak yang tidak seperti Meika
bayangkan, Karena Ia harus menyesuaikan diri dengan iklim hutan nantinya.
“Bukan
berantem. Tapi, berdebat. ada dari beberapa yang harus di bicarakan, kadang
harus menggunakan nada tinggi sebagai penekanan” terang Yuki.
“Penekanan
agar dihargai ?” tatap Meika.
“Apa
yang Kau pikirkan tentang dihargai ?”
“Karena,
Pemimpin kalian nggak disini dan Kau bertindak menjadi seseorang yang begitu
sibuk di antara teman – temanmu lainnya”
Yuki
tersenyum “Aku melakukannya karena Aku ingin”
“Jadi,
saat Kau tidak ingin, Kau tidak akan menjadi seseorang yang bertindak sebagai
seksi sibuk, lagi ?” Meika Nampak serius.
“Aku
tidak menjadikan mereka sebagai prioritas_Ku.
itu alasan kenapa Aku nggak mau jadi pemimpin”
“Nggak
mau ngambil responsible ?”
“Atau
bahkan resiko, Meika”
Ia
menyembunyikan wajahnya setengah di dalam scraft,
karna udara semakin menelusik dingin hingga ke pernafasan.
“Kau
itu Fakultas Ekonomi, nggak akan ngerti dengan Kehutanan yang selalu
mengandalkan alam”
“Jangan
mulai membedakan proporsi fakultas
masing – masing, deh” keluh Meika.
“Yang
namanya perbedaan, Secara nggak langsung juga membuat cara berpikir seseorang
menjadi beda”
“Memangnya
apa bedanya ? dalam sebuah ekosistem saja
Kita sama – sama bisa bertindak sebagai Produsen dan Konsumen. dalam ekonomi
Yang namanya Produsen itu menghasilkan, sementara yang Konsumen itu
mengkonsumsi. bukankah alam melakukan hal yang sama ?” tadah Meika.
“Nggak.
dalam Ekosistem alam, Memang ada
Produsen dan Konsumen. hanya klasifikasi_nya
berbeda.. Produsen itu makhluk hidup yang dapat menghasilkan bahan organic dari bahan anorganik yang dibutuhkan oleh dirinya maupun makhluk hidup lain,
dia autotrof yakni dapat membuat
makanan sendiri. Sementara konsumen itu termasuk heterotrof yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. nggak
samanya adalah dalam komponen biotic,
ada yang disebut Dekomposer..” kilah
Yuki.
“..
Dekomposer itu makhluk hidup yang
memperoleh makanan atau energy dengan
cara menguraikan atau mengabsorpsi sisa sisa makhluk hidup, contohnya bakteri pembusuk dan jamur saprofit” lanjut Yuki.
“Kan
ada tuh yang namanya daur ulang, pemulung atau apalah namanya. lagian basic_nya sama, antara Alam dengan
Ekonomi, sama sama mengandalkan kemampuan Ekosistem”
“Salah,
yang benar itu. basic dalam ekosistem
itu adalah alam, coba deh.. Kita
hidup bergantung nya sama Alam. Jadi, saat kembali pun pasti juga kembali ke
alam, kan ?”
Meika
menahan raut wajahnya, udara dingin menjadi panas saat malah Ia dan Yuki
berdebat tentang perbedaan pembelajaran fakultas mereka.
“Aku
tadi ngebahas tentang masalah kamu sama Ewwin. Tapi, kenapa sekarang rasanya,
Kamu nyari masalah sama Aku ?” Meika mendekatkan wajahnya seinci dihadapan
Yuki.
“Bukan
nyari masalah. Tapi, berdebat. ada dari beberapa yang harus di bicarakan,
kadang harus menggunakan nada tinggi sebagai penekanan” terang Yuki.
Meika
membuang nafas kesal.
“Nggak
ada alasan lain ?”
“Alasan
lain ? Aku pikir Kamu terlihat cantik saat berdebat tentang logika pemikiran,
itu sebabnya Aku nggak mau kita berhenti berdebat”
Meika
tersenyum lirih.
“Akhirnya,
Logika pemikiranku luluh hanya karena sebuah rayuan” sindirnya.
Yuki
tertawa renyah.
Perjalanan
masih berlanjut ke arah pegunungan, dimana setiap rumbaian pohon liar mulai
menyulitkan sopir dalam menguasai mobilnya.
“Lebih
baik, kita berhenti disini saja. pak ?” pinta Joko
“Jalan
ke dalam hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki” lanjutnya lagi. penghuni Mini Bus memilih untuk turun, sementara
Meika mengutuk dirinya atas planning
yang salah.
“Kenapa
Kau membawa begitu banyak tas ? Kau pikir kita akan liburan ? Kita itu ke Hutan
bukan Kepuncak” tegur Detha sinis, menatap Meika sibuk memilih tasnya.
ada
koper dan beberapa ransel.
Yuki
datang.
“Kenapa
Kau masih disini ? kita sudah jalan” tegurnya, Detha berlalu menabrak punggung
Yuki dengan kasar.
“Jelasin
itu ke GF_mu. Dia pikir kita mau fashion show apa ?” kecamnya, Meika
merunduk bingung.
Yuki
menatap gadisnya prihatin.
“Aku
kan sudah bilang kita akan ke hutan”
“Iya,
Aku tahu. Tapi, Aku nggak benar – benar berpikir itu hutan yang seperti ini”
Meika menatap sekelilingnya, Lalu bergidik ngeri.
“Maksudmu,
seperti hutan kota ?”
“setidaknya,
yang tidak menakutkan seperti sekarang”
Ia
terpaksa memilih satu tasnya yang sekiranya paling lengkap tanpa alat make up. lalu berjalan dengan rombongan
lainnya, Yuki geleng geleng kepala.
“Aku
berpikir, Kau harus mulai menyesuaikan”
“Maksudnya
apa ? Aku disini untuk menyesuaikan diri denganmu, apa yang harus Aku mulai ?”
“Maksudku
itu..” Yuki berusaha menjelaskan.
“Denger,
ya ? Aku itu model, jalanan Aku itu catwalk. Tapi, semenjak Aku pacaran sama
Kamu, Aku benar – benar berusaha untuk berjalan di setapak berbatu. Aku nggak
lagi semanja Meika yang pertama kali Kamu kenal, Aku udah jarang nangis, Aku
terbiasa mendengar kalimat nggak sopan dari teman kamu dengan berpikir jika itu
hanyalah becandaan. Aku bahkan nggak ngedengerin apa yang Greel bilang tentang
bedanya dunia kita. Tapi, Apa yang Kamu bilang ? Aku harus mulai menyesuaikan ?
apanya ? Kamunya yang nggak mau sesuai sama Aku” Tadah Meika geram. Ia
membanting tasnya di atas rumput, lalu berjalan dua langkah lebih cepat dari
Yuki.
“Meika,
dengerin Aku dulu. Aku paling benci kalo ngomong dicela apalagi ditinggalin
kayak gini” kecamnya.
“Jangan
pake kalimat bernada tinggi penekanan sama Aku, seperti kayak Kamu ngomong sama
temen Kamu” teriak Meika didepan sana. Memaksa Yuki untuk menjamah tas Meika di
atas rumput lalu membawanya ke area perkemahan sementara.
~~~
Yuki
nggak terlalu paham, saat Meika malah menjawabnya dengan arogansi. Ia nggak pernah mengerti kenapa gadisnya yang Moody itu selalu marah dan tersenyum sekejap
mata.
Beberapa
tenda sementara di bangun di atas tanah yang sekiranya lapang tanpa gundukan.
Meika
menggelar alas tidurnya, secercah
sunset menembus di antara pepohonan pinus tua. saat yang lainnya sibuk mencari
kayu api untuk pijaran unggun, Yuki hinggap untuk duduk disampingnya.
“Masih
marah ?” tatapnya.
Meika
menatap sekilas, lalu tersenyum peri, senyum yang Ia paksakan.
“Nggak
tuh, kenapa ya ?” kilahnya.
“Kamu
serem kalo senyum kayak gitu, mirip The
Witch”
Meika
menghentikan senyumnya.
“Ada
apa, sih !?” tadahnya kasar.
“Gitu
donk, marah” puji Yuki.
“Orang
marah, ko malah senang. dassar anneh” keluhnya
“Bukan
Anneh. Tapi, unique. Kamu tau kan,
Aku paling bisa nemuin berbagai keunikan dalam hidup ini. apalagi kalo Cuma
sama Kamu”
“Tau
deh, Aku tadi dengernya Kamu benci sama Aku” sindir Meika, Yuki merunduk
tersenyum menahan tawanya.
“Mana
mungkin Aku benci sama Meika yang udah Dewasa ini” terangnya, berhubung Meika
mengaku jika Ia tak lagi manja seperti sebelum mengenal Yuki.
“Reallita
kehidupan, cowok selalu ngerayu” tatapnya sinis.
“Salah,
yang ada itu. Cowok suka bermanja manja sama Cewek Dewasa” kilah Yuki.
“Cewek
Dewasa nggak suka sama cowok manja. Cewek dewasa itu suka sama Pria mapan”
“Tapi,
Pria mapan kebanyakan nggak suka cewek” tadah Yuki.
Meika
menahan lipatan bajunya, lalu melirik Yuki dengan geram.
“Udah,
ngomongnya ?”
“Belum”
Yuki menggeleng, lalu tersenyum sepenuh wajahnya
“Kamu
menyiratkan jika Aku hanyalah cowok, bukan Pria ?” wajah Yuki mulai meradang
lagi.
“Aku
hanya melanjutkan apa yang udah Kamu mulai” ujar Meika, Yuki merunduk membuang
wajahnya.
“Aku
memang bukan Pria mapan. Aku hanya orang anneh yang menyukai tuan puteri dan
berpikir jika punggawa kerajaan ini bisa membuat sang puteri terbiasa hidup
miskin” kecamnya. Meika menahan nafas.
Ia merasa akhir – akhir ini,
saat berbicara dengan Yuki. selalu saja di akhiri dengan perselisihan, entah
itu nantinya berlarut larut atau bahkan berlanjut.
“Bukannya
nggak bisa, Aku bisa. Tapi, Aku nggak akan membiarkan kamu seperti punggawa.
Jadi, jangan berpikir seperti itu” sanggah Meika.
Yuki
mengangguk.
“Hidup
nggak akan terus berjalan sesuai dengan apa yang Kita harapkan, kadang bisa di
bawah atau bahkan di bawah sekali. Aku Cuma ingin Kamu tahu jika Aku bisa saja
berpikir seperti itu, karena Aku terbiasa hidup seperti itu, Meika”
“Basic_nya
Kita itu benda, benda mati dan benda hidup. suatu benda nggak akan berubah
dengan sendirinya tanpa di pengaruhi oleh benda yang lain, hidup nggak akan
berubah menjadi lebih baik jika kita terlalu pasrah. Kita perlu mempertahankan
diri sebelum menjadi dibawah atau dibawah sekali, Aku tahu Kamu ngerti. Aku
ingin kamu berubah” suara Meika melemah di ujung kalimat.
“Perubahan
nggak selalu baik” tandas Yuki.
Keduanya
saling menatap dengan pendapat masing – masing.
“Sejauh
Aku mengenal Kamu, Aku semakin jelas Kamu orang yang kayak gimana. Kamu itu
batu, batu yang udah dari zaman pra sejarah, susah di ajak ngomong. selalu
nyari benar sendiri” Meika membuang wajahnya.
“Aku
akan ke sungai, kita bisa lanjut bicara ntar malam”
Yuki
berlalu dari tenda kemah Meika, membawa ember plastik ditemani Ewwin.
“Kamu
berantem dengan Yuki ?” tatap Joko yang tadinya mau ambil air. Tapi, malah
parkir di depan Meika.
“Nggak,
ko” Meika menggeleng. Detha meliriknya dari kayu bakar dengan sinis.
“Sabar
aja, yah ? Yuki orangnya memang gitu,
kalo bicara sama Dia itu ibarat baca kamus, belum selesai yang satu udah muncul
huruf lain, berlapis lapis, berlembar lembar, bikin kesel” Joko mulai
menggunakan instinkg_nya.
Meika
tersenyum.
“Jangankan,
Kamu. Detha aja kesusahan, makanya mereka bubar” lirik Joko ke Detha, gadis itu
mengalihkan tatapannya dari Meika.
“Maksudnya
?” tanya Meika heran.
“Itu
Detha” tunjuknya. Meika telan ludah, mengerti satu posisi kenapa cewek itu
sinis sekali kepadanya.
“Yuki
pernah pacaran sama Detha ?” tatap Meika dramatis.
Joko
mengangguk.
“Iya,
memangnya Yuki nggak ngasih tau ? Tapi, tenang aja. mereka udah putus sebulan
sebelum tahun ajaran baru di mulai, ko”
Meika
tambah telan ludah, sebulan sebelum tahun ajaran baru adalah masa dimana Meika
mendaftar universitas.
itu
juga masa ospek perdana dimulai, bukannya cewek yang bikin Meika nangis waktu
ospek itu, Detha ?
“apa apaan ini, Yuki nggak ngasih tahu
apapun” kecam Meika dalam hati, batinnya geram. tak diherankan jika selama
Meika bermain ke Mapala, Detha selalu meliriknya sinis. Seakan Dia bisa saja
meraih Yuki kapanpun Ia mau, dengan begitu Meika nggak ada apa – apanya dengan
Detha.
Yuki
tinggal di secret, Detha sering ke sana karena Ia anak Kehutanan, sementara
Meika ? oh gosh..
Malam mulai menunjukan sisi
gelapnya, hutan yang belum terjamah perkampungan itu mulai menampakan kelam
seramnya, beberapa jangkrik dan binatang kecil lainnya mulai melakukan paduan
suara, menjadi suatu kesatuan yang sangat mengganggu telinga.
“Udah
tidur ?” Yuki duduk di depan tenda kemah Meika.
sementara
Meika mengunci diri di dalam sana.
“Aku
tahu Kamu belum tidur” lanjut Yuki, Meika diam tanpa kalimat. Tapi, Yuki tetap
duduk disana.
“Aku
tahu apa yang Kamu pikirkan, Aku tidak terlihat mempunyai masa depan yang
menjanjikan, buatmu. Aku anak semester 7
yang nilai SKS_nya nggak mencukupi
persyaratan KKN, Aku terbiasa berjalan di setapak berbatu tanpa alas kaki, atau
bahkan Aku adalah peri tanah di lapisan bumi ke tujuh seperti yang Greel
katakan” ujarnya lirih.
Meika
tertegun, dari mana Yuki tahu jika Ia dan Greel pernah membahas pribahasa
seperti itu tentangnya.
“Aku
tahu kita berbeda, Meika. Tapi, Aku membuat semuanya jadi lebih sederhana,
bagaimana Aku menyukaimu dengan sederhana, hanya itu yang Aku tahu”
air
mata Meika jatuh di pelupuk.
“Kau
tidak pernah mengatakan kepadaku tentangnya” Meika menyahut pelan dari dalam
tenda kemahnya.
“Siapa
?”
“Detha,
Aku tidak mengerti jika kalian punya realationship
sebelumnya, Aku tahu dari Joko. Aku syok”
“Kenapa
?”
“Karena
Detha jauh lebih baik daripada Aku, Ia menguasai alam sepertiMu, kalian di secret yang sama dan organisasi yang
sama, kalian punya minat yang sama, sementara Aku ? untuk berubah menjadi
seperti yang Kau inginkan saja Aku sudah lelah” Meika menghapus air matanya.
Yuki
termangu di depan tenda yang di resleting.
“Aku
kan sudah bilang, perubahan itu nggak selalu baik. lagian Aku nggak pernah
meminta kamu berubah menjadi seperti yang Aku mau.. Aku hanya ingin Kamu menyesuaikannya denganku” ujar Yuki.
“Aku
nggak dewasa, Aku manja”
“Aku
akan ajar Kamu, agar seorang anak manja dapat mengeluarkan bakat dewasanya”
Meika
tersenyum, Lalu membuka resleting tenda kemahnya. Yuki menoleh, matanya tepat
di wajah gadis itu.
“Jangan
menangis” Yuki menghapus air matanya
“Kenapa
?”
“Karena
Kau berharga, buatku”
“Berharga
? Aku bahkan nggak tahu Aku cukup disebut berharga atau nggak” Meika merunduk.
“Hanya
karena, Kamu nggak virgin ?” tatap
Yuki.
“Nggak
virgin, sama jual diri itu beda”
lanjut Yuki. Meika menatap lirih cowok dihadapannya.
“Hanya
karena bahasanya beda. Tapi, definisinya
sama”
“Memangnya,
cinta itu hanya untuk mereka yang masih virgin,
ya ?” tadah Yuki sangsi.
Meika
melirik sepintas lalu menggeleng.
“Aku
nggak pernah menyukai seseorang dengan bodoh, seperti ketika Aku bisa menyukaiMu.. dan Aku nggak akan pake kecerdasan
Aku ini, hanya buat membatasi cinta yang Aku punya. karena Aku cukup pintar
untuk menyukaiMu seperti orang gila” terang Yuki.
Meika
menjatuhkan helaian air matanya dibelahan pipi, sementara kabut malam di hutan
itu terasa semakin menggelitik. melelapkan hati yang berharap bisa terlelap
hingga akhir, dimana Ia dengan pasti bisa menggunakan hatinya lagi.
deciduous
autum
***
“Sejak
kapan kamu jadi ambassador di
perusahaan ?”
“Sebenarnya
baru juga, waktu itu pertama kali di
catwalk Aku masih kelas 3 senior high
schools” terang Meika.
keduanya
membawa papan kecil dilengan, mengukur pohon pohon besar yang di temui dekat camp.
“Perusahaan
keluarga ?”
“Iya,
Papa hanya melanjutkan perusahaan Kakek, berhubung beliau udah meninggal”
“Jadi,
harta warisan. sampe berapa keturunan kira – kira ?”
“Apaan,
sih ?!” tadah Meika.
“Nggak,
pantas aja kan. keluarga kaya selalu akan tetap kaya walau tanpa kerja keras
yang lebih. selama masih ada warisan yang diturunkan”
Meika
membuang nafas kesal.
“Jangan
mulai, deh..”
Yuki
meringis, Ia menggunakan meteran untuk mengukur pohon ke pinggang Meika.
“Pinggangmu
kecil sekali, bahkan di daftar pohon pun. Kau tetap yang terkecil” sindirnya.
Meika membuka meteran yang di lingkar Yuki dari pinggangnya.
“itu
namanya simbiosis mutualisme,
hubungan erat antara dua makhluk hidup yang berbeda dan saling menguntungkan.
Kakek pasti bangga jika perusahaan yang dirintisnya kini punya line sendiri berkat Papa, terus Papa
juga pasti mendapatkan keuntungan dari situ, kan” terang Meika.
Yuki ikutan jongkok di bawah
pohon, melihat jamur mulai menggerogoti Pinus tua.
“Bukan
simbiosis mutualisme, Meika. Tapi, Amensalisme. yakni hubungan antara dua
makhluk hidup yang menguntungkan jika yang satu udah mati”
“Kamu
ini, bisa nggak sih.. sehari saja nggak bikin Aku naik darah” Meika melirik Yuki
dengan sadisnya.
“Mau
contoh ? seperti ini, jamur penilicilium
notatum dan pneicilium chrysogenum.
yang menghasilkan zat pinisilin yang
dapat mematikan bakteri di
sekitarnya” tunjuk Yuki ke akar Pohon, beberapa ganggang hidup merambat.
“Jangan
mengalihkan perhatian, biarpun Aku fakultas ekonomi. Aku juga kurang lebih
pernah belajar IPA 3 tahun, itu jelas jelas parasitisme.
memang dari tadi niat kamu ngomong sama Aku Cuma mau ngejelek jelekin keluarga Aku, males banget bicara sama Kamu, Peri tanah” Meika geram.
Ia meninggalkan Yuki di bawah
pohon pinus. lalu berjalan dua kali lebih cepat dari yang biasa Ia lakukan,
Yuki tersenyum.
“Meika,.. jangan tinggalkan Aku” kejarnya
dari belakang, Meika acuh seakan Ia tak mendengar apapun. sampai Yuki akhirnya mampu
meraih lengannya dan Meika berhenti.
“Kamu
itu sebenarnya Mau apa, sih ? udah
puas bikin Aku tekanan ?” tadah Meika.
“baguskan,
kamu selama ini mengeluh Anemia”
“Ka’
Anggara Yuki !!” teriak Meika tak
tahan.
Yuki
tertawa renyah.
“Ya,
sayang ?” tatap Yuki menahan tawanya.
Meika
tertegun.
