Magnanimous Kaktus part 1



Matriculation
***
                Matriculation adalah istilah lain untuk menyebutkan penerimaan masuk sebagai mahasiswa baru, beberapa preparation untuk menyambut mereka telah dipersiapkan oleh pihak Universitas.
Meika Canaya, gadis itu mendera berbagai macam kerepotan untuk Ospek Kampus.
“Kenapa senior selalu melakukan ospek untuk Junior yang baru masuk Universitas, itu sangat menyiksa” keluh Meika di tengah - tengah kumpulan tutup botol, Ia mengikatnya ke dalam tali raffia, sebagai kalung dan bel bergerincing di ikat pinggangnya.
“Lihatlah semua ini.  kalung dari tutup softdrink, ikat pinggang bergerincing, topi dari pot bunga dan rumbai rumbai berwarna. Aku merasa sedang mempersiapkan diri menjadi orang gila” lanjutnya lagi.
                Andai saja Kedua orang Tua Meika, memperbolehkannya untuk hijrah ke Perth. tentu gadis itu tak perlu mengalami masa orientasi seperti ini di Universitas dalam negri.
“Kau terlalu banyak pengeluhan, lakukan saja seperti yang tertulis di pra ospek, itu akan membantumu mendapatkan Sertifikat ospek untuk menghadapi KKN kelak” tandas Key.
                Kakak cowoknya yang juga tengah menjalani rutinitas di bangku kuliahan, Key mengambil jurusan Biologi. Ia akan menyandang sarjana pendidikan sebagai hasilnya.
Kampus yang sementara Ia duduki, juga adalah Kampus yang akan Meika, adiknya. Masuki beberapa hari lagi.
                Key sementara menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa binaan, hari ini adalah kesempatannya untuk pulang, menambah persediaan makan diposkonya.
“Kau akan segera ke Desa lagi ?” Meika menahan lengannya, Key adalah cowok paling anneh yang pernah Meika kenal, kakaknya itu selalu menghabiskan waktu bersama temannya, ketimbang bersamanya, Ia merasa sempat kehilangan Key selama KKN berlangsung.
“Aku mengambil 5 liter beras di Ricestoskers, titip salam buat Mama, ya ?” Ia berlalu setelah mengacak – acak rambut Meika, mengendarai motornya ke sebuah tempat dimana Ia harus bertugas.
“Dia bahkan tak membantuku mempersiapkan preparation ospek-ku” keluh Meika, membuatnya kembali berkutat dengan barang – barang anneh yang harus digunakannya saat Ospek Universitas berlangsung.

~~~

“Kau ! berlari ke arah sini” seorang Senior berteriak ke arah Meika yang berjalan dengan santainya.
“menyuruhku berlari, Dia pikir Dia siapa” kecam Meika geram. Dia Nampak begitu lemas, ini pertama kalinya Ia harus bangun jam 6 pagi hanya untuk dikerjai habis habisan.
“Kau ! tidak dengar ? Aku bilang berlari ke arah sini !” teriak Cowok itu lagi, Meika memaksakan langkah lunglainya untuk berlari sebelum Dia dibentak – bentak lagi.
“Apa Kau tidak dengar tadi Aku berteriak padamu ?” cowok itu memandang sinis, dengan wibawanya yang diolah – olah sebagai seorang Senior.
“Aku dengar” jawab Meika lirih
“Jangan menyahut ! berani ya ?” gertak Seniornya lagi.
Meika menelan ludah
“Jangan membentak, kalau tidak ingin dijawab maka jangan bertanya” keluh Meika.
Senior itu memperhatikan wajahnya dengan dekat.
“Ucapkan peraturan Ospek” gertaknya
Meika membuang nafas kesal, Ia tahu kenapa Ia dimarahi seperti ini, Senior tidak boleh dibantah.
“Peraturan pertama, Senior tidak pernah salah..” ucap Meika lemas. Cowok itu tersenyum.
“benar, terus ?” tadahnya
“Peraturan kedua, Jika Senior salah maka kembali ke peraturan pertama” tutup Meika geram.
“Jadi, sudah tahu kan apa artinya ? oleh karena itu jangan membantah !!” Senior dihadapannya memasang wajah lebih gahar. Meika menciut, Ia tak pernah di marahi orang sebelumnya, Ia tak dapat menahan air matanya jika diperlakukan sekasar itu.