“Apa
? coba ulang ?”
“yang
mana ? Amensalisme atau Anemia ?”
“Bukan,
yang terakhir yang barusan” kejar
Meika geram.
“Ya,
sayang ?” tanya Yuki, Meika
mengangguk.
“Selama
Kita pacaran, baru kali ini Aku denger kamu panggil Aku sayang” air mata Meika menetes.
“Jangan
terharu gitu, deh” Yuki menghapus
tangis gadisnya.
“Aku
itu nggak pernah paham, saat Kamu marah, Kamu senyum dan Kamu nangis. Kamu itu
cewek paling moody ----
yang
pernah Aku kenal. expresi yang belum
cukup satu Aku mengerti, Kamu malah udah masang expresi yang lain” tambahnya.
Meika
menghentikan tangisnya, lalu tersenyum bahagia.
“Bisa
nggak ? sering – sering panggil Aku sayang
?”
“Kayaknya
nggak bisa”
“Kenapa
?”
“Aku
pengen Kita special, nggak bosan.
Punya cara sendiri untuk saling menyukai, semakin sering Aku bilang rasanya
akan semakin biasa. Aku nggak mau kita biasa biasa aja, Aku mau Kita selalu special. asal nggak nasi goreng special pake telur” urai Yuki. Meika
tertawa menepak dadanya.
“Kamu
itu, jarang banget romantis”
keluhnya.
“Romantis itu yang kayak bagaimana, sih ?”
“yah, ko malah bertanya” kecam Meika.
“Romantis itu, kalau kita melanjutkan
pekerjaan yang udah tertunda” terang Yuki sembari mengangkat papan kecil berisi
kertas dan meteran di tangannya.
Ia berjalan meninggalkan Meika
di tepi kayu ambruk, Gadis itu geleng geleng kepala. Yuki bisa saja membuatnya
tersenyum mendadak atau malah menangis mendadak. Tapi, kenapa Ia tidak mengerti
jika perubahan expresi Meika itu,
semua karena ulahnya.
~~~
Sebelum hari menjadi sore, Detha
mulai membakar tungku untuk memasak air. Ia ahlinya dalam menghidupkan api
tanpa korek.
“Hay, bisa di bantu ?” Meika mengeluarkan
korek dari kantung sweaterz_nya. Detha
tersenyum singkat.
“Kalau
Cuma soal korek, semua orang bisa bikin api. Tapi, Kita lagi di alam, berbaur
dengan mereka artinya hidup dengan cara mereka, tanpa barang praktis” ujarnya.
Meika
menggigit bibirnya.
“Aku
Cuma ingin bantu. Tapi, kalo membantu juga ternyata salah, Aku pikir Aku
selamanya tak bisa membantuMu”
“Kalau
begitu jangan membantuKu”
“Apa
?” Meika menyeringai
Detha
menoleh sinis “Aku tidak membutuhkanNya”
Seketika batu di tangannya mengeluarkan Api, sampai cahayanya mampu
membuat kayu terbakar.
“Kau
sadar atau tidak. Tapi, Kau membuat suasana hatiku tidak nyaman. Aku tidak
pernah tahu Kau punya realationship
dengan Yuki sebelumnya, sekarang Aku tahu dan mencoba menjadi akrab denganMu.
Tapi, Kau membuatku membencimu” terang Meika lirih.
Detha
berdiri, tepat di hadapan Meika.
“Kalau
begitu jangan mencoba menjadi akrab denganku, karna Aku akan semakin membuat
suasana hatimu menjadi buruk. Lagian apa sih
baiknya menjadi akrab denganmu ? Kau bahkan tak mengenal pacarmu dengan baik,
kenapa harus mencoba mengenali orang lain ?”
“Apa
maksudmu, Aku tidak mengenal pacarku dengan baik ?”
Detha
berlalu spontan menghentikan langkahnya.
“Apa
yang Kau sukai dari Yuki ? karena kharismanya ? atau karna Dia menyukaiMu ? Kau
tidak kenal pacarmu, seperti Aku mengenalnya” tadah Detha.
Meika
terdiam di depan perapian, meratapi Diri kehabisan kalimat, dengan seribu satu
pikiran tentang judge judge negative
yang Detha sodorkan.
Gadis itu sepertinya sangat
mencintai Yuki, Ia tak memiliki rasa gentar dihatinya untuk mengatakan
bagaimana Ia sangat mengenal Yuki.
Meika
duduk lemas di kayu tumbang yang mulai di gerogoti rayap, sampai akhirnya Yuki
datang dan membawanya pergi.
“Kita
akan kemana ?” tatap Meika terkejut.
Yuki
berhenti di depan perahu kecil di danau yang banyak di tumbuhi dedaunan bunga Lotus.
“Kau
tahu banyak tentang sebuah tempat tersembunyi” puji Meika, Yuki tertawa renyah.
“Kau
meremehkan kemampuanKu berinteraksi
dengan angin. Apa Kau tidak tahu, Aku selalu dituntun angin untuk menemukan
beberapa tempat yang unique”
“Orang
unique yang langka sepertimu. Tapi,
terus terang saja ini sangat romantis”
“Aku tahu” Tadah Yuki.
Ia menyodorkan tangannya dari
atas perahu
“Mau
ikut berlayar denganku ?”
Meika
menatap prihatin. “Kau yakin, ini aman ?”
Yuki
mengangguk meyakinkan, sehingga Meika akhirnya naik ke dalam perahu di antara
bulir bulir air danau yang mendepak lirih.
“Perahu
di hutan, bukankah ini aneh ?” tatap Meika sok mistery, Yuki menggeleng.
“Senior angkatan kemarin menggunakannya”
“Tahu
dari mana ?”
“Kebetulan
Aku ikut, waktu itu semester ganjil
di bawah. Aku sudah di organisasi.
Pohon yang Kita ukur tadi, itu Senior
yang menanamnya, bentuk reboisasi dan
perlindungan hutan. Tempo yang lalu, Hutan benar benar nyaris tamat karna
pembongkaran illegal” ujar Yuki.
Meika mengangguk, Ia jadi
mengerti bentuk penelitian ini, membuatnya jadi menyukai hal yang Yuki minati.
Namun, sayangnya Dia tak akan begitu mahir menerapkannya.
“Jadi,
begitu rupanya” Meika mengayun air di jemarinya.
“Kau
tidak terlihat baik baik saja” tatap Yuki, Meika tersenyum.
“Aku
hanya memikirkan ini dan itu”
“Kedengarannya
lumayan banyak”
“Ka’ Yuki, Aku boleh bertanya ?” Meika
melirik antusias. Yuki segera mengangguk.
“Anything you want” ujarnya yakin.
“Sejauh
apa Kau pernah menyukai seseorang ?”
“Apa
ini tentang Detha ?”
Meika
menggeleng
“Never mind, hanya ingin tahu. Apa nggak
boleh ?”
Yuki terpampang dungu, Ia tak
lagi mengerti apa yang sedang Meika utarakan. Para Gadis suka bertanya dan
menarik kesimpulan, membuatnya ragu untuk memberi klarifikasi.
“Sejauh
Dia mampu untuk bersamaku, sejauh Dia mengerti dan memahamiKu. dan sejauh Aku
mampu untuk tidak meninggalkannya”
Meika
melirik sekilas lalu membuang matanya ke dedaunan teratai yang mengambang.
“Bukan
sejauh bagaimana Aku mengenalmu ?”
“Kenapa
bertanya seperti itu ?” tatap Yuki penuh.
“Aku
hanya merasa, Aku tidak mengenalmu sepenuhnya”
“Namaku
Anggara Yuki, Aku anak ketiga dari 3
bersaudara. Aku semester 7 dan
tergolong cerdas. Tapi, tidak mencukupi SKS
untuk KKN, Aku Peri tanah melarat di Mapala yang pacaran dengan
bidadari Meika Canaya anak konglomerat.
Ada lagi yang ingin Kau ketahui tentangKu ?” terang Yuki dengan nada diplomatis, Meika menggeleng.
“Aku
sudah cukup tahu. Tapi, bukan itu yang Aku maksudkan” Meika merunduk.
“Apa
Aku membuat kesalahan ?”
“Tidak.
Tapi, mungkin Aku yang melakukannya. Aku menyukaiMu dengan alasan karna Kau
pernah membuatku benar – benar menyukaiMu. Tapi, Aku nggak pernah tahu sedalam
apa Aku mencintaimu, sampai seseorang bilang kalau Aku bahkan tak mengenal
pacarku. Yuki, Aku mungkin tidak bisa mencintaimu seperti Detha. Detha yang
begitu mengerti denganMu, Aku tidak bisa mendefinisikan rasa seperti Dia yang
sangat mengenalmu luar dalam, sehingga Dia dengan bangganya sadar jika tak ada
orang yang lebih mengenal Kau seperti Dia” ujar Meika lirih.
“Detha
memang sangat mencintaiku”
“Itulah
yang Aku maksudkan, Aku mungkin tidak bisa mencintaimu seperti Dia, Dia yang
begitu luar biasa menyukaiMu, sehingga satu kesalahan pun yang Kau lakukan tak
akan berefek buruk bagi hatinya. Dan
akan selamanya menyimpan Kau dihatinya… tidak
sepertiku, Aku yang bahkan tak begitu mengenalmu” lanjut Meika.
“Jika
karna Detha begitu mengenalku, Aku tidak akan meninggalkannya. Lalu kenapa Aku
memilih meninggalkannya ? apa kau tidak memikirkan alasan kenapa Aku berhenti
menyukainya ?” tadah Yuki.
Meika
menahan isak tangisnya.
“Kenapa
?”
“Karna
cinta tidak bisa sesuatu yang lain. Aku terbiasa dicintai, sehingga Aku lupa
bagaimana menyukai Detha. Dia seperti kakak bagiku, Dia yang paling mengenalku.
Tapi, Aku mulai menyadari satu hal, jika Cinta bukan masalah menerima atau
memberi. Cinta adalah bagaimana Aku bisa berbagi. Tapi, dengan Detha ? anginpun
tidak bisa Ku bagi..”
Yuki mendayung perahu kayu
semakin ke tengah danau, hingga riak riak tenangnya berbaur ke pinggiran.
“..saat orang jatuh cinta, rasanya
seperti tarikan maghnet yang membuat unsure lainnya mendekat. Tapi, saat
dengan Detha ? Aku bahkan tak ingin seperti magnet
yang bisa menjadikannya unsure”
lanjutnya.
Meika
menghapus air matanya.
“Apa
ada yang salah ?”
“Tidak.
tak ada yang salah dalam mencintai, itu semua terjadi dengan natural. Kita tidak bisa membuat orang
berhenti menyukai Kita. Tapi, Kita juga tidak bisa memaksakan hati untuk
menyukai orang itu, kan ?” tutup
Yuki.
Meika mengangguk, tampias angin
membuat ringkihnya perahu kayu itu
mendesir.
“Apa
saat bersamaku, Kau merasa seperti tarikan maghnet
yang menjadikanku sebagai unsure yang
mendekat ?”
“Aku
pikir, tanpa maghnet pun, unsure
sepertimu sudah tertarik tarik padaku” kilahnya.
Meika
tertawa renyah
“Jangan
membahas ini lagi, ya ? Aku nggak
ingin Kita membahas hal yang membuatmu meragukanku”
“Akan
ku usahakan” tatap Meika.
Yuki
maju selangkah ke wajahnya, menghapus air mata yang membeku di belahan pipi
Meika. berharap gadisnya tak lagi menangis karna hal yang Ia tak mengerti.
~~~
Ewwin memainkan gitarnya,
dibarengi Joko yang bernyanyi mengibas ngibaskan rambut sukronya yang kribo.
¯Apa
kabar kawan,.. Long time no see
kemana
aja loe waktu you mati senang rasanya
bertemu kembali, bermusim musim yang
berganti
¯namun
dirimu selalu kunanti
senang rasanya bertemu kembali..¯¯
(STEVEN & COCONUTREZZ-long time no see)
“Lagunya
aja Steven & Coconutrezz,
pantesan kalo rambut Ewwin gimbal reggae”
bisik Meika ke telinga Yuki.
Yuki
tertawa lirih.
“Jarang
jarang, kan ? bisa kenal orang orang unique kayak mereka. Kalo kamu nggak
pacaran sama Aku, Kamu nggak akan tau kalo ada dunia lain di kampus”
“Iya,
dunia lainnya itu secret kamu yang black orange, serem”
“Itu
namanya artistic, bentuk apresiasi terhadap Bumi”
“Apanya
?”
“Warnanya_lah. nggak ngefek negative dari paparan balik matahari, mengurangi efek globalisasi yang memanas”
“Memangnya,
warna juga ngefek, ya ?” tadah Meika.
“Anggap
saja, begitu”
Meika
tertawa renyah, mendengar Yuki tidak lagi menambahkan komentar lanjutan seperti
yang biasa Ia lakukan.
Malam terakhir di hutan, Meika
membolak balik ikan air tawar di panggangan, di api unggun yang mereka
lingkari. satu – satunya area terhangat di camp
ialah daerah yang paling dekat dengan api.
“Apa
ini sudah matang ?” tanya Joko. Meika mengangguk.
“sudah,
makan saja. gih” terang Meika.
Yuki
menahan hawa dingin dengan berat matanya yang mengantuk, membuatnya menguap.
“Eits, ada yang ngantuk ?” sindir Ewwin.
Yuki merombak arah duduknya, lalu menggelengkan kepalanya untuk bertahan.
“Menguap
itu bukan nanti ngantuk, lagi” ujarnya.
“Terus
?” tatap Meika sangsi. berhubung malam terakhir ini adalah giliran Meika dan
Yuki yang jaga camp.
“bisa
saja karena bosan atau lelah. Kita menguap itu karena kadar oksigen di paru – paru berkurang, saat
membuka mulut dan menghirup udara, oksigen
masuk dan kembali memenuhi paru – paru” Yuki menjelaskan.
“Kamu
sih menguap, ki. Jadinya menular ke Aku, Aku ngantuk. selamat nge_ronda ya, bye” sindir Ewwin. Ia berlalu
melambaikan tangannya, menyusul Joko di tenda kemah.
Meika tertawa renyah, keduanya
sangat akrab. seakan dimana ada Ewwin yang gimbal
maka disana juga ada Joko yang kribo.
“”Memangnya
menguap bisa menular, ya ?”
Yuki
mengangguk
“Pengamatan
40-60 persen relawan oleh para ahli, menunjukan menguap bisa menular. fenomena aneh, karena dianggap sebagai respon empatik sama halnya dengan
tertawa” tatapnya.
“Menguap
menjadi cara dalam menunjukan empati
kita terhadap perasaan orang lain ?” Meika antusias.
Yuki
mengangguk lagi.
“Para
ahli yang melakukan pengamatan, jadi yang dibilang Ewwin tadi juga ada
benarnya” terang Yuki.
Meika menyandarkan kepalanya
dipundak Yuki.
“Jangan
bilang Kamu juga tertular ?” tadah Yuki khawatir.
Meika
tertawa renyah “Nggak, senior”
Yuki
tersenyum, menghabiskan malam sebagai penjaga di malam terakhir mereka di
hutan.
exegesis
junction
***
“Karna
mereka bodoh, akhirnya mereka miskin” celoteh Meika, saat mendapati tangga
bawah tanah di pasar sentral penuh
dengan pengemis.
Keduanya duduk di sebuah kursi
kayu, menunggu taxi untuk ke kampus. Organisasi mengadakan Sunatan
masal, dananya dari proposal yang di
jalankan Mapala.
itu
sebabnya mereka pergi ke pasar sentral,
menggunakan sebagian yang disisihkan untuk membeli beberapa sarung dan tirai
panjang.
“Bodoh
itu terbagi menjadi dua, nggak mampu menerima & mengelola informasi atau
bodoh karna nggak mau mencari informasi” terang Meika.
“memang
sangat memprihatinkan, pengemis sebanyak itu dinegara yang katanya sudah
merdeka” ujar Yuki.
Ia sadar jika Meika tidak suka
melihat kecenderungan sosial, karena pada akhirnya itu akan menyudutkan
posisinya. Semua pengusaha kena pajak, pajak digunakan untuk mengelola Negara
dan jika yang terlihat di kehidupan nyata sebegitu parahnya, itu sangat
memprihatinkan.
“sebenarnya
nggak ada orang bodoh, Meika. yang ada itu orang malas”
“ada,
ko. orang bodoh yang malas
menggunakan otaknya”
“Kamu
bolak balik kalimat Aku ?”
“Biar
kedengarannya Aku nggak salah salah amat” kilah Meika, Yuki tertawa renyah.
“satu
penghalang keberhasilan adalah kemalasan, kemalasan ini terbagi dua. kemalasan
untuk bekerja dan belajar, jika dua kemalasan ini dibiarkan. Maka, akan
melahirkan kemalasan yang luar biasa, otak akan semakin berkarat karena tidak
digunakan. oleh karena itu terciptalah pengemis”
Yuki
menerangkan pendapatnya.
Meika
mengangguk lirih, sampai akhirnya taxi
yang mereka tunggu berhenti tepat dihadapan.
Yuki
membopong belanjaannya di tas ke bagasi di bantu sopir, sementara sisanya masih
di dekap Meika sampai perjalanan menuju kampus.
“Menurut
Kamu, Negara kita udah merdeka ?” tatap Meika
“Dalam
faktor apa ?”
“Yah,
garis besarnya saja”
Yuki
mengangguk.
“Secara
garis besar, Udah merdeka. Sejak proklamasi dibeberkan” ujar Yuki.
“Tapi,
kenapa kita masih dijajah oleh faktor ex dalam hal ini kebodohan dan kemalasan.
sampai akhirnya kita tetap jadi pekerja dalam rumah sendiri”
“Karna,
sangat jelas saat Proklamasi. kutipannya ..Telah menghantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.. intinya, Kita itu masih di depan pintu gerbang
sejak proklamasi, masih berusaha untuk masuk”
Meika tertawa renyah, sembari
menurunkan kaca jendela berhubung Air
conditioner dalam taxi complicated.
“Kalian
pake ruangan mana untuk bakti sosial ini ?” Meika meletakan tas kecil berisi
tirai panjang, dibelakang kursi sopir
“Karna
Aula sedang di rehab, Kita pinjam
ruang teori bersama milik fakultas hukum”
“Mereka
ngizinin, juga ?”
Yuki
mengangguk.
“Aku
boleh ajak, Greel. kan ?” tatap Meika
“Itukan
masih lingkungan kampus, ajak saja Dia. biar Dia nggak Cuma jadi mahasiswa
murni yang taunya Cuma mengejar gelar”
Meika
memanyunkan bibirnya.
“Jangan
begitu, Ka. biar bagaimana pun Greel
itu sahabatku”
“Karena,
Ia sahabatmu. makanya di ingatkan” tutup Yuki.
Meika sempat mengikuti Ospek himpunan
di fakultasnya, itulah kenapa sekarang Ia lebih banyak kegiatan. sejak berada
di Organisasi Manajemen Ekonomi
keuangan, Ia mulai membawa dirinya masuk ke dalam beberapa event mahasiswa. Bedanya adalah Greel tidak mau mengikuti jalannya.
Mereka seperti dua arah yang
bertemu di persimpangan. Tapi, memutuskan untuk memilih jalan masing – masing.
Meika tak harus memaksakan kehendaknya atas Greel. terlebih saat Ia sadar jika
ternyata Greel pacaran dengan pegawai perpustakaan yang pernah mengusir mereka.
“Kalau
begitu, Aku berhenti di rumah Greel saja, ka”
“Ya nggak apa – apa, event_nya juga kan besok” Yuki mengangguk.
Taxi
yang mereka tumpangi berhenti di depan rumah Greel, Meika turun, menghantar
Yuki dengan lambaian tangannya.
“Greel
nya ada, Tante ?” tatap Meika sesaat
pintu yang diketuknya terbuka. Greel tinggal di rumah adik Ibunya. Jadi, wajar
saja jika segala sesuatu yang Ia ingini terbatas.
“Meika ? masuk saja ke kamarnya, Dia lagi
belajar”
“Makasih,
Tante”
Meika membuka pintu kamar Greel
dengan hati – hati, takut akan suasana belajar Greel terganggu.
“Excuse me, Miss Greel” tegur Meika.
Greel
menoleh
“Hay ? masuk gih, kusam amat tuh muka.
abis dari mana ?”
Meika
melirik computer yang Greel gunakan.
“Katanya
lagi belajar, Aku udah mengendap – ngendap takut ganggu suasana, ehg.. ternyata Cuma maen game”
lirik
Meika di jewel Quest yang Greel
mainkan di computer, cewek itu
terkekeh lirih.
“Kayak
baru tau aja” ujarnya.
Meika
membanting diri di atas spring bed.
“Aku
dari pasar sentral, beli beberapa sarung
nemenin Yuki”
Greel
spontan menoleh.
“What ? Meika ke pasar sentral ?” Greel segera mengecek dahi Meika dengan jemarinya.
“Apaan
sih ? memangnya salah ?”
“Nggak
salah. Tapi, Salah Banget” kecam Greel.
“Demi
cinta dan yah, apa sih salahnya ke sentral ? nggak dosa kan
?” Meika bangun lalu memeluk panda purple
di ujung coverbed.
“Anneh aja, gitu. Ambasador perusahan berlian yang punya line sendiri. belanjanya di sentral
? banyak bakteri, nggak Meika banget” sindir Greel.
“Itu
kan dulu, Greel. sekarang Aku udah mulai mencintai Indonesia. Jadi, rasanya itu
Indonesia banget” Meika tertawa renyah.
“Gaya
mu..” Greel mematikan computer_nya.
“Aku
mau cuci muka, Kamu pake facial foam
apa. Greel ? wajahku sensitive”
“Noncomedogenic, ko. pasti cocok” teriak Greel sembari
melempar handuk wajah ke Meika.
Meika
menyalakan keran air, di dalam kamar mandi.
“By the way, beli sarung buat apa ?”
“Oh, itu ? Mapala lagi bikin bakti
sosial, sunatan masal. Aku kan ada di himpunan Ekonomi. Jadi, Aku di undang.
Tapi, berhubung Pacarku tersayang anak Mapala. Jadi, Aku deh yang akhirnya bantuin Dia ke pasar, sebelum Detha yang ambil
alih” bubble memenuhi wajah Meika.
membuatnya
nggak menutup pintu kamar mandi.
“Detha
? mantannya itu, ya ?”
“Ya,.. gitu deh. Detha itu luar biasa cinta mati sama Yuki, Dia punya akun di twitter, coba follow. Greel”
Greel
menghidupkan computer_nya.
“Males
banget. yang perlu di follow itu yang
bermanfaat. kayak Bryan Adams, Iron Maiden, Vengaboys, Linkin park atau M2M juga boleh” Greel membaca daftar followers_nya.
“eih, dasar Music country generation”
“Meika,
Aku nemuin satu pertemanan. namanya Detha guid-able
Anggara. itu Detha yang kamu maksud, bukan ?” eja Greel terbata – bata.
Meika
menghampiri dengan handuk wajahnya.
“iiih, ini benar benar Detha yang Aku
maksud. Enak aja Dia pake nama itu di twitter
?” Meika geram, Ia hampir membuang computer
Greel.
“Eh, eh !? jangan ! ini computer Aku satu – satunya” Lengan
Greel dengan sigap menahan tangan Meika.
“Noraaak !!!” teriak Meika panas.
“Guid-able itu istilah lain dari
mengendalikan. Tapi, kenapa nama belakangnya
harus Anggara ? Anggara itu nama Yuki”
Greel
mengambilkan air putih, Meika segera meneguknya.
“calm down beibh, tarik nafas panjang”
ujar Greel.
Meika diam menatap akun twitter Detha, beberapa menit berikutnya
Ia tertawa terbahak bahak.
“Kamu
serem, Tadi marah – marah. Kenapa sekarang malah ketawa ?” Greel bergidik
ngeri.
“Lucu
aja kan ? Yuki itu pacar Aku. Tapi,
lihat Dia ? Dia nggak bisa move on
dari Yuki, itu lucu. Dia selalu bilang Aku nggak kenal pacarku sendiri, Jadi,
Aku nggak usah mencoba mengenal orang lain. ternyata
? secara nggak langsung, Dia yang nggak kenal sama dirinya sendiri, makanya
Dia nggak mau akrab sama Aku” Meika melanjutkan tawanya.
“Ya ampun, Aku nggak ngerti” keluh Greel,
Meika terus tertawa memegangi perutnya.
“Besok,
Kamu ikut Aku ke bakti sosial itu. Aku akan kasih liat yang mana namanya Detha”
tatap Meika.
Greel
menggeleng
“Nggak,
ahk”
“kenapa
? itu kan masih lingkungan kampus”
“Aku
males kalo kamu lagi sama Ka’ Yuki. Aku
ditinggal begitu saja” Greel mengeluh.
“Nggak,
beibh. I’m swear, Kita kan tamu
undangan” Meika menepuk punggungnya. Greel mengangguk sangsi.
“Baiklah,
sekali-kali ikut event kampus”
“Anak
pintar” Puji Meika sembari mengobrak abrik rambut Greel yang mulai memanjang,
keduanya tertawa.
~~~
Berhubung kali ini, ada model
pengganti. Meika Cuma pake satu kostum dengan satu paket accecoris untuk berjalan di catwalk.
“Meika,
handphone kamu dari tadi bunyi” ujar
mecy. professional make up dengan
gerakan lunglai_nya.
Meika
berniat mengambil handphone_nya.
Tapi, Mama datang menghampiri.
“Biarkan
saja, Meika sayang ini giliran kamu”
bisik Mama.
Meika
berlalu meninggalkan handphone_nya
yang terus berdering. Ia berjalan dengan anggun ke colega Papa, memamerkan hasil rancangan terbaru milik perusahaan
keluarga.
Sementara
Greel di rumah menunggu dengan gelisah,
“Katanya
mau ke bakti sosial, kenapa Meika nggak datang datang juga ?” keluh Greel
meratapi teriknya matahari di depan rumahnya.
“Greel
?” tegur seseorang di atas motor automatic.
membuatnya tertegun.
“Ka’
Yuki ?” tatap Greel sangsi.
Yuki terpaksa membonceng Greel
untuk menghadiri Bakti sosial organisasinya,
berhubung Meika nggak bisa dihubungi lebih dari setengah jam.
“Dia
nitip tirai yang kalian beli di pasar sentral
kemarin, nih” ujar Greel, sembari
menyerahkan plastik belanja.
“Dia
ngajak Aku ke bakti sosial ini, seharusnya Dia datang bersamaku. Tapi, Meika
nggak bisa dihubungi, Aku juga nggak tau kenapa” lanjut Greel sembari menatap
Yuki prihatin.
Cowok itu sibuk dengan handphone_nya, Dia berulang kali
menelpon Meika. Namun, Gadis itu tidak pernah mengangkat telpon_ biar sekali saja.
“Seharusnya
Dia disini” keluh Yuki, sesaat sebelum Ewwin datang memanggilnya. Dan Yuki
berlalu ke balik mimbar, saat Warec
memberikan sambutan pendek beratas namakan Rector.
“Kamu
dimana sih, Meika ? Yuki kelihatan
marah Kamu nggak disini” ketik Greel di handphone_nya,
lalu mengirimnya via messenger. Dia
duduk dengan gelisah di kursi tamu, mendapati Yuki yang berlalu ke parkiran,
membawa motornya entah kemana.
~~~
“Accecorisnya cantik, apalagi modelnya”
puji klien Papa.
Meika
tersenyum ramah.
“Dia
ini anak saya, Meika. beri salam sama Om Hundy, Dia klien Papa” suruh Papa, Meika mengangguk.
“Sore,
om. saya Meika Canaya, senang bertemu
dengan anda” sapa Meika.
“Anakmu
sopan sekali, apa kesibukanmu sekarang, Nak
?”
“Saya
kuliah Ekonomi keuangan, Om”
“Wah, sudah Cantik, Sopan dan Pintar
lagi. Manajemen Keuangan itu program study
yang sulit” puji Om Hundy.
Papa
tertawa renyah.
“Dia
kan harus melanjutkan usaha keluarga, kelak. Tentu menjadi anggun adalah
pilihan hidup yang berkelas” lanjut Papa, Om Hundy tertawa.
“Oh, iya. Hari ini Om nggak sendiri di
peluncuran rancangan baru kalian. Tapi, juga datang dengan Anak Saya. biar Om
panggil” Om Hundy memanggil anaknya di meja sebelah, seorang cowok dengan spand jas datang menghampiri.
“Ini
Dia anak Saya, Namanya Julian. Julian, kenalkan ini colega Papa dan itu Putrinya Meika”
Meika tertegun mendapati wajah
Julian berdiri di hadapannya, Julian tersenyum singkat.
“Senang
berkenalan dengan Anda, Om. Saya Julian, Hay...
Meika ? kebetuan Saya dan Meika sudah
saling mengenal, Pa” tegur Julian.
Om
Hundy dan Papa tertawa bahagia.
“Begitukah
? kebetulan yang menyenangkan. Something
like fate” puji Om Hundy.
Julian
tersenyum, sementara Meika harus memaksakan bibirnya untuk ikut tersenyum.
“Kita
lanjut makan malam bersama saja, jarang jarang Dua sahabat lama bertemu” ajak
Mama.
“Ma,
Meika harus ke Bakti sosial” bisik Meika lirih.
“Jangan permalukan Papa, sayang” kecam
Mama sedikit membisik.
“Kenapa
tidak ? Kita juga perlu membicarakan hal lain diluar bisnis kan ? penat rasanya tiap hari selalu bekerja” kedengarannya
Om Hundy setuju atas tawaran Mama.
Meika
menekan nafas panjang.
Kedua keluarga itu duduk di satu
‘ve Dinner yang sama, dengan menu
paling istimewa yang biasa dipesan saat pertemuan non resmi.
“Dimana
Kalian berdua bisa saling mengenal ?” tegur Papa
Meika menahan irisan steak angsa di piringnya, lalu melirik
semua penghuni meja makan dengan singkat.
“Julian
itu senior Meika di kelas memanah”
terangnya.
“Meika
itu Junior yang paling cepat tanggap,
Dia benar benar terampil dan tenang. lesatan anak panahnya selalu mengenai
sasaran, sejak kelas perdana” puji Julian.
Om
Hundy tertawa.
“Kedengarannya,
kalian berdua cukup akrab” sindir Mama.
“Nggak
juga” jawab Meika
“Iya.
Akrab” jawab Julian.
Keduanya saling melirik, nada
suara Meika tertindih kalimat Julian tentang mereka.
“Sebagai
senior dan Junior, rasanya kami akrab lebih dari itu” jelas Julian, Om Hundy
dan Papa tersenyum.
“Dinner bersama seperti sekarang,
menyiratkan Aku jika Kita seperti Besanan”
terang Om Hundy.
Penghuni meja makan tertawa
renyah, seakan itu hal yang cukup membahagiakan untuk di nikmati. Sementara
Meika harus menelan pahit atas satu kenangan buruknya dengan Julian. apalagi
menyadari jika Ia tidak menemui Yuki di acara bakti sosial mereka, bahkan tanpa
memberinya satupun kabar.
~~~
Meika bergegas ke ruang ganti,
mengambil handphone_nya. mengecek
beberapa kali panggilan masuk dari Yuki yang tidak di jawabnya.
“Yuki
pasti marah, Dia paling nggak suka menunggu. Sementara Aku bukan hanya
membuatnya menunggu. Tapi, malah nggak datang sama sekali” keluh Meika lirih.
Ia berjalan ke trotoar taman depan perusahaan, sampai
kakinya lelah.
“Cinderella selalu melarikan diri sebelum
jam 12 malam”
tegur
Julian dikursi taman, Meika spontan menoleh.
“Apa
yang kamu lakukan ?”
“Kamu
sendiri ? makan malam berlalu terlalu cepat. Dan Kau sekejap mata sudah
menghilang” Julian tersenyum
“Bukan
urusanmu” tadah Meika
“Tentang
Kita ? Apa Kamu masih marah kepadaku ?” tatap Julian cemas, Meika hendak pergi.
Namun, Julian menahan lengannya, memaksa Meika berhenti melangkah.
“Apa
yang Kau inginkan ?”
“Kamu ! Aku ingin kamu kembali kepadaku”
gertak Julian sedikit arogan, Meika
membuang lengannya.
“Apa
Kamu lupa kenapa Kita putus ? Kamu yang ninggalin Aku, Julian” tadah Meika geram.
Cowok
itu merunduk lemas, lalu terduduk di trotoar.
“Maafkan
Aku, Aku janji nggak akan mengulangnya lagi. Aku akan memperbaiki semuanya, I’m swear”
Meika tertegun, Ia menatap hampa
sekelilingnya.
“Aku
sudah maafkan Kamu. Tapi, maaf Aku nggak bisa balikan sama Kamu. Aku nggak
benci sama Kamu, cukup Aku dan Aku nggak mau mengambil resiko untuk terluka dengan orang yang sama, Aku udah punya
Penggantimu” terang Meika lalu pergi meninggalkan Julian yang terpatung.
“Pacar
yang nggak jauh lebih baik daripada Aku, Kamu pikir Aku nggak tahu ?” teriak
Julian
“Hentikan, Julian. jangan mencampuri yang
bukan urusanmu” pinta Meika, sampai air matanya menetes.
“Pacarmu
Cuma Humus yang nggak bisa jadi
berharga di banding Aku, Kamu sadarkan apa yang akan terjadi jika keluargaMu
tau Kau sedang pacaran dengan seorang pecundang
seperti, Dia” gertaknya. Meika menoleh sinis, menatap Julian tanpa ekspresi lalu meninggalkannya tanpa rasa
peduli sedikitpun.
korosif
presentiment
***
Paginya, Secret tempat Yuki tinggal jadi tujuan utama Meika setelah kelas
pertama selesai. Cowok itu berdiri di depan tirai
bamboo menyiramkan air ke bunga kaktus
dalam pot kecil yang menggelantung.
Meika
memeluknya dari belakang.
“Ka’ Yuki” bisiknya lirih. Yuki tertegun
mendapati Meika.
Ia
melirik sepintas lalu melepaskan lengan Meika dengan tegap, Gadis itu cukup
sadar jika Yuki masih enggan bicara dengannya sejak insiden kemarin.
“Kamu
kemana aja, kemarin ?”
“Aku
minta maaf”
“Aku
tanya, Kamu kemana ? Aku paling nggak suka mengulang pertanyaan yang sama,
Meika”
Yuki bahkan tak menatap, Ia
membalikkan badannya tanpa seincipun
melirik Meika.
“Aku
ada peragaan accecoris baru di kantor
Papa, itu sebabnya Aku nggak bisa datang ke acara organisasi Kamu” terang
Meika, Ia mendekap Yuki lagi. Tapi, cowok itu menghindar dengan jelasnya.
“Kamu
sering ada peragaan. Tapi, nggak pernah sampai malam juga, kan ?” tadah Yuki emosi.
“Kamu
marah ? Aku kan sudah minta maaf”
“Aku
nggak tahu sedang marah atau apa sama Kamu, yang jelas Aku merasa nggak
dihargai. Pacar Aku sendiri mikir nggak perlu datang ke acara yang menurut Aku
penting”
Meika
tertegun Yuki membagi judge judge
negative kepadanya, seakan Meika sengaja nggak datang.
“Apa ? kapan Aku mikir gitu tentang Kamu,
Ka’ ? Aku maksa ke acara kamu. Tapi,
sesuatu terjadi di perusahaan. Aku terpaksa nggak datang, Kamu ngerti donk” tadah Meika.
“Aku
ngerti ? kenapa harus selalu Aku yang
ngerti ? acara bakti sosial memang nggak ada apa-apanya dibanding bisnis
keluarga Kamu”
“Yuki
! Aku cape jelasin hal yang sama. Aku
terpaksa nggak datang, kalo pun waktu itu Aku bisa datang, Aku pasti datang”
teriak Meika geram.
Yuki
emosi tak tertahan mendengar Meika terus menjawab apa yang Ia debatkan, sampai
bunga kaktus yang menggelantung, di
banting Yuki dengan kasar ke lantai rumah pohon.
BruuUaaAakKk !!!?? potnya pecah
berserakkan.
Meika
tertegun, Ia nggak menyangka Yuki bisa sekasar itu kepadanya saat mereka
berselisih paham begini.
“Aku
nelpon kamu sepuluh, seratus atau
bahkan seribu kali. Tapi, satu kali pun Kamu bahkan nggak menjawabnya.
setidaknya Kamu kasih kabar ke Aku !!” tadah Yuki.
Meika
menahan air matanya.
“Kamu
marah seperti ini, ke Aku ? cukup
mengerti bagaimana Aku sama Kamu ? Aku sudah menghapus setengah hidup Aku untuk
disesuaikan dengan Kamu. Tapi, Kamu hanya bisa memperlihatkan kesulitan dari
sifat keras kepala Kamu ke Aku ?!!” terang Meika
“Ngasih kabar itu termasuk keras kepala ?
Kenapa ? Kamu cape dengan Aku ?
seharusnya Aku yang marah ke Kamu, bukan Kamu yang marah ke Aku !” Yuki
menyeringai.
Meika
mengangguk.
“Baik, marah saja ! marah sepuasmu, hanya
karena Kamu nggak suka menunggu dan Aku nggak datang. seharusnya dari awal Kamu
nggak usah nunggu Aku !!” kecam Meika.
“Oke ! Aku nggak akan pernah nunggu Kamu
lagi ! puas ???” teriak Yuki geram,
Meika tertegun. air matanya jatuh tak tertahan. Yuki melirik sepintas, Meika
mundur perlangkah.
“Apa ? kamu barusan bilang apa ?”
“All is over !!? Meika” geraknya emosi.
Meika dengan jelas dapat
mengerti apa yang Yuki maksudkan, Gadis itu berlari meninggalkan Yuki di rumah
pohon, menabrak Joko yang hendak meredam pertengkaran mereka. air mata Meika
yang beku spontan meledak menemani langkahnya yang menjauh, sebisa jauh mungkin
dari hadapan Yuki.
“AaaaAaAahHhKkKkKkkKkKKKKkKKKKKkkk !!!!??”
teriak Yuki tak terkendali, saat Ia sadar telah membuat Gadisnya pergi.
~~~
“Aku
nggak mengerti kenapa semuanya jadi seperti ini, Greel” isak Meika lirih di
hadapan Greel.
“Calm down, beibh. Dia mungkin sangat
khawatir, makanya Dia marah kamu nggak kasih kabar ke Dia seharian. padahal
kalian udah janjian mau ketemu di bakti sosial, baginya itu penting. Aku liat
Dia mondar mandir nelpon Kamu, bawa
motor kesana kemari, pahamilah posisinya”
Meika
mendekap selimutnya dengan erat, menghapus air matanya yang meluap.
“Dia
marah berdasarkan apa ? Aku kerja sampe nggak sempat pegang handphone, Dia harusnya ngerti” isaknya.
“Logika
memang tau bagaimana membuat keputusan yang benar. Tapi, hati tau mana yang bisa
buat bahagia bahkan jika itu keputusan yang salah” lanjut Meika.
Greel
membelai rambutnya,
“Dia
Cuma lagi emosi. jadi, ngambil keputusan seperti itu. percaya deh”
Meika
menggeleng, Handphone_nya berdering.
sender :
Ka’ Yuki
text-in :
Look at the windows
“Apa
? kenapa ?” tatap Greel, saat mendapati Meika bergegas menatap ke jendela.
“Yuki
?” Meika tertegun dari balkon kamarnya.
Sender :
Ka’ Yuki
text-in :
let’s talk
Gadis itu tidak beranjak dari
balkon kamar, menatap Yuki di depan rumahnya.
“Samperin,
gih ?”
Meika
menggeleng “Nggak”
“Loh, kenapa ?”
“Dia
bilang All is over semudah membalikan
telapak tangan. Jadi, untuk apa Dia
disini ?”
“Meika,
jangan keras kepala. kasian kan Dia
?” Greel menjadi sangat sensitive soal
cowok, semenjak Ia pacaran dengan penjaga perpustakaan.
Meika
beralih masuk ke dalam kamar, membaca tabloid.
“Meika ?” tatap Greel tak percaya.
Hujan
diluar sana menggelegar dengan derasnya.
“Diluar
hujan, Dia masih diluar untuk Kamu. jangan begini Meika” Greel membuang tabloid dari tangan Meika.
Gadis
itu melirik sinis.
“Nggak
ada orang yang akan mati Cuma karna hujan, Greel”
Meika
turun dari kamarnya, ke dapur. Greel membuntuti dari belakang.
“Dia
basah kuyup, Dia bisa sakit jika semalaman dihujan” terang Greel, Meika meraih orange water di lemari pendingin
“Hujan
akan berhenti nggak sampai tahun depan, ko.
Dia pasti akan pulang” ujar Meika datar.
“Tanya
hatimu, Meika” Greel menyerah, Ia masuk kembali dalam kamar. Meika diam di
dapur, meneguk Orange juice. terus
terang saja, hujan diluar sana bukan main derasnya. Yuki bisa pingsan jika
berdiri semalaman di malam, dengan hujan yang seperti ini.