“hukuman, pertama ! karna datang lambat 15 menit dari yang seharusnya..”
Meika hendak komplen “Tapi, Aku..”
Senior tidak pernah salah !” tandas Cowok itu, Meika mengunci bibirnya seketika.
“Kedua ! tali raffia_nya tidak berwarna putih..”
Meika menatap lirih
“Tidak ada dijual tali raffia berwarna putih, ka”
“Ada ! apa perlu Ku ingatkan peraturan ospek bagi Senior ?” tatap cowok itu tajam, Meika menggeleng.
“Nggak perlu, ka. Aku masih ingat” keluhnya.
“Ketiga ! terlalu memandang enteng Senior” tambah Cowok itu lagi, Meika menelan ludah, baru satu pagi dihari pertama, Ia telah di judge dengan 3 kesalahan sekaligus.
Wah, bagusnya kasih hukuman apa ya ? subuh subuh begini, bagusnya di suruh nyanyi saja” ujar salah satu cewek teman Senior Cowok itu.
Meika merunduk malu.
“Kau ! naiklah di atas trotoar lalu bernyanyi untuk Kami” teriak cewek itu dengan tampang di paksa ber_macho ria. gunanya tentu untuk menaklukan lawan.
“Tapi, Aku nggak bisa nyanyi, ka” keluh Meika gemetar.
Ia lebih takut sejak banyak Senior mulai memperhatikannya di taman Kampus, seakan Ia akan membuat sebuah pertunjukan.
“Nyanyi saja, tidak mau ? Apa harus ku suruh jalan jongkok ?” tadah Cewek itu lagi, Meika menggeleng, air matanya jatuh.
Ia merasa sangat dipermalukan di tengah tengah orang.
“Baiklah, menyanyi saja, Kami menunggumu” terek Senior yang lain, Meika makin gugup di teriakki banyak orang.
“Nyanyi ! nyanyi ! nyanyi !” gemuruh yang lain.
Meika ketakutan, Ia menggeleng semampunya.
“berhenti !” teriak Senior Cowok yang tadi memberinya 3 kesalahan, Semuanya langsung hening. tak seorang pun yang menyuruh Meika menyanyi lagi.
“Berikan hukuman yang bernilai, bukan untuk mengerjainya” protes cowok itu, Meika tertegun, Ia merasa tertolong, Ia mulai berani mengangkat wajahnya sembari menghapus air matanya dengan cekatan.
“Kau !” tunjuk cowok itu pada Meika.
“Katakan padaku tridarma perguruan tinggi” ujarnya lagi.
Meika mengangguk. Ia menjawab dengan terbata – bata.
“Ingat ini, Senior memang tidak pernah salah. Tapi, berusahalah untuk terlihat pantas disebut tidak bersalah” kecam Cowok itu ke teman temannya.
Meika menatapnya terharu.
“Ia seperti sedang menyelamatkanku..” puji Meika dalam hati, Ia berusaha penuh menemukan nama di card Id panitia yang Cowok itu gunakan.
“Namanya,.. Yuki ?” ujar Meika lirih, membuatnya tersenyum. Ia sempat berpikir jika cowok itu Nampak gahar. ternyata Ia lumayan memiliki hati yang lapang dan karisma yang bijaksana.
Meika tersenyum, mengenali rasa kagum dalam hatinya.
~~~

                Beberapa hari setelah ospek selesai, Meika mulai menyiapkan Kartu rencana Studi (KRS) di Biro fakultas. Ia mengambil jurusan Manajement Keuangan, sebagaimana Ia pernah sangat menggeluti Akuntansi di Vocational High schools tahun kemarin.
“Meika ?” tegur seorang gadis di koridor Admawa. Meika spontan menoleh dan menemukan wajah familiar di sampingnya.
“Greel ?” tatap Meika tak percaya.
“kau mengambil universitas yang sama denganku ?” tatap gadis itu, Greel dan Meika adalah dua gadis yang bersahabat sejak Junior High Schools di Leep Sent sekitar 3 tahun yang lalu, keduanya tak punya kontak lagi.