Yuki
menggenggam erat pintu pagar, yang
menjulang tinggi dengan besi panahan. Ia menekan bel lalu kembali meratapi
tubuhnya yang basah kuyup.
Meika
keluar membawa payung, membuka pintu pagar.
“kenapa
belum pulang juga ? kalo Aku nggak keluar di depan rumah, seharusnya kamu
pulang saja. bodoh” teriak Meika
geram, Yuki tersenyum menahan gemetar.
“Aku
tahu Kamu pasti keluar” jawabnya ringan.
“Kamu
bisa pingsan, Kamu itu orang anneh
kepala batu. Batu dari zaman pra sejarah” Meika merekatkan payungnya ke arah
Yuki.
“Aku
tahu” Yuki kembali tersenyum.
“Kamu
nggak harus tau ! Kamu yang nyuruh Aku pergi, lalu kenapa sekarang ngajak bicara ?”
“Maaf”
Yuki merunduk.
“Aku
nggak tau harus bilang apa ke kamu”
“Janji,
Aku nggak akan lakuin hal yang sama” Yuki menggenggam jemarinya.
Meika
diam, membuka hatinya. lalu tersenyum
“…..”
“Jadi,
Kita baikkan ?” tatap Yuki. Meika diam, menjatuhkan air matanya, lalu
mengangguk.
“Orang
macam apa, yang malah bertahan di hujan. saat malam seperti ini, hanya untuk
bicara sama Aku, Aku benci Kamu, Kamu
bodoh orang paling bodoh” gerutu
Meika, air matanya mengalir jelas sampai akhirnya Ia terdiam karna Yuki memeluknya.
“Orang
bodoh ini mencintaimu” bisiknya
lirih, Meika mendekap erat membiarkan payungnya jatuh.
merasakan
degup jantungnya, sebagai lebih dari
pengertian.
Malam itu, Cuma ada Meika dan
Greel dirumah, sesaat Yuki selesai menggunakan baju milik Ka’ Key. Keduanya
berjalan di trotoar, hujan berhenti sebelum malam berakhir.
“Aku
pikir kita harus mulai menjauhi satu kalimat”
“Apa
?” tatap Yuki
“segala
kalimat yang ada kaitannya dengan mengakhiri hubungan” Meika menendang kaleng
bekas dihadapannya.
“Aku
juga berpikir begitu, Aku mulai menyadari satu kenyataan”
“Apa
?” Meika menoleh
“Kita
tak boleh mengatakannya saat emosi, Aku bukan orang sabar yang bisa meredam
amarah. Tapi, saat Aku berpikir hal yang buruk tentangmu, Aku bisa
mempercayainya” Yuki merunduk.
“Sayangnya, Aku menemukan orang yang
lebih tidak sabar dibanding diriku sendiri. orang itu Kamu” tudingnya.
“Merasa
menemukan lawan yang seimbang ? atau malah menemukan duplikat diri sendiri ?” Meika tertawa renyah.
“Keduanya”
jawab Yuki datar.
Meika
menahan tawanya.
“Maaf ”
“Jangan
! itu bagus untukku, rasanya seperti treathment
mental. Sebenarnya Aku masih ingin memarahimu, Kau membuatku marah karna Kau
tak memberiku kabar. Aku khawatir dan memikirkan banyak kemungkinan” jelas Yuki
“Aku
tidak sempat menggunakan handphone kemarin.
kalau begitu, sekarang Aku memberimu kesempatan untuk bisa memarahiku. Silahkan” Meika tersenyum simpul.
“Bagaimana
Aku bisa memarahimu, lagi ?”
“Kenapa
? lakukanlah selagi Kau ku beri kesempatan. Kesempatan nggak datang dua kali, lho” ujar Meika
“Bodoh ! Aku tidak bisa melakukannya
karna memarahimu sama halnya dengan memarahi diriku sendiri” kecam Yuki.
~~~
Meika membuka jendela kamarnya, hari minggu. Dia
tak harus membangunkan Greel karna gadis itu dengan santainya membaca tabloid di balkon.
sejak
klarifikasi semalam, rasanya Meika
mendapatkan mimpi indah. sampai Ia pun enggan bangun dari tempat tidurnya.
Greel
selalu menginap di rumah setiap Meika sendirian, kedua orang tua melakukan
beberapa pekerjaan bersama di luar kota sementara ka’ Key masih menyelesaikan study KKN_nya di desa binaan.
“Morning” tegur Meika
Greel
meneguk hot capucino_nya.
“Siang”
“iih, Resse !” teriak Meika geram, Greel
tertawa.
Meika
melirik handphone_nya, Ia dan Yuki
saling tukar kartu SIM sejak semalam.
Jadi, Meika tengah menggunakan nomor handphone
Yuki.
sender :
Ewwin
text-in :
Nyokap di rumah sakit ? ruangan mana ?
Meika tertegun menatap LCD handphone_nya, Ia bergegas mencuci
mukanya lalu menggunakan sweatterz yang
bisa diraihnya.
“Weitch ! remaja .. Mau kemana ?” teriak Greel
Meika
secepat kilat menuruni tangga kamarnya, menghentikan sopir taxi yang kebetulan melintas.
“Rumah
sakit, pak” ujarnya.
Meika
mengancing knop sweeaterz_nya yang
belum sempat di perhatikan, taxi membawanya ke rumah sakit.
Ibunya Yuki tengah sakit dan
Yuki tau itu. Tapi, Ia malah menggunakan waktunya untuk bertemu Meika. bukannya
menjaga Ibunya ? apa meluruskan masalah lebih penting daripada mengkhawatirkan Ibu sendiri ? Meika menekan
batin atas segala keegoisan Yuki.
“Yuki ?” tatap Meika di koridor rumah
sakit.
Cowok
itu duduk di loby memangku tangan.
“Kamu
disini ?”
“Kenapa
Kamu nggak ngasih tau, kalo Ibu Kamu masuk rumah sakit ? Hahg.. !!?” tatap Meika geram.
Yuki
tak bersuara.
Meika
berdiri dihadapannya.
“Ka’
Yuki !! Kamu egois, Ibu Kamu masuk
rumah sakit sejak semalam kan ? Aku
tau dari Sms_nya Ewwin. andai Kita nggak tukaran nomor handphone, Aku pasti tetap nggak tau, tentang samua ini. semalam
Kamu ketemu Aku. Tapi, Kamu bahkan nggak ngomong apa apa” gerutu Meika
Ia memelankan suaranya saat
menyadari jika Mereka tengah di rumah sakit, bukanlah tempat yang baik untuk
bertengkar.
“Bisa
berhenti ngomong, nggak ?” tatap Yuki prihatin.
“Bisa,
jangan khawatir. Aku malah bisa berhenti ngomong ke kamu selamanya. Jadi,
dengan begitu kamu nggak usah ngasih tau
ke aku apa yang terjadi dengan hidup kamu. terus aja jadi orang yang tertutup, kalo itu memang menyenangkan buat
kamu” ujar Meika geram.
Ia berniat membuka pintu kamar,
menengok ke dalam. Tapi, Yuki malah menahan lengannya, Meika terdiam.
“Aku
memang disini, Ibuku sakit bukan hanya sejak semalam. Dia sudah sebulan dirumah
sakit, Aku nggak pernah berpikir ini terjadi. saat semalam Aku menghabiskan
waktu dengan Kamu, hanya untuk menyelesaikan masalah kita. Tapi, Aku ?”
Yuki
spontan berdiri.
“..
Aku malah kehilangan Ibu Aku untuk selamanya” Yuki menyandarkan kepalanya di
pundak Meika.
“..
Bisa tidak ? jelaskan kepadaku kenapa
Tuhan, menciptakan seseorang bertemu untuk kemudian berpisah ? bisa tidak ? tanyakan pada Tuhan, kenapa Ia
selalu mengambil orang orang yang Aku sayangi ?” isak Yuki lemas.
It was almost
like a song
***
Yang
namanya pemakaman, tentu saja akan mengundang banyak tangisan. Tapi, Yuki nggak
menangis sedikitpun. air matanya telah habis jauh sebelum Ibunya meninggal.
“Kamu
siapa ?” tatap seorang wanita paruh baya
“Saya,
Meika. Tante” Meika tersenyum ramah.
“Pacarnya
Yuki, Tante” ujar Joko
“Calon
anak mantu, itu” Ewwin menambahkan.
Meika
menggaruk malu lehernya, sampai akhirnya Yuki datang lalu duduk diantaranya.
Pemakaman
telah selesai beberapa saat yang lalu, hari telah sore. Tapi, disinilah mereka.
duduk di antara para orang tua, di tengah tengah keluarga Yuki.
“Pacar
kamu, nak ?” tatapnya.
Yuki
melirik Meika lalu tersenyum gagu
“Aku
nggak bisa bilang, Tidak ! ma”
jawabnya, Meika tertegun, Yuki memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan Mama ?
“Meika,
kenalin ini Mama Aku” ujar Yuki, Meika senyum heran. lebih tepatnya Ia bingung.
“Nanti
Aku jelasin” bisik Yuki. Meika mengangguk lalu mencium tangan Mamanya.
“Cantik,
seleramu meningkat” puji Mamanya, Meika merunduk malu.
“Apa
yang kamu suka dari Yuki ?”
“Mama
jangan mulai, deh” Yuki mengeluh
“biarin.. Yuki ini jelek, pengangguran
& hidupnya Cuma kayak gini. Mama kalo jadi cewek lagi, Sumpah deh nggak mau dapat cowok kayak Yuki”
lanjutnya.
Meika
tersenyum lirih.
“Apalagi
saya, Tante. jijay chuiy” sindir Joko
genit.
Memancing tawa setiap orang,
setidaknya itu mampu melumerkan senyum dari tangis duka akan kehilangan.
sebelum
hari berubah menjadi malam, Yuki menggunakan motor automatic_nya untuk mengantar Meika pulang.
“Hati
hati dijalan, Yuki. jangan ngebut”
“Meika
pulang, Tante”
“Iya,
Nak. sering sering main kemari”
“Iya,
Tante. makasih”
“Lain
kali jangan panggil Tante, yah ?
panggil saja Mama” bisiknya, Meika
tersenyum lirih lalu mengangguk.
“iya,
ma” teriak Yuki.
“Merusak
suasana” ujar Mama
“Abis
kelamaan, sih” gerutunya.
Meika naik di boncengan, motor
itu membawanya pergi ke arah south.
menikmati dinginnya senja di atas motor yang mengukir jalanan teduh.
“Kelihatannya,
kamu berhasil memenangkan hati mama”
“Nggak
mau menjelaskan tentang sesuatu ?
“Oh,
iya..” ujar Yuki, Ia menghentikan
motornya di pelabuhan. liuk camar menyambar sunset
yang membias ke laut, menekan udara pantai yang membuat ombak mendesir. Good scenary, Tuhan paling tahu
bagaimana caranya merancang pemandangan.
“Kamu
nggak mikir tentang apa yang Mama ku bilang tadi ?” tatapnya, Meika duduk di
tapal batas.
“Aku
sampai sekarang nggak tau alasan Kamu mau jadi pacar Aku. Aku nggak tampan,
nggak tajir & bahkan nggak punya apapun yang bisa Aku banggakan kepadamu”
Meika
mendaratkan jemarinya di depan bibir Yuki, membuatnya berhenti bicara.
“Nggak
semua pangeran harus sempurna. Mau contoh
?” tatap Meika, Yuki mengangguk.
“Beauty and the beast, juga nggak
sempurna. Tapi, mereka tau bagaimana cara yang sempurna untuk bahagia”
“Kalau
dipikir pikir, Aku punya pacar yang sangat perfect.
Dia pintar, cantik, semua orang menginginkannya”
“Tapi,
hanya Kamu yang bisa menerima kekurangan Aku”
Yuki
tersenyum.
“Keluargamu,
begitu harmonis. Kau tau tentangku ?
semuanya berbanding terbalik, Meika. Aku hanya mengenal Ayah dari fotonya saja, Dia meninggal menyisakan
dua istri. Aku anak Mama. Tapi, Aku tinggal dengan Ibu, Dia yang paling
mengerti, hanya Dia yang tau segala hal yang Aku sukai dan yang nggak Aku
sukai. sementara Mama ? Dia harus bekerja lebih, anaknya bukan hanya Aku. Aku
punya dua orang kakak. kehidupanku sangat aneh, Ibu sering berantem dengan
Mama. Dia Ibu Tiri. Tapi, Aku lebih menyukainya” air mata Yuki jatuh.
“Aku
tak heran saat tak ada keluargaku yang menangisinya. itulah kenapa Aku menahan
air mataku saat dihadapan mereka.. Mama hanya istri ke dua, wajar jika Ia
memikirkan banyak kebencian. Ibu tak memiliki seorang anak pun, Aku pikir
itulah alasan kenapa Ayahku menikahi Mama” lanjutnya.
“..
Aku berasal dari keluarga yang anneh,
itu sebabnya Aku sering kau sebut orang anneh”
Yuki menghapus air matanya.
“Nggak,
Yuki. Aku nggak pernah berpkir begitu”
Yuki
merekatkan jemarinya di bibir Meika.
“Aku
tau” bisiknya.
“Aku
hanya, memikirkan ini dan itu. rasanya sesak. Aku kehilangan Ayah
lalu sekarang Ibu ? Aku tak ingin kehilangan orang – orang yang Aku sayang,
termasuk kamu. Aku memang berasal dari keluarga yang nggak harmonis seperti keluarga Kamu. Tapi, nggak salah kan kalo Aku mencoba untuk menciptakan
keluarga yang Aku impikan kelak ------
bersama
denganmu ?” tatap Yuki, air mata kelunya berhenti di dagu. Meika mengangguk,
menghapus air mata Yuki. berharap dapat menghapus air mata dalam hatinya juga.
yang tak terlihat, rasanya jauh
lebih perih dari yang ada dihadapan mata. Meika tersenyum.
“Aku
nggak akan biarkan Kamu berjuang sendiri untuk mendapatkan keluarga harmonis seperti
yang Kamu impikan. karna apa yang kamu khayalkan adalah hal yang Aku harapkan”
bisik Meika.
Yuki
mengangguk, menatap kedua mata gadisnya. sendainya waktu dapat berhenti sekejap
saja. Meika dapat menafsirkan satu hal yang sejak awal ingin Ia katakan.
“Mata
yang sangat indah” pujinya. Yuki tersenyum, menahan ledakan hatinya saat Meika
menggenggam wajahnya.
Meika
memang nggak akan pernah bisa menjelaskan kenapa Tuhan menciptakan seseorang
bertemu untuk kemudian berpisah. atau menjelaskan kenapa Tuhan selalu mengambil
orang – orang yang Yuki sayangi.
Tapi,
sekiranya perpisahan lebih baik terjadi sebelum banyak luka yang akan terperih.
itu rasanya tak akan lebih menyakiti.
Cerita itu indah, jika
dirangkaikan dengan kata mungkin kenangan tak akan sesingkat itu. Jadi,
walaupun akhir akan ada diantaranya, tak akan membuat berakhir tidak sempurna
apa yang baru di tuai. dan apa yang baru dimulai tak akan mendapatkan akhir
yang cepat, karna setiap cerita akan berakhir dengan indah.
~~~
“Kau
masih kemari juga ?” tegur Detha, Ia
menekan kata Juga seakan ada sesuatu dibaliknya.
Meika
menoleh, Ia heran seorang rival mau
menegurnya di siang bolong.
“Berhubung
tempat tinggal Yuki di secret dan Aku
adalah pacarnya, apa salahnya Aku kemari ?”
“Ini
secret organisasiKu, anak Ekonomi
nggak seharusnya sering maen kesini.
Makanya Aku nanya” tatapnya geram.
“Denger,
ya ? Aku itu bukan lagi orang lain.
Jangan lupa apa yang udah Aku lakuin untuk bakti sosial kalian”
“Aku
hanya heran, tak ada lagi urusannya. lagian Bukannya Kalian udah putus ?”
“Aku
tak pernah merasa putus dengan Yuki, lalu apa urusanmu, Detha guid-able Anggara ?” kecam Meika.
Detha spontan mengalihkan
tatapan matanya, saat Meika menyindir tentang nama Twitter yang Detha gunakan.
“Kamu
tau nggak, tentang menjaga martabat di antara tatapan orang lain ? salah
satunya adalah menghindari pemakaian nama Pacar orang lain di akun sosial pribadi. Kenapa ? karna itu semakin menunjukan betapa tak bermartabat_nya parasit yang nggak bisa move-on” ujar Meika ketus, dengan
senyuman entengnya.
Detha menggenggam jemari hingga
bergemeretak.
“Aku
boleh mengajukan permintaan ?” ujar Meika lagi. Detha terus diam menahan emosi di ubun ubun.
Ia yang memulai, tak akan salah
jika Meika yang melanjutkan. itu terserah dari Detha mau mengakhiri debat ini
atau meneruskannya.
“Aku
sangat paham, jika Kau orang yang paling mengenal Yuki. Orang yang cintanya
luar biasa, lebih besar beribu ribu kali dari pada Aku. Tapi, dengan segala
kerendahan hati yang Aku punya, please
deh ka’ Detha.. hapus nama pacar
Aku dari akun sosial kamu” lanjut
Meika.
Detha tersenyum.
“Merasa
terganggu ?” tadahnya
“Nggak,
Aku malah bangga. karna ternyata cowok Aku masih banyak yang suka, salah
satunya Kamu. Cuma, Aku berbagi perasaan kasian aja sama Ka’ Detha. prihatin diliat orang _kan ?” terek Meika.
“Mau
Aku kasih tips, nggak ?” tatap Detha.
Meika tersenyum
“Selama
itu baik, kenapa tidak ?”
“Yuki
itu orangnya keras, Dia nggak akan mudah luluh dengan orang kecuali temannya.
selama Aku sama Dia pacaran, Dia nggak pernah tuh kasar ke Aku sampai pake acara banting pot kaktus segala..” sindirnya. Meika menciut menahan emosi, memaksanya menatap Detha yang
tersenyum evil.
“Batu
itu bukannya harus dilawan. Tapi, dimengerti. Jadi, jangan melawan Api dengan
api juga. hadapilah dengan air, itu akan membuat apinya padam” lanjut Detha.
Ia beranjak berniat meninggalkan
Meika di bawah rumah pohon.
“Sayangnya, caramu itu yang membuat Yuki
meninggalkanmu, kan ? Aku itu
pacarnya, bukan Ibunya. Aku punya cara sendiri untuk mencintai cinta yang Aku
cintai, kenapa ? karna saat Aku yang
ikut menjadi api. Maka, Yuki yang sedang kebakaran akan berusaha memadamkan
Aku”
kecam
Meika. Detha menghentikan langkahnya didepan sana, mendengar Meika tertawa lirih.
“Kenalilah
dirimu sendiri, dengan begitu Kau bisa dengan baik mengenal orang
disekelilingmu. Menjadi sok tau itu sangat menyiksa disaat Kamu nggak benar –
benar tau” tutup Meika, Detha menoleh.
Yuki turun dari rumah pohon,
membawa kain berwarna merah yang digulung gulungnya sebagai handmad.
“udah makan ?” tegurnya.
Cowok itu nggak sadar jika Ratu
Gunung Es lagi beradu lidah dengan
gumpalan larva panas, Meika
menggeleng lalu tersenyum.
“Kita
makan soup tauge ? untuk
mempersiapkan rencana menikah ?” tatap Meika, Yuki menghambur rambut gadisnya.
“Kau
ini,..” keluh Yuki. karna Meika
menyidir alasan Yuki menembaknya beberapa periode yang lalu.
Detha panas mendengar hal yang
tak ingin di dengarnya, Ia berlalu dengan pasti ke atas rumah pohon. Menemui
Ewwin dan Joko yang lagi main catur,
lalu yang selanjutnya terdengar adalah dentuman keras dari pintu yang di
banting Detha.
“Kenapa tuh anak ?” gumam Yuki
“Oh. Detha ? Haid-nya nggak lancar. Kita makan yuuk”
ujar Meika sembari menarik narik kaos tanpa kerah yang Yuki gunakan. membuatnya
beranjak pergi ke warung depan Universitas.
~~~
Hujan nggak berhenti turun di
lesehan yang Mereka singgahi, sebagai tempat berteduh.
“Aku
suka” puji Meika
“Apanya
? hujannya ?” Yuki menjulurkan tangannya di depan, sehingga rintikkan hujan
jatuh di atas jemari.
“Bukan. Tapi, Guntur dan kilat” kilah
Meika.