“Aku tak percaya ini, Aku sangat senang Kau disini, Greel” mereka berpelukkan dengan girang di koridor.
sampai semua pasang mata memandang dengan heran.
“Aku pikir Kau ke Perth ?”
Meika menggeleng
“Mama dan Papa nggak ngizinin, apalagi ka’ Key.. tahu sendirikan ? Aku anak cewek dan adik satu – satunya. Jadi, mereka super protektif sekali” keluh Meika.
Greel tertawa renyah,
“Setidaknya Kini Kita bisa bertemu, setelah 3 tahun lamanya, Kau tak pernah ke Leep Sent sejak kelulusan JHS kita” Greel balik mengeluh, Meika tertawa.
“Oh, ayolah.. Aku harus pindah kota karena pekerjaan Papa, By the way, Kamu ambil jurusan apa ?” Meika meraih KRS milik Greel.
“Manajemen keuangan, kalau kamu ?”
Wah, sama Greel ! Aku juga ambil itu, bagus,… Kita bisa selalu bareng ke Kampus” Meika Nampak bersemangat.
“Benarkah ?”
Meika mengangguk, “Kamu nggak tinggal di asrama kampus, kan ?” tatapnya curiga. Greel menggeleng dengan pasti.
“Nggak ! Aku tinggal di cempaka street, Aku menetap bersama keluarga adik Ibuku”
“Aku akan selalu menjemputmu, Greel. rumahku hanya beda 3 block dari lorongmu”
Meika tertawa, Greel mengangguk, keduanya sibuk menuju Biro untuk konfirmasi Penasehat Akademik.
Seseorang berlarian memegang map map snelhecter, menabrak Meika di koridor admawa.
“Maaf” ujar cowok itu, kemudian Dia melanjutkan langkahnya untuk berlarian dengan segala kerepotan.
“Itu kan, ka’ Yuki ?” ucap Meika lirih.
“Siapa ?” tatap Greel heran.
Meika menoleh,
“Kau tahu, Aku pernah menangis saat Ospek Universitas berlangsung, Aku dikerjain habis habisan, disuruh menyanyi pula, Kau tahu kan betapa takutnya Aku jika digertak. karna tak pernah ada yang berkata kasar padaku sebelumnya, Dan Kau tahu Apa yang terjadi selanjutnya, Greel ?” potong Meika, seolah Greel menjadi begitu penasaran.
“Lalu ?” tatapnya ingin tahu.
“Cowok itu, Dia salah satu Senior yang menjadi panitia ospek, namanya Yuki, Dia menyelamatkanku, Dia memarahi beberapa Senior yang tengah mengerjaiku, lalu Aku berhenti menangis, bukankah itu so sweet ?” kenang Meika.
“Lalu, apa Kau tersentuh ?” Greel Nampak tak yakin.
“Aku bukan hanya merasa tersentuh. Tapi, Aku pikir Aku mulai menyukai Ka’ Yuki, Greel” Meika menerbangkan rambutnya yang panjang.
“Kau memang selalu mudah tersentuh, anak manja sepertimu” keluh Greel.
“Tapi, Aku serius” Meika memasang wajah, penuh dengan ekspresi keyakinan.
“Aku harap Kau tidak serius” sanggah Greel khawatir.
“Memangnya kenapa ? Dia sangat tampan” puji Meika. Greel memandangnya dengan gelisah.
“Apanya yang menurutmu tampan ? lihat saja yang Ia kenakan, Ia menggunakan celana yang robek robek di bagian lutut, apa itu gaya seorang mahasiswa ?” Greel mengomentari, Meika memanyunkan bibirnya lalu tersenyum manja.
“Menurutku itu keren” sanggahnya
“Meika, coba perhatikan rambutnya yang gondrong, apa itu terlihat tampan ? Aku yakin ada banyak serangga dalam kepalanya, sangking banyaknya sampai sudah berturun temurun dan membuka peradaban. Dia juga terlihat kotor, Aku yakin Dia bukan mahasiswa” komentar Greel terdengar sangat menyakitkan.
“Kau harus memperhatikannya baik baik, Dia memiliki hal yang orang lain tak miliki” kilah Meika
“Apa ?”
“Dia berkharisma” Meika tersenyum bangga. sementara Greel masih tak percaya jika Gadis yang begitu modis disampingnya ini memiliki selera yang anneh.
“Terserahlah. Tapi, jangan coba – coba untuk bermain hati dengannya, Dunia kalian terlihat jauh berbeda” kecam Greel.
“Berbeda apanya ?”
“Kalau mau di definisikan, Kamu sama cowok itu, siapa namanya ?” Greel merunduk.
“Namanya Anggara Yuki, panggilannya Ka’ Yuki. namanya sangat indah” puji Meika sambil tersenyum kerindangan.
Greel terjijik jijik melihatnya.
“Jadi, Definisinya adalah Bidadari dilangit ke tujuh dan peri tanah di lapisan bumi ke tujuh” kecam Greel.
“Apa Aku sebagai bidadarinya ?” tatap Meika
Greel mengangguk.
“Iya, Kau sangat feminism, modis, stylis, fashionista, popular dan Kau memiliki group fanster yang menyukaimu. Sementara ka’ Yuki ? lihatlah Dia, Dia gondrong, celananya robek robek dan nggak terlihat seperti manusia pada umumnya. Dia benar benar Peri tanah di lapisan bumi ke tujuh” ujar Greel.
Meika mencembutkan wajahnya.
“Maaf, Meika. Tapi, itu kenyataannya” Greel spontan merasa bersalah, saat melihat Meika yang ceria berubah menjadi beriak wajah sedih.
Meika adalah cewek paling Moody yang pernah ada, Dia bisa tertawa dengan mudah, marah dengan mudah, tersenyum dengan mudah dan menangis dengan mudah.
Dia selalu dengan gampang dapat mengekspresikan hatinya melalui raut wajah.
“Aku pikir, ka’ Yuki adalah Peri tanah tertampan yang pernah Tuhan ciptakan” puji Meika, Ia lalu tersenyum dengan ceria.
“Oh, terserah padamu sajalah__” Greel patah semangat,
beberapa kalimatnya tak membuat gadis itu, melunturkan rasa kagum dihatinya.
meski Greel berharap, tentunya rasa yang dimiliki oleh Meika hanyalah rasa kagum semata.

~~~

“Kalian Bisa mencari beberapa referensinya di litelature lama, sebaiknya kunjungi beberapa blogger internet terkait masalah ini atau mendatangi perpustakaan. Disana ada contoh pencatatan perusahaan manufactureexplain Dosen di depan kelas.
                Beberapa hari setelah pengurusan KRS, akhirnya__
Meika dan Greel bisa memasuki kelas pertama mereka di jurusan Manajemen Keuangan.
“Apa yang Kau lakukan disini ?” tegur Greel.
Meika tengah asik berdiri di koridor admawa tempat Ka’Yuki pernah menabraknya. kelas berakhir sebelum jam 10 pagi.
Jadi, Disinilah Meika berada.
“Jangan bilang, Kau berniat bertemu dengan Peri tanah” tuding Greel, Meika tersenyum haru.
“Bagaimana tebakanmu bisa setepat itu ? Kau sangat luar biasa” puji Meika sampai matanya berkaca – kaca.
Greel membuang nafas panjang.
“Kau adalah orang yang terlalu gampang dibaca” jawabnya ketus, Meika tertawa renyah.
“Aku ingin berterima kasih pada Ka’ Yuki tentang kejadian di hari saat Dia mengospekku. Karena saat itu, Ia juga tengah menyelamatkanku, bagaimana Aku bisa lupa untuk berterima kasih padanya waktu itu, apa karna Aku terlalu gugup ? menurutmu bagaimana Greel ?” Meika terlalu banyak bertanya, Greel menggeleng – geleng heran.
“Apa Kau begitu menyukainya ?”
Meika menerawang bingung.
“Aku tidak tahu, Aku hanya merasa sangat terpukau, apa itu bisa dikatakan suka ? jika, Iya ! apa artinya Kini Aku tengah mencari celah untuk PDKT dengannya ? bagaimana yang Kau lihat, Greel ? penampilanku sudah cantikkan ?” Meika memutar balik badannya dihadapan Greel.
“Kau selalu terlihat cantik. Tapi, untuk apa Kau memperhatikan penampilanmu, untuk orang yang acuh terhadap penampilannya sendiri, Aku tak menyangka ini