Yuki
tertawa
“Kau
tidak takut ?”
“Aku
takut. Tapi, Aku suka”
“Apa
mereka ada artinya ?”
“Apa
menyukai harus menggunakan alasan ? kau selalu bertanya tentang arti”
“Sebenarnya
Aku bukan orang yang banyak bertanya. Tapi, Kau cukup membingungkan” ujar Yuki.
Meika
tertawa renyah, Ia mendekap erat lengan Yuki. sebisa yang Ia mampu, Cowok itu
menghembuskan nafas panjang.
“Kalau
menyukai tidak harus menggunakan alasan, apa Kau akan tetap menyukaiku ketika
tau, Bagaimana Aku sebenarnya ?” tatap Yuki.
Meika
menepis detakan di jantungnya, merasa jika Yuki berniat menyampaikan sesuatu.
“Apa
ada yang salah ?”
“Maksudku,
ketika Guntur dan kilat membuatmu takut. Tapi, Kau tetap menyukainya. Apa itu
juga berlaku buatku ?” Suara Yuki merendah perlahan.
“ada
yang ingin kau katakan ?” tatap Meika prihatin.
“Kenapa
Kau bersamaku ? Apa Kau mencintaiku ?”
“Aku
pikir, Aku lebih dari mencintaiMu. Kau satu satunya orang yang menerimaku apa
adanya, Kau satu satunya orang yang memberiku banyak perasaan lebih berharga. Apa
yang Kau khawatir kan ?” Meika mengubah posisi duduknya.
Sesaat cowok itu membalikkan
badannya, membelakangi Meika.
“Jika
Aku tak sebaik yang Kau pikirkan, bagaimana ?”
Meika
tak mengerti dengan Yuki malam ini, Dia Nampak sangat berbeda. Dia menyembunyikan
kalimat yang Hendak Ia katakan.
“Aku
tidak mengerti” ujar Meika bingung.
“Aku
make narkoba. Aku pikir, Aku harus
mengatakannya sebelum Kau mengetahuinya dari orang lain” terang Yuki, Ia juga
mengkhawatirkan posisi Detha di hubungan mereka. Ia tak mau jika Gadis itu yang
akan menyampaikan segala tentangnya kepada Meika.
“Aku
pecandu berat, Meika. Aku punya masa lalu yang begitu hancur, Aku pernah depresi. Aku pernah sakaw atau bahkan nyaris
mati karna narkoba. sampai sekarang Aku belum bisa berhenti..” Meika terdiam, mendengar segala hal yang Yuki tuturkan
bisa saja menghentikan denyut nadinya.
“Kamu
nggak serius, kan ?” ujar Meika gagu
“Apa
Kamu takut sama, Aku ? Aku bukan Cuma
make Narkoba. Tiap malam, dengan Beberapa
teman yang Kamu kenal, selalu minum Alcohol
bahkan tanpa alasan. Aku jarang dalam keadaan sadar kalo nggak sama – sama
Kamu, itu Dunia yang selama ini Aku nikmati. Meika..” lanjut Yuki, Meika menekan batinnya atas apa yang Ia
dengar.
“Aku
masih berada dalam dunia yang seperti itu, Aku tau kalo itu salah. Tapi, Aku
nggak bisa berhenti, rasanya kayak mau mati kalo nggak nge-drugs” Yuki menggenggam jemari Meika, Gadis itu menghindar.
“Aku
nggak cukup pantas buat Kamu ? Aku
tahu. Tapi, Aku punya niat untuk berhenti, ko.
Aku berpikir buat meninggalkan semuanya ketika Aku tahu Kamu tulus sama Aku”
ujar Yuki.
“Kenapa
Kamu bilang segala hal, yang mungkin membuat Aku berubah pikiran. ketika Aku
udah benar – benar sayang sama kamu ?” tatap Meika bingung, air matanya menetes.
“Karna,
Aku nggak mau kehilangan Kamu. Aku pikir keinginan Aku untuk berubah akan
hilang kalo Aku nggak sama – sama Kamu lagi, itu sebabnya Aku lakuin ini” Ujar Yuki, Ia merunduk
menyembunyikan wajahnya dengan rambut.
“Sejak
kapan ? sejak kapan Kamu make ?”
“Lama,
Meika. Aku bahkan nggak ingat kapan tepatnya. itu lebih dari 5 tahunan, Aku
belum pernah mencoba untuk menghentikannya. Ewwin pernah nyaris berhenti. Tapi, Dia nggak berhasil, Dia masih lanjut”
“Kamu
sama Ewwin, make ?”
“Bukan
Cuma kita berdua aja, ko. Narkoba
ibarat sebuah kebutuhan pokok. Kalo Aku lagi butuh, ketika Barang nggak ada.
Aku bisa kaku, kaku itu artinya mati”
“Teman
– teman Kamu ?” tatap Meika bingung
“Iya,
yang Kamu kenal dari mereka. Beberapa make
dan beberapa juga nggak, seperti Joko. Aku nggak begitu ngerti barangnya dari
mana. Tapi, Aku selalu dapat stock
dua hari sebelum weekend”
“Dari
siapa ?”
“Aku
nggak ngasih tau, sama orang yang
nggak make” ujarnya. Meika menggigit
bibirnya lirih.
“Kamu
takut sama Aku ?” tatapnya.
Meika
mengangguk “Sangat takut. Aku nggak pernah mikir bisa pacaran sama pecandu narkoba”
Yuki
tersenyum pahit mengenali siapa dirinya sendiri.
“Aku
pacarmu, Aku pasti bantu Kamu berubah. Aku janji” Meika mendekatkan kelingking
kanannya hingga melingkar di jemari Yuki.
“Bukannya
Kamu takut sama Aku ?” Yuki meneteskan air matanya, Meika menghapus lirih.
“Seperti
Guntur atau kilat. Aku takut. Tapi, Aku suka. jujur Aku bukan hanya takut saat
tau Kamu seperti itu. Tapi, Aku lebih takut lagi kalo Aku ninggalin Kamu dalam
keadaan masih seperti itu….” Meika
mendekapnya erat.
“Percaya
sama Aku, Kamu bisa berubah, Aku sayang sama Kamu, Yuki” bisik Meika. Yuki menahan air matanya menyadari jika Cowok
tak seharusnya menangis.
easily dying
***
“Detha
tau kamu pecandu narkoba ?”
Yuki
mengangguk.
“Dia
bilang, mencintai Aku apa adanya. Jadi, Dia nggak keberatan saat Aku malah
terus konsumsi Narkoba. mencintai apa adanya ? yang benar saja,..” ujar Yuki, Ia melempar
handuknya di atas kayu rotan.
“.. Aku saja nggak bisa mencintai diriku
sendiri. Tapi, Dia membiarkan Aku terus terjerumus dalam lembah hitam. Apa itu
bisa dinamakan Cinta ? Dia selalu berpikir Dia yang paling mengerti cinta”
lanjutnya.
Meika
menyanggul rambutnya dengan pencil
yang Ia temui di lantai, Yuki duduk di depannya.
“Jadi,
Dia bukan motivator yang baik”
“Nggak
juga, semua orang kan nggak sama”
ujar Yuki.
Ia meletakan pot kaktus di antara mereka.
“Nah, let see_ Magnanimous Kaktus” puji
Yuki.
Meika menatap kaktus kecil yang kemarin di banting
Yuki, rupanya Ia telah mengganti potnya.
“Kaktus
yang baik hati ?” tanya Meika.
“Kamu
tau artinya ? nggak banyak orang tau
istilah itu”
“Aku
satu satunya di antara berapa banyak orang yang kamu kenal ?” Meika tertawa.
“Nggak
juga. Ada ko.. beberapa anak Mapala
yang tau istilah itu” Yuki mengalihkan.
“pujian
yang udah terlanjur keluar, nggak bisa ditarik” kecam Meika, Yuki tertawa
renyah.
“Ampun,
Nyai” ujar Yuki.
Meika
menatap kaktus antusias lalu
mengangkatnya.
“Kamu
suka kaktus ?”
“Iya”
aku Yuki.
“Kenapa ?”
“Memangnya
menyukai itu harus pake alasan, ya ?” Yuki memainkan matanya, Ia
menggunakan kalimat yang biasa digunakan Meika.
“Jangan
pake kalimat Aku” ujar Meika.
Yuki
melirik sepintas lalu tertawa.
“All right, Kaktus itu berduri. durinya
bukan hanya pelindung. Tapi, juga sebagai cara mempertahankan diri. Dia bisa
menyerap banyak air dalam waktu yang lama, artinya Dia nggak gampang mati saat
musim panas”
“Tapi,
kalo banyak disiram air dia juga akan mati” kilah Meika
“Artinya,
Dia juga nggak gampang untuk di pelihara. butuh hal yang pas, justru Dia akan
mati kalo merepotkan pemiliknya” kilah Yuki.
Meika
mengangguk.
“Kaktus
juga bisa melindungi pemilik rumah dari santet, lho.. berhubung di Indonesia masih banyak yang menggunakan profesi mistikus paranormalius” sindirnya. Meika
tertawa.
“Maksudnya
paranormal ?”
“Atau
bahkan Paranggak’normal” Yuki mendekatkan hidungnya, Meika tersenyum simpul.
“Aku
merasa seperti kaktus, atau kurang
lebih ingin seperti Dia” tunjuk Yuki ke pot yang Meika genggam.
“Pantas
saja, banyak pot kaktus
bergelantungan di rumah pohon” gumam Meika.
“Aku
yang menanam semuanya, Kau suka tanaman apa ?” tatap Yuki, Meika menerawang.
“Ada
nggak tanaman yang cantik. Tapi, juga hebat seperti Kaktus ?” tanyanya.
“Ada.
Salah satunya bunga mawar merah. Dia juga punya duri, baiknya di tanam di
halaman tanpa pot”
“Kenapa
?” Meika antusias.
“Karna,
Ia membuang aura negative jika berada
di tanah yang
sama,
dengan yang sementara kita pijaki” jelas Yuki
“..Dia juga bisa menghalau santet.
Tenang saja” lanjutnya. Meika
tertawa.
“Kau
selalu menghawatirkan hal-hal diluar logika, seperti santet dan apalah..”
“Kan, udah dibilang. Kita itu Indonesia,
masih rame sama yang namanya profesi mistikus
paranormalius. mau di percaya, dilarang Tuhan. nggak dipercaya, Kita
sasaran. Indonesia memang sesuatu” ujar Yuki lagi.
Meika
tertawa renyah.
~~~
Ka’ Key membanting diri di atas sofa, tanpa menyadari jika Greel ada
disana.
“Ka’
Key ?” ujar Greel terkejut, Key
spontan duduk bersila.
“Kamu
siapa ?” tatapnya.
“Massa
lupa ? itu Greel, ka” teriak Meika
dari dapur.
Ia datang membawa orange jus di baki, lalu membaginya di
atas meja kaca.
“Greel, siapa ?” ka’ Key memperhatikan
wajah Greel antusias, Greel tertawa.
“Tetangga
di Leep Sent, baru juga 3 tahun. Ka’
Key bisa cepat banget lupa sama Aku”
gerutu Greel.
“Oh ? Kamu, abis cantik sih.. Jadi, nggak kenal deh”
“Datar
banget gombalnya Ka’. jangan macem macem ! punya orang tuh” ledek Meika
“Apaan ?” Ujar Greel
“Serius
? wah, udah berani ya ? pacaran” kecam Key.
Greel meringis, Ia mendekat ke
Meika lalu berbisik.
“Kakak
Kamu nggak sadar apa ? kalo Adeknya
Si Meika Canaya, malah udah berani gonta ganti pacar” ujar Greel lirih
Meika menatapnya khawatir.
“Jangan
berisik” ancamnya, Greel mengangguk gagu.
“Ya,
udah. diminum gih” tunjuk Ka’ Key ke orange
water yang di sediakan Meika, Greel tersenyum.
“Udah
selesai KKN_nya Ka’ ?”
Key
mengangguk “Udah”
“KKN itu enak, ya ?” tatap Greel
“Bukan
enak. Tapi, Asik. rasanya seru kayak
Ospek. Tapi, sangking serunya. Jadi, nggak mau ke ulang deh..” terang Key.
Greel dan Meika tertawa
bersamaan.
“Kakak
keatas dulu, ya ? soalnya baru
pulang, cape” keluhnya
“iya,
kak”
Greel meneguk gelasnya, Meika
menadah membuat gadis itu tertegun.
“Apaan,
sih ?”
“Kamu
itu, kalo sampe Ka’ Key tau Aku punya pacar. bisa ribet urusannya” keluh Meika
bertubi tubi.
“Wajar
kan kalo Kamu punya pacar, trus masalahnya apa ?”
“Masalahnya
adalah, Ka’ Key bakalan mengintrogasi semua orang untuk bisa tau siapa pacar
Aku. kemudian Dia akan mewawancarai Pacar Aku dari A sampe Z. Nah,, Kalo Dia dapat Yuki ? habislah
riwayat ceria cinta Aku”
Greel mengangguk lemas.
“Karna
kalian itu beda dunia_kan ?”
“Kenapa
sih, Kamu selalu bilang Aku dan Yuki
beda Dunia ? perasaan Kita sama sama di Bumi, bukannya penghuni mars”
“Tau
deh, ya ?” ujar Greel masa bodo.
“Greel,
Aku takut dengan semua ini..” Meika
duduk memangku kakinya di atas ayunan rotan.
“.. beberapa tempo yang lalu, Yuki ngaku
ke Aku..” lanjutnya.
Greel
tertegun.
“Ngaku
apa ? Apa Dia selingkuh ? Dia
balikkan sama Detha ? Dia pacaran sembunyi sembunyi ? Dia pernah menkhia,,..”
“Bukan,
Greel” ujar Meika lemas, saat Greel menyerbunya dengan berbagai spekulasi.
Meika
menarik nafas panjang
“Dia
pake narkoba, Greel. Dia cerita semua ke Aku, rasanya kayak telingaku dipukul
pake petasan. Jadi, nggak dengar apapun”
“trus Kamu bilang Apa ? Kamu tampar Dia ?
cowok begitu mah,.. tinggalin aja. masih banyak diluar sana yang baik
dan benar” gunjing Greel
“Aku
nggak bisa, Greel. Aku sayang Dia,
Dia janji akan berubah, kalo Aku selalu sama Dia”
“Begini,
kasih tinggal saja. bilang sama Dia
untuk kembali cari Kamu disaat Dia udah
berubah. dengan begitu Kamu nggak perlu takut apapun” Greel menepuk pundak
Meika.
Kedengarannya seperti memberikan
sugesti ketimbang memberi saran,
rasanya malah tidak membantu.
“Dia
malah nggak ada keinginan untuk berubah kalo Aku tinggalin” terang Meika.
Greel merunduk bingung,
menggigit bibir bawahnya.
“Kenapa Kamu bertahan, Meika ?”
“Cinta
itu nggak pernah pake Karena,
Greel. Jadi, jangan tanya Kenapa”
tatap Meika dramatis.
“Ahk, Aku nggak pernah tau kalo akhirnya,
Kamu bisa terjebak dalam urusan yang begitu rumit” giliran Greel mengeluh.
“Semalam
jam 2, Dia IM- Aku. Dia minta Aku ke secret”
“What
The FÜÜK
?!! Gila Apa ? minta Kamu ke Secret jam 2 malam ?” maki Greel
“Jam
segitu, Dia lagi ingin barangnya. Hanya ketika Aku bisa bikin Dia rileks, Dia nggak Akan make. Dia butuh Aku”
“Meika !! Tapi, Immposiblle banget, kan ?”
“Iya,
Aku nggak datang dan akhirnya Dia make,
lagi” Meika merundukkan pandangannya.
“Aku
nggak tau, Greel. Aku bisa lanjutin
semua ini atau nggak. Terus terang Aku yang ketakutan” lanjutnya.
air
mata Meika jatuh.
“..
Takut kalo, Dia nggak bisa berhenti. Takut kalo, malah Aku yang berhenti untuk
bantuin Dia. Aku udah janji untuk bantu Dia berubah. Ternyata memang nggak
gampang, Greel” lanjutnya.
“Meika..” Greel ikut menangis, Ia
mengusap punggung gadis itu. berharap sentuhan mampu membawa pergi kesahnya.
“Aku
hanya percaya satu kekuatan, Greel. Ketika Dia yakin sama Dirinya sendiri untuk
berubah, saat Aku jadi bagian dari motivasinya. Aku berani sumpah, Kalo Cinta
itu lebih dari sihir. Aku nggak punya mantra apapun untuk meyakinkan. Tapi, ada
hal yang ternyata lebih bisa dipahami dari pada menjelaskan. yang malah membuat
Yuki ingin mengatur kembali hidupnya.. Aku bikin semua jadi lebih sederhana.
Dia bisa hubungi Aku kapanpun, Aku akan datang ketika Aku diharuskan untuk
membantunya menahan diri. Tapi, ..”
isak Meika menjadi.
“.. Aku malah nggak datang dan Dia make, lagi. hanya karena Aku nggak
disampingnya” tutup Meika.
Tangisnya meluap, menampung
perih hati. saat Cinta menguji dengan caranya, atas sebuah pengorbanan yang
sesungguhnya.
~~~
“Kamu
berniat untuk minum alcohol, lagi ?”
tatap Meika nggak percaya. Malam itu, Yuki kedatangan tamu. Teman temannya dari
luar Universitas.
“Demi
teman, Meika” kilahnya.
Meika membuang nafas kesal, Ia
datang Malam Minggu ke secret untuk
mengajak Yuki hang-out. Tapi, yang di
dapatnya ketika membuka pintu Adalah Botol botol alcohol yang masih tersegel di hadapan Yuki dan teman temannya.
Meika
yang tertegun, berlari ke luar. Namun, Yuki mengejarnya dan disinilah Mereka
sekarang. Di bawah rumah pohon, sementara di atas sana Teman teman Yuki
menunggu.
“Tapi,
Kamu udah janji sama Aku untuk berhenti minum alcohol, Yuki” tatap Meika geram.
“Cuma
sekali ini, tolong Meika. Nggak enak
sama teman teman Aku” ujar Yuki sembari menggaruk garuk rambutnya.
“Jadi,
Kamu lebih pilih teman teman kamu yang rusak itu ? ketimbang dengerin Aku ?
Kamu lupa, ya ? Kamu yang bikin janji
sama Aku untuk berhenti” kecam Meika emosi.
“Pelankan
nada suara Kamu, Meika. Aku lakuin ini karena..”
“Karena,
apa ?!” Meika membentak.
Yuki duduk lemas di trotoar.
“Karena,
mereka tau Aku siapa..” kecam Yuki. Meika menghapus air matanya yang spontan
keluar, hal yang kerap kali terjadi saat Ia nggak bisa menahan emosi.
“..
Aku ini jauh lebih rusak dari pada Mereka, Aku dikenal dengan imej yang seperti itu. Beberapa waktu
yang lalu, Aku pernah berkunjung ke tempat mereka dan Mereka mentraktir alcohol sebanyak yang Aku mau. itu
sebabnya ketika mereka berkunjung ke tempat Aku, Aku harus melakukan hal yang
sama. Walaupun mereka nggak minta secara langsung. Tapi, itu udah kayak
kewajiban. Kamu nggak akan pernah ngerti bagaimana Jadi cowok, Meika” Yuki
merunduk di lututnya, menyembunyikan wajah disana. seakan Meika akan segera
menerkam jika Yuki menatapnya.
“Tapi,
Kamu udah janji sama Aku” isak Meika.
Yuki
mendongak
“Sekali
ini saja, janji ini yang terakhir” pintanya. Meika diam, tak mengatakan apapun.
Ia hanya memberikan sebuah
rantang kecil.
“Aku
kemari sebenarnya Mau ngasih ini” ujarnya.
Yuki
berdiri, menjamahnya dari jemari lentik itu.
“Makanan
?” tatap Yuki
Meika
mengangguk “Semoga Kamu suka”
Yuki
diam,
“Aku
nggak tau lagi mau ngomong apa, Aku nggak ngerti bagaimana jadi cowok. Aku juga
nggak cukup berarti untuk jadi cewek. Disaat Aku nggak bisa bantu Kamu untuk
berhenti. Aku bingung, atau mungkin Aku benci sama Kamu. rasanya akan tetap
sama saja. Jangan hubungi Aku lagi, Yuki. Aku capek sama Kamu” keluhnya.
Sesaat Meika berlalu pergi
meninggalkannya di trotoar depan kampus tanpa kata.
~~~
Beberapa hari berjalan menjadi
sangat lambat, seolah jarum jam bergerak dengan malas untuk mengganti waktu.
Meika menginap di rumah Greel,
karna Ia terus menangis hingga matanya bengkak. Ia tak mau jika Ka’ Key malah
bertanya tanya kenapa Meika bersedih hati.
“Ini
namanya cobaan, nggak semua janji yang dibuat. Bisa berlalu dengan mudah” ujar
Greel simpatik.
Meika diam di jendela, mengukir
namanya dikaca ketika embun membias perlahan.
“Cobaan
atau memang inilah akhirnya ?” urai Meika
“nggak
ada yang berakhir bahkan ketika Kamu bilang semuanya selesai, Meika. Semua
cerita akhirnya harus bahagia” kilah Greel
Gadis itu diam, menelusik
dinginnya sore hari yang di timpa hujan. Ia tak berkomunikasi dengan Yuki. saat
IM – IM yang dikirim Yuki tak mau di balasnya.
“Aku
merasa nggak cukup berarti untuk Dia, Greel” keluhnya
“Dia
terus menghubungimu, Temui Dia”
Meika
menggeleng lalu kembali menatap hujan diluar sana, dari arah jendelanya.
“Kalo
Dia butuh Aku, Dia yang akan menemuiku. Aku terbiasa menemuinya dan Aku selalu
menemuinya. Hal itu, sangat membuatku merasa rendah”
Greel
menggeleng gelengkan kepalanya.
“Kamu
bilang, Cinta nggak butuh Karena.
coba deh tanya ke hati Kamu sendiri,
Apa tanpa Dia itu rasanya melegakan ? Apa nggak menemuinya itu sangat
menenangkan ? Nggak, kan ?! Kamu yang
paling kenal diri Kamu sendiri” ujar Greel
Semuanya menjadi hening saat
Meika nggak memberi satupun jawaban atas apa yang Greel katakan.
~~~
“Pacar
Kamu, Marah. ya ?” tanya teman teman
Yuki. sesaat sebelum Mereka pergi. Yuki menemani mereka sampai ke stasiun Kereta
api.
“Dia
cewek paling moody. Dia selalu marah
dalam banyak hal” ujar Yuki, Ia merunduk lemas.
“Tapi,
Kamu nggak minum alcohol, waktu malam
minggu itu. Jadi, jelaskan saja padanya” ujarnya.
Yuki
tertawa renyah.
“Jangan
khawatir, Dia nggak akan ninggalin Aku sendirian. ko” Yuki menepuk pundak temannya itu. Mereka pulang menumpangi
kereta api kelas ekonomi.
Sesaat mereka pergi, Yuki harus
kembali ke secret_nya atau malah
mencari Meika untuk meminta pengertian. Namun, Telpon_nya tak sekali pun di jawab oleh Meika, membuatnya menekuk
lutut di rel kereta api yang sepi.“Meika, forgive me. please.. I can’t spend time alone” bisik Yuki lirih, menyadari dirinya tak lebih dari Seburuk buruknya Peri Tanah seperti yang Sering disebut Meika.
what Am I to
say ?
***
Meika terpaksa mengikuti Greel yang lagi
ngebet pengen ke cafee online depan
Kampus. padahal Greel terang terangan punya
computer yang udah pake jaringan WiFi
dirumah.
“sebuah teori konspirasi tentang Illuminati
- Freemasonry yang diam-diam jadi perdebatan untuk dibahas, yakni Depopulation. Program paling mengerikan
bila benar” ujar Greel antusias.
“Apa itu, maksudnya ?” tatap Meika, Greel
menyeruput ice cendol di transparent glass. lalu sibuk mencari
koneksi internet untuk mendapatkan informasi lanjutan.
“Depopulation
itu kondisi harus menurunkan jumlah penduduk atau tidak ada penghuni sama
sekali. kalo bahasa Inggrisnya the
condition of having reduced numbers of inhabitants or no inhabitants at all.
Jadi menurut konspirasi ini, berarti Pengurangan
jumlah penduduk dunia..” terang Greel, Meika pernah mendengar beberapa teori konspirasi yang akhirnya nggak terbukti.
Itu sebabnya Ia merasa perlu untuk heran Jika Greel begitu semangat untuk
mencari informasi tentang Illuminati – Freemasonry.
“Memangnya
the
Bilderberg bisa apa untuk melakukan
World Depopulation , bukannya itu
sulit?” tatap Meika.
“Menurut
seorang Dokter di Natural Medicine Advocate, yang telah bertemu dengan salah satu anggota
aliran satanic, tentang salah satu
cara menjalani program depopulasi
ini, yaitu dengan VAKSINASI !!” ujar Greel histeris.
“Merasa termasuk seseorang yang pernah di vaksin, nggak. sih ?” lanjutnya. Meika menggeleng.
“Kayaknya Cuma Imunisasi waktu bayi, deh”
“Astaga,
itu termasuk nggak, ya ?” ujar Greel
merinding.
Ia kembali mendikte artikel di internet untuk ditela’ah.
“Mereka berencana mengurangi jumlah penduduk
dunia yang kini berjumlah 7 miliar
menjadi hanya 500 juta saja. Mereka
memiliki pengaruh yang sangat besar dan sangat kuat serta kaya raya dan yang
pastinya berhati jahat seperti iblis dan jumlah mereka sangat sedikit, hanya
120 orang saja..”
Meika
mau nggak mau sebagai orang normal ikut bergidik ngeri. “Kira –
kira mereka itu kerjanya apa aja, ya ?”
“Mereka adalah pengontrol keuangan dunia dan
politik dunia. negara mana yang akan makmur, negara mana yang akan miskin, juga
dikontrol oleh mereka. Tak itu saja, mereka juga dapat mengontrol negara mana
yang akan diperangi, suku mana yang akan dimusnahkan, suku mana yang akan
dilindungi, negara mana yang akan ricuh, negara mana yang akan terpecah dan
lain-lainnya, juga dikontrol oleh
mereka.
Mereka jugalah yang memiliki kekuatan dunia, mereka menguasai industri farmasi dan obat-obatan dunia, mereka yang menguasai perusahaan-perusahaan raksasa dunia mulai dari perusahaan tambang, makanan, minuman hingga media masa di seluruh dunia. Anggota mereka hanya sekitar 120 orang saja, namun begitu kuatnya mereka para pengendali dunia yang terdiri dari para aristocrat…” terang Greel
Mereka jugalah yang memiliki kekuatan dunia, mereka menguasai industri farmasi dan obat-obatan dunia, mereka yang menguasai perusahaan-perusahaan raksasa dunia mulai dari perusahaan tambang, makanan, minuman hingga media masa di seluruh dunia. Anggota mereka hanya sekitar 120 orang saja, namun begitu kuatnya mereka para pengendali dunia yang terdiri dari para aristocrat…” terang Greel
Keduanya
telan ludah, menyimak layar LCD NetBook
milik Caffe online.
“..Beberapa pakar dan peneliti telah
membeberkan bukti-bukti kongkrit
tentang agenda mereka ini dan hal tersebut bukanlah isapan jempol namun suatu realita dan fakta nyata. Adapun beberapa cara untuk mengurangi penduduk dunia adalah
melalui peperangan, membuat orang terinfeksi penyakit melalui vaksinasi, menyalurkan racun yang
dimakan di dalam makanan kita sehari-hari, meracuni obat-obatan yang dikonsumsi
orang sakit dan juga meracuni minuman melalui saluran air. Bahkan hingga virus-virus yang modifikasi buatan
mereka, seperti virus flu babi, flu burung dan masih banyak lainnya.
Mereka juga sebarkan kebanyak negara di dunia baik itu melalui makanan dan
minuman serta melalui hewan yang diimpor ataupun berupa chemtrails yang disemprot oleh pesawat di udara”
“Ini artikel atau cerita setan setan, sih ? nyeremin” gerutu Greel. Sampai
akhirnya mereka menyadari kehadiran satu makhluk di antara keduanya.
Cowok
itu duduk tenang, Ia malah meneguk ice
cendol milik Meika yang bertengger di atas meja.
“Sebuah teori konspirasi akan tetap jadi perdebatan soal bukti dan kebenarannya.
Bagaimanapun, intinya Kita bisa mendapat pengetahuan baru tanpa perlu cemas
berlebihan” ujar Cowok itu, Meika menoleh.
“Ka’ Yuki ?” tegur Greel.
Cowok itu tersenyum anggun.
“Ngapain kamu disini ?” ujar Meika kesal.
“Bertemu pacar, memangnya salah ?” tunjuk Yuki
ke Meika. Meika menahan senyumnya, Ia menghela nafas panjang.
“Bisa bicara sebentar, nggak ?” pinta Yuki.
“Aku ada kelas kedua, Kayaknya nggak bisa” tolak Meika, Greel
menyenggol pundaknya.
“Eih,
kelas kedua masih setengah jam lagi, ko.
Bisa bisa, silahkan saja bicara dengan Meika. Aku juga mau bicara sama pacar
Aku di perpustakaan, Ok ? bye..” ujar
Greel sembari membopong Netbook di
meja kembali ke owner caffe online.
Meika
tertegun, mendapati wajah Greel lenyap di antara orang berlalu lalang di
halaman kampus.
Yuki tersenyum.
“Masih marah, ya ?”
“Nggak, Aku nggak ada hak marah sama Kamu” bantahnya.
“By the
way, pacar Greel penjaga perpustakaan itu, ya?” tatap Yuki. Meika melirik sadis.
“Sejak kapan kamu jadi sok perhatian sama temen Aku ?!”
“Sejak Kamu nggak ngasih kabar”
Meika memangku wajahnya.
“Jujur, Aku bingung mau gimana hadapin kamu,
Kamu yang minta ke Aku untuk bantu kamu berhenti. Tapi, Kamu selalu make saat nggak sama-sama Aku. terus
yang lebih parahnya, Kamu udah bilang mau berhenti mabok. Tapi, apa yang Aku dapat ? malam minggu kamu pake senang senang bareng temen – temen
Kamu. Gila apa Kamu ?!” tadahnya.
Yuki diam.
“Aku kan
udah bilang, Aku butuh proses. Nggak secepat yang Kamu bayangkan. Aku berusaha
juga ko buat berhenti semuanya. Tapi,
Kamu nggak tau kan gimana sakitnya
kalo nggak make di saat butuh ? Aku
udah ngerasainnya. Dan itu rasanya nggak Enak !” ujar Yuki.
Meika
membuang nafas kesal.
“Kamu nggak terlihat ingin berhenti, bahkan
dihadapan Aku”
“Meika, Aku ingin berhenti. Berani sumpah”
“Demi Apa
?!” Meika membanting gelasnya.
“Demi K A M U !!!” teriak Yuki nggak kalah kerasnya.
Meika meremas ujung T-shirt sampai mengkerut.
“Demi
menyesuaikan dengan Kamu, Demi semua
hal yang Aku lakuin sama Kamu. Juga Demi… Aku untuk bisa di terima di
keluarga Kamu nantinya. Mama Aku sendiri bilang kalo Aku harus ngaca untuk bisa selamanya sama Kamu. kenapa ? karna Mama Aku saja sadar kalo
anaknya ini nggak pantas. Dan Aku berusaha jadikan itu semua, Jadikan Kamu
sebagai motivasi Aku. Untuk berhenti make, untuk bisa hidup kayak orang normal. Untuk bisa disebut sebagai
manusia, Aku mohon.. Meika, mengertilah” Yuki membuat semua penghuni caffe menatap mereka. Meika terdiam beku
dikursinya.
~~~
“Kamu bisa
nggak berhenti temenan sama Ewwin ?”
tatap Meika, Mereka berada di secret
sejak kelas kedua selesai.
Yuki
sementara menggoreng telur di dapur rumah pohon.
“Kamu
ngomong apa, sih ?”
Yuki
membawa piringnya di depan Meika.
“Salah
satu cara paling cepat untuk berhenti make
narkoba adalah menghindari teman yang make
narkoba” ujar Meika.
“Nggak
gitu juga kali, Ewwin itu bukan Cuma
temen Aku. Dia udah kayak saudara”
“Karna
kalian sama-sama tinggal dirumah pohon ?”
“Meika,
Aku sama Ewwin itu satu himpunan. mana mungkin Aku nggak temenan sama Dia ? Gila apa ?”
“Atur
jarak, aja. supaya Kamu nggak ada implikasi untuk make lagi disaat nggak sama Aku”
“Nggak lah.. Meika. Persahabatan di Himpunan
itu kayak benang merah, Kamu nggak akan pernah ngerti. Aku bahkan rela
ngorbanin nyawa Aku sekalipun buat persahabatan”
“Loyal banget Kamu sama Mereka. memangnya
mereka ngasih Kamu apa ?”
“Kebahagiaan”
ujar Yuki sembari mengunyah makanannya dipiring, Meika membuang nafas kesal.
“Kebahagiaan
? Memangnya di tempat lain nggak ada ?!”
“Ada, Malahan banyak. Tapi, rasanya nggak
akan sama. Kamu tau nggak kenapa ?”
“Kenapa ?” tatap Meika
“Karna
kebahagiaan itu Kita yang ciptain disini, Bukan di tempat lain. Bukan diluar
sana. Tapi, didalam sini” tunjuk Yuki ke jantung Meika.
“Dalam
hati” tukasnya, Meika diam menggigit bibirnya.
“Oh ya ? dan sekarang Kamu mulai
nyadarkan, kalo persahabatan kamu itu akhirnya yang bikin kamu kayak gini”
“Meika,
Aku itu udah kayak gini. jauh sebelum kenal mereka. Jadi, jangan salahin
mereka. Aku make sejak SMA, Kamu tau
nggak kenapa ? karna Aku depresi, Aku malu punya keluarga yang anneh. ada Ibu, Ada Mama Tapi, nggak ada
Ayah. Aku nggak punya temen, nggak pernah dekat sama orang. Tapi, disini, mata
Aku kebuka. Mereka mau temenan sama Aku, apapun bentuknya Aku. itu yang bikin
Aku salut, itu yang namanya
persahabatan” kecam Yuki.
“Bisakan,
mulai menyesuaikan sekarang ?”
“Maksud
Kamu apa ?”
“Aku Cuma Mau, Kamu nggak lagi ngumpul ikutan mabok sama Mereka. Aku mau Kamu mulai
ngurus diri, Rapi, wangi atau apapun yang bikin Kamu kelihatan bersih. nggak
jorok, nggak berpenampilan kayak gini”
“Kenapa ?
Kamu malu punya cowok yang cover_nya
nggak menarik ?”
“Aku nggak
ngomong gitu, jangan selalu ambil kesimpulan sendiri. Yuki” Meika geram.
Yuki meletakan piringnya di
dapur lalu kembali duduk di depan Meika, melantai sembari membakar rokok.
“Y U K I !!” Joko datang tergesa gesa, sambil
meneriakki nama Yuki, Ia berhenti mengatur napas.
“Kamu kenapa ?” tatap Meika
“Kenapa
Joko ?”
“Yuki,
anak anak berantem” ujar Joko histeris.
Yuki menghirup rokok di tangannya.
“Berantem
sama Siapa ?”
“Sama himpunan
Ekonomi” jawab Joko, Ia spontan melirik Meika, berhubung Meika salah satu anak himpunan Ekonomi.
Yuki membuang puntung rokoknya,
lalu turun dari rumah pohon. Menghampiri ricuhnya suasana di depan fakultas
Ekonomi.
“Ada apa
ini ?” kecam Yuki, Ewwin melirik sepintas.
“Nih, Anak ekonomi cari masalah” ujar
Ewwin.
“Siapa
yang cari masalah ? kita Cuma bilang kalo rektorat
akan menggusur secret kalian. Jadi,
sebagian kelas praktek. Nggak ada
yang salah kan ?” kilah Hendra, salah
satu anak Ekonomi.
“jangan
asal meng-klaim, keputusannya kan
belum pasti” teriak Ewwin emosi.
“Udah, win. kalian tau dari mana secret kita akan di gusur” Yuki berusaha
menahan Ewwin yang emosi.
“Surat
edaran” teman teman Hendra melempar kertas-kertas ke muka Ewwin, Yuki menangkapnya selembar.
Yuki tertegun membacanya, Ia
meremas kertas di tangan dengan geram.
“Wah, pada takut tuh penghuni dunia lain. kalo rumah pohon huniannya akan di gusur”
terek Hendra.
“Ngomong
apa kalian ?” kecam Ewwin.
“Ngomong
kebenarannya, terus terang saja. hunian kalian itu nggak layak disebut secret. iya sih secret ? secret rumah
nyamuk maksudnya” ujar Cowok yang lain sembari diriuhi tawa anak anak Himpunan
Ekonomi.
“Nyari
masalah nih monyet-monyet !!” teriak
Joko geram
“Apa ?
ngomong sama diri sendiri ? Haha”
ujar Hendra, Ia menggulung lengan bajunya.
Yuki tak sanggup menahan emosi, Ia nyaris memukul Hendra. Ia
terang terangan menghina Himpunan mereka.
“Yuki, jangan !!” teriak Meika, Ia mengahadang
kedua kelompok yang bersitegang itu.
“Meika ?
ngapain kamu disini ?” tatap Hendra, mereka satu himpunan dan tak seharusnya
ada Cewek disaat para Cowok saling beradu fisik.
“Oohg ?? Jangan bilang Kamu pacaran sama
Pecundang itu ?” Hendra menunjuk
Yuki.
“ka’
Hendra ! apaan sih ?” tatap Meika geram.
“Astaga, Meika ? buka mata kamu, liat
mereka baik – baik. Mereka nggak selevel sama Kita, baiknya juga Kamu pacaran
sama Manusia” Hendra menarik lengan Meika.
Gadis itu menatap Hendra dengan
geram.
“Memangnya
ka’ Hendra pikir mereka Apa ?”
“Pikir aja sendiri, memangnya mereka bisa
disebut manusia ? rambut gimbal dan kribo. hahg… itu yang namanya mahasiswa ?”
“Ini Idealis ! tau apa kamu soal Kita. jangan
mentang-mentang anak Ekonomi bisa disebut modelnya
universitas, Apa selama ini kalian
pernah bikin prestasi di kampus ?
yang lebih bermanfaat bagi orang lain ?” tadah Yuki
“Apa ? Idealis ? tau apa kalian soal idealis ?! memangnya kalian pikir,
Ekonomi nggak ada manfaatnya ? hallow
makhluk dunia lain… lihat sekeliling
anda, memangnya dunia berjalan mundur, apa
? zaman sekarang, Ekonomi keuangan itu sangat di butuhin untuk bantu
pemerintah mikir” gertak Hendra.
Meika menahan lengan Yuki.
“Jangan
mulai membedakan proporsi fakultas masing masing, deh ! Kita itu satu universitas, satu missi,
seharusnya juga satu pandangan. Kita nggak tinggal di dunia yang berbeda, Kita
itu sama-sama di Indonesia. sama-sama sekolah buat bantu bangsa ini maju,
bukannya saling mencari kelemahan. hanya untuk memperlihatkan siapa yang paling
berkuasa” teriak Meika.
Yuki diam, semua orang diam.
Meika mengatur nafasnya, Ia hampir saja membuat pertikaian makin jadi.
“Hendra !
Aku cukup tau soal perekonomian dunia, fakultas yang bagus. Tapi, jangan pernah
ngurus urusan yang bukan urusanmu. kalo kamu nggak ingin cari masalah yang
sebenarnya nggak ada, itu Cuma bikin kamu ngurus banyak urusan nanti. ngerti ??” tadah Yuki.
“Kamu
nggak perlu nasehatin Aku, nggak butuh !!
mendingan kamu kembali ke hutan sana. urus Ekosistem
dunia, Alam lagi butuhin super hero, tuh”
kecam Hendra.
“Dan Kamu,
Meika ?! jangan mengkhianati himpunan
sendiri Cuma karna Pacar ! Nggak loyal
banget Kamu jadi Anggota” tambah Hendra.
“Aku nggak
berkhianat, Aku nggak bela siapapun. Aku Cuma nggak suka kalian bersitegang
untuk hal yang nggak ada manfaatnya” ujar Meika.
Hendra menggulung lengan
bajunya, lalu membuang nafas kesal.
“Kita
pergi aja, masih banyak yang perlu
diperhatikan dari pada habiskan waktu disini” Ia berlalu dengan rombongannya
meninggalkan mereka di depan fakultas.
“Hahg, mereka pikir mereka siapa ?! sok
Manusia, tau apa mereka soal dunia ?” Ujar Joko
“Ini Dia
yang bikin Kita nggak ada harganya, Orang yang punya kharisma besar. seharusnya mempertahankan himpunannya. Tapi, apa ?
Cuma karna Cewek saja, nyalinya
lenyap entah kemana” sindir Ewwin.
Yuki diam, Ia tahu Dirinya yang
dimaksud Ewwin. Semuanya jadi hening, tertinggal Meika dan Yuki disana tanpa
kalimat.
~~~
Beberapa hari setelah kejadian
itu, isu mengenai penggusuran belum juga terealisasi.
“Anak anak
Mapala mau demo” terang Greel
Meika
menoleh.
“Secret mereka mau di gusur, Mereka nggak
terima” tambah Greel, Meika membalikkan badannya.
“Kenapa
nggak terima, coba ? toh, itu tanah
milik universitas. Lagian mereka juga
di beri tempat baru”
“Meika,
kayaknya Yuki juga ikutan demo. deh”
“Nah, terus ?”
“Memangnya
Kamu nggak mau ngeliat Dia ? Kita bisa liat mereka demo dari jalan Arimby, rumah pacar Aku” ujar
Greel dibarengi tawa genit.
“Lagian,
anak Mapala kalo demo nggak pernah arogan.
dijamin Aman” tambahnya.
Meika menutup wajahnya pake
bantal.
“Untuk apa
Aku ngeliat Yuki sementara Demo ? Cuma mau liat pake mata kepala Aku bagaimana makan
pujinya Dia. Nggak ahk !” tolak
Meika.
“Makan puji ??” ulang Greel bingung
“Iya, Dia
akan menunjukan sama semua orang, kalo Dia adalah seksi sibuk. Aku nggak suka”
Greel
diam, Ia ikutan memeluk bantal lalu mengambrukan diri di samping Meika.
porpoise
romance
***
“Kamu
suka cewek dari apanya ?”
Meika
membaringkan kepalanya di pangkuan Yuki, secret
nggak jadi di gusur. Ruang praktek
di alihkan ke lokasi pemindahan secret
Mapala.
“Aku
suka cewek rambut panjang, itu cirri khasnya cewek” ujar Yuki, jemarinya mengelus lembut rambut Meika.
“Memangnya
kenapa kalo cewek rambut pendek ?”
“Anneh
aja, kayak cowok jadi jadian”
“Ka’
Yuki, filosofi hidup semua orang kan nggak sama”
“Sejak
kapan itu jadi penting buat Kamu ?” tatap Yuki heran
“..Karna, perbedaan itu bikin dunia jadi
rame. kalo semua orang sama, nggak akan ada simbolis Bhineka tunggal ika”
“Iya, memang. Tapi, Aku tetep nggak suka cewek rambut pendek” tutup Yuki.
Meika bangun dari pangkuannya
lalu meraih camera digital dari tas purple_nya.
“Mau,
ya ? foto sama Aku” pinta Meika, Yuki
menutup wajahnya dengan bantal.
“Hari
ini event apa, sih ? Pake acara foto segala”
“Ka’
Yuki, ini tanggal jadian Kita. massa
lupa ?!!”
Yuki meletakkan bantalnya. Ia
nggak lupa tentang tanggal jadian mereka, Cuma nggak inget aja.
“Nggak
lupa, ko. sayang.. oke, Kita foto ya” Yuki mengalihkan. Ia mengutik camera
digital dari lengan Meika.
Klikkrezzz….. “Coba liat ? ihh, jelek banget Aku. ulang !!” teriak
Meika “Iya, wajah kamu Cuma setengah. Aku ulang, nih” ujar Yuki sembari mendekatkan kepalanya.
“Kalo
kayak gini, nggak di tau mana yang cewek mana yang cowok” gunjing Meika, Ia
memperbesar foto keduanya.
“Kenapa ?”
tatap Yuki
“Abis, rambut kamu sama panjangnya dengan
rambut Aku”
“Kan idealis” jawab Yuki santai.
“Aku
sebenarnya nggak suka cowok rambut panjang”
“Tapi,
Kamu cinta sama Aku”
“Bisa
nggak, sih ? berhenti menyela apa
yang Aku bilang” kecam Meika gahar.
“Gini aja,
deh. Biar ketahuan mana yang cewek.
Aku gunting rambut, lebih pendek dari kamu” ujar Meika lagi.
Yuki meliriknya sadis.
“Kan, Kamu udah tau Aku nggak suka cewek rambut Pendek”
“Nah, terus ? kamu juga udah tau Aku
nggak suka cowok rambut panjang” kecam Meika balik.
“Kalo Aku
nggak mau gunting rambut, gimana ?” tatap Yuki
“Aku aja yang gunting rambut pendek” ujar
Meika.
“Hey ! enak aja ngomong gitu..”
“Nah, terus ? kamu nggak mau ngalah sama
Aku”
Yuki
menghela nafas panjang
“Ya, udah
! Aku ikut mau Kamu, Aku bakalan gunting rambut” ujar Yuki akhirnya. Meika
tertawa lirih.
“Beneran
?” tatapnya
“Iya,
Tapi, besok aja, yah ?”
“Harus
sekarang ! kalo besok, Kamu bisa dapat alasan baru lagi buat nolak gunting
rambut” kecam Meika.
Yuki
tertawa.
“Ok ! puass ?”
~~~
Meika membanting pintu di rumah
pohon Yuki, Cowok itu menggeliat kayak cacing yang sangat gelisah.
“Aku
nggak kuat, Meika” pintanya berulang kali.
Cewek
itu mengunci pintunya, seakan takut kalo ada orang yang akan menemukan mereka
berdua.
“Kamu
bisa, Kamu udah janji sama Aku, lawan Mereka Yuki, demi Aku” isak Meika.
Berhenti mendadak dalam
pemakaian narkoba membuat Yuki menahan nafasnya, Ia terus menggigil memegangi
kedua lututnya.
“Sumpah
sakit banget, Meika ! Aku nggak kuat” teriaknya.
Air mata Meika jatuh dipelupuk.
Ia menyalakan kipas angin dengan wewangian aromatherapy
di sekitar ruangan.
“Duduk
tenang, sayang” Ia membuat Yuki duduk
bersila.
“Aku
nggak bisa, Meika !”
“Percaya
sama Aku, Kamu bisa. Yuki” Meika mendekapnya lirih, Cowok itu terus keringetan
tanpa alasan.
Aroma Chamomile yang di biaskan Meika, diharapkan dapat membuat Yuki relax. Tapi, yang terlihat malah sebaliknya.
“Aku
nggak kuat” Yuki terus memukul punggung dan menjambaki rambutnya berulang kali.
“Tolong,
Meika.. panggil Ewwin kesini”
pintanya.
“Buat
apa ? supaya kamu bisa stokers barang
sama Dia ?”
“Dia
bukan pengedar, Meika. Dia temen Aku”
Meika diam, Ia ketakutan saat
Yuki makin menggeliat dengan keringatnya yang bercucuran. Gadis itu berlari ke
bawah, memanggil Ewwin.
“Kenapa
Kamu, Yuki ?” tatap Ewwin kaget.
Ia
melirik Meika sepintas lalu merangkul temannya erat.
“Kamu sakaw ?” ujar Ewwin lagi.
Yuki
menggeleng sembari memeluk lututnya bersamaan.
“Aku
butuh Anpethamin, Aku mau berenti.
Tapi, sakit banget, Aku nggak kuat..”
teriak Yuki geram.
Ia menendangi kursi plastik
dihadapannya sampai terpantul ke arah Meika, Gadis itu nggak tahu harus berbuat
apa. Sementara Yuki terus menahan sakit.
“Berhenti
mendadak ? gila apa ?” Ewwin menampik kertas yang berhamburan di rumah pohon.
Yuki diam, Meika datang
memeluknya.
“Meika,
maafin Aku” isak Yuki saat Ia bisa menemukan gadisnya lagi-lagi menangis, Meika
menggeleng.
Beberapa
menit kemudian, Ewwin mengantar Meika pulang. hari itu sudah terlalu sore untuk
terus berada dikampus. Ewwin memberi Anpethamin
pada Yuki,
Dalam
dunia kedokteran sering dipakai sebagai obat penahan rasa sakit ataupun sebagai
bahan pembiusan karena bekerja langsung pada sistem saraf pusat. Efeknya dari morfin adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu dan
penglihatan kabur.
“Dia
akan baik – baik aja, kan ?”
Ewwin
diam di depan pagar rumah Meika. Cewek itu menghapus air matanya.
“Aku
nggak bisa bilang, iya” ujar Ewwin.
Gadis itu mengangguk, menahan air matanya dipelupuk.
“Cuma
heran, ternyata cinta mampu membuat Yuki. ingin menjalani hidup kayak orang
normal” lanjutnya. Meika membuang tisu ditangannya.
“Apa
menurutmu Yuki bisa berhenti ?” tatap Meika.
“Nggak
ada istilah berhenti, yang ada itu istirahat. Apalagi Yuki udah lama make. Kita Cuma bisa bikin Dia
mengurangi dosis aja”
“Istirahat
?”
“Iya,
tergantung Yuki bisa istirahat sejauh
apa. Kalo Dia bisa istirahat
selamanya dari narkoba, itu juga belum bisa disebut berhenti. karna masih sangat berpotensi
untuk make lagi” terang Ewwin.
Meika
mengangguk
“Aku
harap Yuki bisa istirahat selamanya, dengan begitu Dia bisa disebut berhenti make narkoba”
Ewwin
meliriknya sepintas.
“Kalo
boleh jujur, Beberapa hari yang lalu. Aku benci sama Kamu, Meika. tentang
perseteruan di depan fakultas ekonomi dan rapat himpunan tempo hari. Aku pikir
Kamu sama saja dengan teman – temanMu yang super Waaw itu. Tapi, ternyata Aku salah, Kamu beda Meika. Kamu punya
hati yang tulus, bahkan Kamu tetap jadi temen kita. Padahal Kamu sendiri tau
kan, begitu annehnya orang – orang
kayak Kita ini..”
“Bicara
apa, sih ? mendingan nggak usah
dibahas. Aku hanya melakukan hal yang seharusnya Aku lakukan, terus Kamu lebih
baik pulang ke secret saja. Temani
Yuki untuk Aku” kilah Meika, Ewwin tertawa renyah.
“Makasih,
udah jadi orang yang baik buat Yuki” ujar Ewwin.
Meika
ikutan tertawa. Ewwin menjulurkan tangannya.
“Friendship ?” tawar Ewwin.
Meika
memperhatikan jemari Ewwin dihadapannya, Ia tersenyum lalu menjamahnya erat.
“Sure !” angguk Meika.
~~~
Meika menggenggam erat gaun yang
sementara Ia gunakan dalam pemotretan, Perusahaan Papa yang membuatnya terus
menjadi model accecoris Mereka.
Padahal,
Meika nggak pernah mau jadi model.
Tapi, siapa yang peduli ? nggak pernah ada yang nanya ke Meika, Dia ingin jadi
apa.
“Hay, Meika ?” tegur seseorang.
Angin pantai mendesir lirih,
menerbangkan rambutnya yang tergerai. Meika menoleh
“Julian
?” tatapnya heran, Cowok itu tersenyum memamerkan keramahan, keramahan yang
tidak diharapkan.
“Ngapain
kamu kesini ?”
“Aku
kan anak client Papa Kamu, wajar donk Kalo Aku ada disini, Kamu dengar
mereka membahas tentang Kita ?”
Kening Meika mengekrut bingung.
“Maksud
Kamu tentang Kita, Apa ?”
“Pertemuan
malam itu, Orang Tua Kita ingin menjadikan semua ikatan jadi semakin erat.
Dengan penghubung Aku dan Kamu” terang Julian.
“Kita
dijodohin, itu maksud Kamu ?” tatap Meika gahar.
Julian
mengangguk
“Kurang
lebih begitu” ujarnya.
Meika spontan melirik Julian
sinis.
“Itu
hanya impian Kamu” tandasnya, kemudian Ia berlalu meninggalkan Julian di
pinggir pantai.
~~~
“Merasa
lebih baik ?” tatap Meika,
Yuki
menutup wajahnya dengan bantal,
“Aku
paling benci kalo sementara tidur di bangunin, Tau nggak sih ?” kecamnya, Meika tertegun.
“Aku
kemari karna khawatirkan Kamu. Tapi, apa yang Kamu bilang ? benci Aku bangunin
? Astaga..” Meika mengeluh.
Yuki
menutup makin banyak bantal ke wajahnya.
“Berisik
!! keluar saja sana” teriak Yuki.
“Fine ! Aku keluar ! Tega banget Kamu
sama Aku ! orang lain senang kalo pacarnya datang. Tapi, Kamu malah
kebalikannya !” ujar Meika geram.
“Tau,
ahk !!” Yuki membalikkan badannya membelakangi Meika. Gadis itu
menggeleng, Ia pulang.
Sepanjang perjalanan Ia tak
henti-hentinya mengutuk Diri, teriknya matahari membuatnya berhenti di sebuah shop coffe.
“Kamu,
Meika. kan ?” tatap seorang wanita
paruh baya.
Meika
mendongak.
“Tante ? dengan siapa kemari ?” ujar
Meika histeris, mendapati wajah Mama
Yuki di shop Coffe yang Ia datangi.
“Mama
baru pulang kerja. Tadi kesini bareng teman – teman kantor” terangnya, Meika
tersenyum.
“Kamu
nggak bareng Yuki ? Dia mana, ya ?”
“Dia
lagi tidur, Di secret” Meika merenggutkan wajahnya.
“Kalian
pasti berantem ?”
“Nggak,
ko”
“Bohong,
wajah kamu kelihatan sebaliknya” ujar Mama Yuki. Meika tersenyum.
“Aku
Cuma lagi males saja, Besok itu hari ulang tahun Aku. Tapi, kayaknya nggak ada
yang peduli, Ma” urai Meika kelu.
“Mama
peduli, besok kita buat ulang tahun Kamu” tawarnya.
“Hmm ?”
“Iya,
Kita bikin barbque di Panti Asuhan.
Nanti deh Mama yang siapin, Kamu
tinggal datang saja”
“Memangnya
nggak merepotkan ? mending nggak usah,
deh” kilah Meika.
“Apanya
yang merepotkan ? Kamu itu kan anak
Mama” pujinya, Meika tertegun. Tak mengira jika relationship yang terjadi di antara Ia dan Yuki, juga membuat
keluarganya ikut mengambil peranan.
“Terserah
Mama saja lah” Meika menyerah, Ia
meneguk capucino di atas meja. Sampai
sunset menciut di etalase, keduanya
masih berada di shop coffe.
~~~
Meika mengenakan blouse dengan mini rok seperti biasanya. Namun, kali ini Ia sedikit mengoleskan Hyper Stretch mascara untuk kesan makin feminism yang sering Ia tekankan.
“Kamu
sudah datang ?” tegur Mama Yuki sesaat Meika turun dari mobil. saudara-saudara
Yuki, mereka juga berada di taman belakang Panti Asuhan.
“Iya,
makasih ya Ma. orang tua Aku saja
kayaknya lupa sama hari ulang tahun anaknya sendiri” terang Meika kelu.
“Sudahlah,
duduk saja disana sama Yuki. Biar Mama yang handle
semuanya disini”
“Biar
Meika yang bantu bikin kue tart_nya”
“Memangnya
Meika tau ?”
Meika
tersenyum lalu tandas menggeleng.
“Nggak tau”
Mama
Yuki tertawa lirih, Ia mendorong Meika pergi di antara anak anak panti asuhan.
“Kakak,
ulang tahun ya ?” tatap seorang Anak
kecil, Meika mengangguk lalu mengelus kepalanya.
“Iya, Kalo kamu kapan ulang tahunnya ?”
“Nggak tau, Aku saja nggak tau orang tua
Ku siapa, apalagi hari lahir, ka”
Anak kecil itu tersenyum miris.
Meika
tertekan mendengarnya, Ia perlu untuk seribu kali bersyukur telah dilahirkan
dalam keadaan yang istimewa.
“Kalo
gitu, hari ini adalah hari ulang tahun Kita sama-sama, mau ya ?” tawar Meika, Anak kecil itu mengangguk lalu tertawa.
“Ada
yang punya teman baru” tegur Yuki, Meika menoleh.
Ia
berjalan ke kursi di taman belakang, matahari tak menyengat di hari yang nyaris
malam.
“Kamu
itu luar biasa, ya ?” ujar Yuki lagi
“Maksudnya
?” tatap Meika heran.
“Tentang
Mama Aku, pake mantra apa sampe bisa
bikin Dia-
sebegitu
sayangnya sama Kamu ?”
“Memangnya
waktu Kamu pacaran sama Detha, Mama Kamu nggak sebaik ini, ya ?” Tanya Meika balik.
“Baik,
sih. Tapi, nggak seperti ini.
kayaknya Kamu yang paling diistimewakan
kebanding Aku, padahal secara biologis
Aku itu Yuki anaknya, bukannya Meika”
“Yee,.. iri, ya ? makanya pelajari manajeman resiko” tandas Meika, Yuki
meringis.
“Soal
kemarin, Aku kasar sama Kamu. Aku masih berada dalam pengaruh morfin. Tapi, Aku janji akan berhenti
make Anpethamin saat butuh barang, Aku berusaha”
Meika
diam, menggigit bibirnya lirih.
“Ya, udah. Aku paham”
“Jadi,
Kita baikkan ?” tatap Yuki khawatir.
Meika
mengangguk, memancing senyumnya.
“Happy
birthday, ya ? wish U all the best, beibh. sorry, Aku nggak ngasih apapun ke kamu”
“Aku
nggak perlu apapun, Aku cukup bahagia” ujar Meika.
“Satu
hadiah yang bisa Aku bagi ke Kamu, adalah hal yang selama ini jadi milikku
satu-satunya. Yakni keluarga Aku. Kamu bisa menganggap mereka sebagai keluarga
Kamu juga”
Meika
menahan rona di wajahnya.
“Itu
seribu kali lebih berharga daripada Apapun yang selama ini diberi ke Aku, I can’t lie into my self, you always in my
mind” bisik Meika.
Sesaat Yuki mendekatkan
wajahnya, memperhatikan sisi gadis itu dari jarak yang Ia sukai. lalu mengecup
bibirnya perlahan, menetapkan hati tentang segala hal yang disebut orang
sebagai something like fate dalam fallink in love….
justice joke
***
“Tapi,
Dia bukan first kiss ku”
“Tetap
saja kan, rasanya bikin gelegar di
jantung, bisa meledak. trus jantungan..
trus sakit.. trus mati, deh” ujar Greel tertawa. Meika memeluk panda purple di ujung spingbed.
“Let see, Penjaga perpustakaan yang bakal
sikat Kamu, ntar” sindir Meika, Greel
memukulnya pake bantal.
“Udah
di sikat, di sambar, dipel atau
apalah”
“Serius
?” tatap Meika sangsi.
“Meragukan
kemampuanKu ? Kamu Cuma nggak tau aja”
ujar Greel dengan bangga, beberapa menit kemudian Handphone_nya berdering.
“Siapa
tuh ?” lirik Meika
“ini
Pacar Aku, Namanya Gio” terang Greel sembari memperlihatkan LCD Handphone_nya.
“Nah,
terus si Penjaga Perpus ? bukannya Dia juga Pacar Kamu ?” Meika bingung,
sementara Greel menahan tawanya.
“Iya, dua – duanya pacar Aku”
“What ? wah,.. parah ini anak” keluh
Meika
“Apanya
yang parah ? jalani dua sekaligus kan
bukan masalah, selama semuanya nggak ketahuan. Dua aja nggak cukup satu”
terangnya.
Meika geleng – geleng kepala, Ia
melempar bantal yang tadi di pukul Greel.
“Kamu
itu players, Greel”
“Nggak,
ko. Aku itu sebenarnya setia, Cuma
Aku sering lupa kalo udah punya pacar. Makanya, sering kejebak cinta banyak persegi” bantahnya,
“Ampun, nikmati sajalah yang bikin Kamu
senang. Aku bingung mau jelasin, soalnya Kamu yang lebih pintar”
“Asal
mampu adil, bagi waktu seefisien
mungkin” ujar Greel, Ia mengangkat alisnya berulang kali, membuat Meika
merinding.
“Memangnya
Kamu yakin bisa adil atas keduanya ?”
“Meika,
nggak akan ada habisnya kalo bicara soal keadilan. Karna, itu bukanlah hal yang
terlihat. Tapi, hal yang dirasakan. Lagian Aku nggak pernah mengaku adil, karna
nggak ada keadilan yang sesungguhnya di peradilan manusia” terang Greel
Ia mulai sibuk dengan waterproof eye make-up remover, sebuah glycerin pembersih rias wajah.
“Mulai
deh.. menertawakan keadilan. cari
alasan buat lari dari topik, biar nggak diceramahin” tandas Meika.
Greel
tertawa
“Yah, maklumilah” ujarnya.
Meika menekan enter untuk NB yang di kasih modus sleep
oleh Greel di atas lipatan bedcover_nya.
“Nggak
pernah online sejak Aku marahan sama
Yuki, sekarang waktunya untuk say hay
dunia maya”
“Aku
udah temenan sama Detha guid-able
Anggara, lihat kronologi Aku, deh”
terang Greel dari depan cermin.
“Buat
apa ? Dia udah ganti nama Twitt
belum, ya ? Aku pernah adu mulut sama
Dia soal itu”
“Apa
katanya ?”
“Nothing, Cuma kayaknya Dia mulai menciut
saja. Dia nggak pernah lagi negur atau cari masalah sama Aku, kalo Aku ke secretnya” ujar Meika bangga.
Ia men-search twit Detha dan namanya sudah berubah, Meika menjerit geram.
“Dia
malah Cuma nambahin namanya sama julukan Still,
what the fÜÜk
!!” Maki Meika.
Greel
spontan menghampiri, Ia harus mengamankan NB_nya
dari Meika. sebelum cewek moody itu
ngamuk ngamuk dan
berniat
membanting NB miliknya.
“Detha
StillGuidAble Anggara” baca Greel di
layar NetBook.
“Memang
susah, ya ? bicara sama orang yang
nggak ngerti bahasa Indonesia, kayaknya lain kali Aku harus pake bahasa
isyarat, deh. Buat si parasitisme ini” keluh Meika.
Ia membanting dirinya di samping
Greel, lalu membuang panda purple yang
sedari tadi dipeluknya ke lantai. Greel tak berniat berkata – kata, berhubung
Meika itu paling susah mencerna ceramah kalo hatinya lagi kebakaran.
“Cinta
itu rumit” bisik Greel
“Iya. Tapi, kayak nggak ada cowok lain,
Dia kan cantik, yah.. lumayanlah.
seharusnya pintar kan buat move on”
“Shoot ke piramida Bermuda” tawar Greel
“Terlalu
bagus, mendingan ke Neverland biar
Dia bisa pacaran sama PeterPan”
gunjing Meika.
Greel mengangguk, seakan Dia
ngerti bagaimana berkobarnya api didalam benak temannya.
~~~
Kilauan sunset selalu menjadi masa keduanya bisa bersama, sekan diwaktu
seperti itu seseorang menjadi sangat indah untuk terus jadi tatapan.
“Aku
nggak mau pergi sosialisasi ? Meika, itu akan jadi topik yang cukup menarik”
“Kalo
Kamu cinta ke Aku, nggak usah pergi. ya
?” pinta Meika
Yuki menggeleng.
“Aku
nggak pernah mikir kalo cinta itu bisa bikin Aku mengkhianatin himpunan”
kecamnya.
Meika
merunduk
“Bukan
begitu, Aku Cuma ingin Kamu sosialisasi
di dalam kota saja, nggak usah keluar kota” terang Meika kelu
“Nggak
mungkin Meika, Aku loyal ke teman –
teman Aku. Aku pasti pergi” ujar Yuki.
“Selalu
utamakan teman, terus saja begitu. Aku memang nggak bisa pegang peranan yang
lebih penting di banding teman Kamu. Lagian, ini suka sukanya Kamu bisa sosialisasi keluar kota, biar terus
dekat sama Detha kan ?”
“Astaga,
Meika.. Kamu ini kenapa, sih ?” tatap
Yuki dramatis.
“Jangan
bikin nada penekanan sama Aku !!”
“Aku
bahkan belum ngomong apapun”
Meika merenggutkan wajahnya, Ia
membuang bantal yang mengahalangi duduknya di rajutan bamboo di bawah rumah pohon.
“Aku
nggak ingin meninggalkan mereka hanya demi cewek. Justru Aku bikin agar
keduanya dalam posisi yang sama, yakni sama ukuran perhatian Aku untuk Kamu
juga untuk teman…” terang Yuki, Ia meminta pengertian lagi.
“..bukannya
milih teman, Meika. Tapi, Aku berusaha agar kalian berdua itu seimbang dalam
hidup Aku. Aku harap Kamu mengerti” lanjutnya, Yuki menunduk.
Meika tetap berdiri
membelakanginya, seakan bagian evil
dalam dirinya enggan berbagi.
“Aku
ngerti, ko” Meika mengalah, Ia
menjamah jemari Yuki.
“Memangnya
kali ini, sosialisasi apa ?” tatap Meika
Yuki
tersenyum, setelah banyak hal yang mereka lalui. Gadisnya itu terlihat jauh
lebih dewasa, tidak seperti ketika mereka menjalani segala sesuatunya di
awalan.
“Sosialisasi
tentang
a la environmentalist. lagi gencar
gencarnya sekarang kita buat orang sadar untuk mencintai lingkungan”
“Kegiatannya apa, aja
?”
“Banyak, Tapi. Kita
lebih ke yang paling simple, seperti hari bersepeda
dan penanaman seribu pohon”
Meika mengangguk
“Pencinta alam atau penikmat alam, itu beda. ya ?”
“Tentunya, Selama mereka masih bisa
menikmati keindahan alam, mereka tidak akan peduli akan nasib alam..” terangnya
“..
Kalo cinta kan spesifikasinya lebih ke menjaga” tutup Yuki.
“Gitu,
ya ? Alasan kamu pertama kali gabung
ke Mapala, karna memang cinta lingkungan ?”
Meika melirik sepintas.
“Awalnya
sih, bukan. Cuma ikut-ikut senior
saja, cari tempat gabung yang asik. Tapi, otak Aku kebuka begitu kenal sama Soe Hok Gie” jawab Yuki
“Siapa
Dia ? ketua Mapala ?” tatap Meika
dramatis.
Yuki
tertawa renyah, Ia menghamburkan fony Meika.
“Bukan lah,… Soe Hok Gie itu seorang demonstran ternama yang pertama kali
mengenalkan Konsep pecinta alam” terangnya, Meika tersenyum renyah.
“Ooohh.. Aku baru pertama kali dengar
ini”
“Aku
punya film-nya, Kalau kamu mau”
“Kayak
Dokumenter, ya ?”
“Lebih
keren seribu kali dari dokumenter,
pemainnya saja Nicholas Saputra” tawar Yuki.
“Boleh
juga, Aku transfer flash saja. ya ?”
Yuki
mengangguk.
“Mencoba
menyukai hal yang Aku minati ?” tatapnya heran.
“Memangnya
masih ada pasal senior-junior yang
melarang ?”
“Nggak,
Aku Cuma suka dengan beberapa pengertian Kamu yang makin dewasa ini, sepertinya
Aku berhasil bikin bakat Kamu keluar” ujar Yuki diselingi tawa.
“Belum
berhasil, Aku masih setia ke himpunan Ekonomi. ko”
“Loyalitas,
nih yee” goda Yuki.
“akhir
akhir ini, beberapa orang di akun twitter
mulai menggeborkan tentang menjaga lingkungan hidup”
“Iya, soalnya bumi lagi diserang makhluk climate change. Alias Pemanasan global”
Meika
tersenyum.
“banyak,
ya ? orang yang hanya mau menikmati
alam tanpa mau menjaganya”
Yuki
mengangguk, Meika menyandarkan kepala di pundaknya, merebahkan banyak keluh
kesah disana.
“Boleh
bertanya satu hal, nggak ?” tatap
Meika sangsi.
“Mau
bikin kesimpulan tentang Aku, ya ?”
“Nevermind, Cuma ingin meminta
pengecualian”
“Tentang
Apa ?” Yuki meliriknya serius.
Meika menahan nafas panjang,
menelusuri susunan pertanyaan yang sudah Ia siapkan dari jauh hari.
“Apa
menemuiku di depan kelas masih hal yang tabu, buat Kamu ?” tanya Meika.
Yuki
diam, Ia membuang wajahnya.
“Sejak
Anak Mapala berselisih paham dengan Anak ekonomi, Kamu nggak pernah mau ketemu
Aku didepan kelasKu. selalu Aku yang ke Secret
Kamu. Aku Cuma mau tau, Kenapa ?”
lanjut Meika.
Yuki menekan tatapannya beberapa
detik sebelum akhirnya menatap Meika sekilas.
“Siapa
yang berselisih paham ? Anak ekonomi ko,
yang cari masalah, sama Kita” kecam Yuki
“Aku
nggak bahas siapa yang salah disini, Aku Cuma ingin Kamu satu kali saja, jemput
Aku di depan kelasku”
“Buat
apa ? supaya temen – temenmu bisa
sibuk menilai Aku, iya ?” kilah Yuki
geram.
“Kenapa
kamu berpikir seperti itu ?”
“Kamu
tanya kenapa ? tanya saja sana sama teman teman kelas Kamu. Aku masih dengan real ingat apa yang pernah mereka bahas
tentang Aku, Aku ini punya hati. Meika. rasanya nggak enak dikata katain” kecam
Yuki lagi.
“Sejak
kapan Kamu peduli tentang apa yang mereka katakan, perasaan sebelum pacaran
sama Aku, kamu dengan bangganya masih berpenampilan kayak gini”
“Iya. itu dulu sebelum kenal Kamu. Tapi,
itu akan jadi risih begitu ada yang sadari tentang pentingnya menjaga cover. teman teman Kamu kan paling tau
bagaimana menangani yang satu itu”
“Tapi,
sekarang Kamu jauh lebih rapi. Kamu itu pacar Aku, nggak peduli apa kata orang.
memangnya yang bisa bikin Kita bahagia itu, Mereka ? bukan ! Bahagia itu Kita
yang ciptain Bukan mereka” ujar Meika.
Yuki menatapnya prihatin.
“Kamu
itu, jauh lebih keras kepala dibanding Aku.
ya ?”
“Aku
kan udah bilang, Aku itu duplikatnya Kamu. karena Kamu yang ajar
bagaimana caranya mengeluarkan bakat dewasa”
Yuki
tersenyum, Ia memiliki lebih banyak
pertanyaan di bandingkan Meika. tentang semua hal, tentang kepastian. Tapi,
mengurungkan pertanyaan rasanya lebih gampang, daripada mendengarkan
pengertian.
“Sebenarnya
Aku lebih khawatir ke Kamu” ujarnya
“I’m really well. Don’t worry with anything”
kecam Meika.
“sure ?”
“iya
lah, Kamu udah jauh lebih baik. Kamu
nggak pernah mabok lagi, udah
berusaha berhenti make, udah gunting
rambut buat Aku. Tinggal sedikit pake kemeja dan celana yang nggak robek-robek
kayak gini, pasti kelihatan sempurna” tunjuk Meika
“Aku
suka celana kayak gini, adem” kilah
Yuki
“Memangnya
waktu Kamu masuk kelas, Dosen nggak marah. ya
? ada mahasiswa yang penampilannya kayak
gini ?”
“Nggak,
tuh. Dosen_nya kan Gaul, Kayak nggak
pernah muda. aja” Yuki membakar rokok
lalu menghembuskannya pelan.
“Kalo
rambut gondrong ?”
“Yang
kuliah kan otaknya, bukan rambutnya” Ia tersenyum.
“Kamu
itu rock and roll banget, sih”
“Iya ? Aku juga ngerasa gitu, akhirnya
ada juga yang ngakuin”
“Jadi,
bangga ?” tanya Meika.
“Pastinya.
Apalagi, itu Pacar Aku yang bilang” Yuki tersenyum, Ia membuka jendela perlahan.
“Meika,
Kamu bahagia sama Aku ?”
“Bahagia”
jawab Meika datar
Yuki menatapnya lalu duduk
dengan tenang.
“Aku
nggak bisa kasih Dunia buat Kamu. Tapi, Aku akan berusaha mengamankan Alam.
Agar Kamu bisa tetap sehat hidup di Dunia..”
ujar Yuki.
Meika
tersenyum lirih.
“..Aku suka, tiap kali Kamu tersenyum.
Aku suka waktu Kamu marah, nangis, ketawa ataupun berdebat sama Aku. Hidup
kayaknya jadi rame..” lanjutnya.
“..Suatu hari nanti, Kalo Kamu udah
nggak bisa sayang lagi sama Aku. Aku yakin Aku akan tetap ingat Kamu, atau jika
Kita akhirnya bukan lagi couple, Aku
harap kita masih bisa jadi partner”
tutup Yuki.
“Kamu
bicara apa, sih ? Selama kita jadi couple, Kita juga masih bisa jadi partner…
…
Asal kamu nggak cari-cari trouble
sama Aku, aja” ancam Meika.
Keduanya tertawa renyah, Ia
menekuk lututnya. mematikan dingin yang sering dibagi angin ke celah rumah
pohon.
~~~
“Mau
sampai kapan, Kamu menghindari Aku ?”
Julian
menjadi orang pertama yang bisa Meika temui dirumah. Ia duduk dengan arogan di sofa, seakan ini rumahnya.
“Ngapain
kamu kemari ?” tatap Meika kelu
“Menurutmu
untuk apa ? massa mau ketemu ka’ Key ? ya
pasti mau ketemu Kamu, lah” ujar
Julian santai, Ia berdiri menghampiri Meika di anak tangga.
“Ada
perlu apa, lagi ?”
Julian
tertawa renyah
“Kamu
sekarang jadi sok banget sama Aku, ya ?” ujarnya
Meika
diam
“Kamu
jangan pura – pura lupa, Kita itu pernah pacaran. Kita pernah saling cinta dan
segala hal yang pernah kita lakukan bukan hanya sekedar pelukan dan ciuman”
lanjut Julian.
Meika
menatapnya kecut.
“Syit ! itu tujuan kamu kemari ? gak ada
gunanya, anggap saja dulu Kita pernah cinta. Dulu Aku buta, sampai akhirnya
nggak bisa liat kalo Pacar Aku itu seorang Lucifer”
“Lucifer ini yang pertama Kali
mendapatkanMu” sindir Julian
Meika memperhatikan sekeliling,
berharap tidak ada seorangpun yang mendengarkan Mereka.
“Aku
harap waktu itu Kamu hamil. Karna Aku bisa memastikan kalo Akulah bapak dari
Anak itu” kecam Julian
“Jangan
bicara lagi, bisa ?”
“Bisa,
asal Kita balikan” ujar Julian, Ia tersenyum singkat.
“Kalo
Aku nggak, mau ?”
Pertanyaan Meika, membuatnya
geram.
“Memangnya
Kamu merasa pantas, untuk dicintai oleh orang lain ? Kamu itu udah nggak ada
harganya”
“Aku
nggak butuh label harga, Aku juga
nggak merasa pantas. Tapi, Aku tau kalo Aku berhak dicintai sama orang lain,
dan itu nggak salah..” ujar Meika, Ia
berusaha keras menahan air matanya.
“..Aku
harus hidup, disaat Aku nggak harus mati. Orang kayak Kamu, Cuma tau
menyalahkan. Padahal Kamu yang buat kesalahan..” lanjutnya
Julian
menggigt bibirnya sendiri
“Aku
tau, Kamu pasti menolak. fine ! Aku
yang salah, Aku juga tau kalo mengatakan maaf pun nggak akan bikin Kamu balik
sama Aku. Aku masih sayang sama Kamu, Aku nggak tau harus bagaimana lagi..” ujar Julian, Ia merunduk bingung.
Sesaat Meika malah menjatuhkan
air matanya, Julian ikut menangis.
“..Aku nggak ingin merasa bersalah, itu
sebabnya Aku nggak mau ngaku kalo Aku yang salah. Aku datang buat menebus
kesalahan Aku. Tapi, kayaknya Aku nggak bisa bikin Kamu yakin. Orang tua Kita,
sudah menyusun tentang pertunangan Kita. Mungkin Kamu nggak tau soal ini. Tapi,
terserah Kamu, Mau terima itu atau nggak” tutupnya.
Julian berlalu meninggalkan
Meika di anak tangga. Meika tau Julian itu cukup baik, Ia hanya mengikuti apa
yang menurutnya benar. Sampai nggak bisa membedakan mana yang akhirnya bisa
membahagiakan ataupun malah menyakiti Orang lain.
reckless
pleasant
***
Ka’
Key mengetuk pintu kamar Meika berulang kali.
“Kenapa,
ka ?” tatapnya
“Kamu
yang kenapa, ini jam makan malam. Kenapa dari tadi nggak keluar kamar ?” kecam
Key.
Meika berlalu ke kamarnya,
memaksa Key ikutan masuk. Ia duduk di pinggir spingbed.
“Nggak
laper”
“Lagi
ada masalah, ya ?” tatap Key khawatir
Meika
menggeleng “Nothing”
“Kamu
nggak kelihatan baik – baik saja”
Key terus memperhatikan, Memaksa
Meika menoleh.
“Kakak
tau nggak, apa yang sementara di bahas Papa sama Mama ?” tanyanya
“Maksud
Kamu ?”
“iya, ini tentang om Hundy dan anaknya”
“Oh, pertunangan kalian ?” ujar Key,
seakan kabar itu sudah lazim. Meika
tertegun.
“Kakak
tau soal ini ? kenapa nggak kasih tau Aku, sih
?!”
“Kakak
pikir Meika udah tau, bukannya kalian memang pacaran ?”
“Iya. Tapi, itu udah lama. sekarang nggak
lagi” terang Meika
“Waah, bisa jadi jembatan CLBK, donk” godanya
“Nggak
lucu ! Aku udah nggak suka sama Dia, ka” keluh Meika, Key menghentikan tawanya.
“Memangnya
kenapa ? Julian anaknya baik, ko. Dia
akrab juga sama Kakak” komentarnya.
“Meika,
terlanjur sakit hati. ka”
Key
mengangguk
“Berarti
jadi masalah, donk”
“Ya iyalah, Julian yang nyakitin Aku”
ujar Meika.
Key mengangguk angguk lagi,
seakan Ia paham apa yang membuat Meika nggak nafsu makan.
“Menurut
Kakak, Papa mau nggak ya ? batalin
pertunangan Aku sama Julian ?” tatap Meika dramatis.
“Nggak
gampang”
“Itu
Dia masalahnya” keluh Meika
“Lagian,
Om Hundy itu client Papa. Papa pasti
terpukul sekali kalo dengar Kamu nolak, itu akan ngefek ke perusahaan”
Meika diam, Ia bisa saja
mendadak depresi karna semua tuntutan ini. Bagaimana dengan Yuki ? apa yang
akan terjadi dengan semua impian mereka, Ia tak mau memikirkan segalanya dalam
sepaket.
“Tapi,
Papa pasti ngerti kalo Kamu nolak karna udah punya pacar” lanjut Key
“Meika,
sebenarnya udah punya pacar. sih”
Key
menoleh
“Yang
benar ? bagus donk. Kalo Meika punya
pacar, Papa pasti nggak akan maksa – maksa Meika bertunangan sama Julian”
terangnya.
Meika
mengangguk, Ia tersenyum lirih.
“Menurut
Kakak, begitu ?”
“Ya iyalah, Cinta itu nggak bisa di
paksain. Papa paling ngerti tuh soal
Cinta” Key menahan tawa.
Meika
tersenyum, Ia sempat lega kalo Papa memberi konswekuensi
seperti itu. Tapi, Kalo Papa tau pacar Meika masih anak kuliahan juga, itu yang
akhirnya jadi boomerang.
“Makasih, ya. Kak” ujar Meika
“ya
udah, kenalin gih Pacar Kamu ke Papa.
Trus bilang kalo Kamu nggak mau di jodohin sama Julian, Papa pasti ngerti”
Meika
mengangguk.
“Kita
makan, yuk ?” tawarnya
“Iya,
deh” Meika menyerah.
~~~
“Ya tinggal kenalin, aja” aju Greel
“Kamu
enak, tinggal ngomong kayak gitu.
yang mau dikenalin ini yang susah” gerutu Meika.
Greel menoleh, Ia menyiram susu
ke cerealsnya.
“Kenapa
?”
“Aku
belum bilang masalah ini ke Yuki”
“Ya, tinggal bilang aja. Apa susahnya sih
ngomong”
“Kalo
Yuki nggak mau datang ke rumah Aku, gimana ?” tatap Meika khawatir.
“Artinya
Dia nggak sayang sama Kamu”
“Ko, gitu ?” Meika tertegun
“Kan
Kamu mau di jodohin sama Julian, Kalo Dia nggak mau ngaku sebagai pacar kamu ke
Bokap. itu artinya Dia nggak serius sama Kamu., Lagian semua ini bagus, ko. Sekalian cari tau aja, Yuki itu sebenarnya serius nggak sama Kamu” terang Greel, Meika
merunduk lesu di kursi.
(bersambung ke Part 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar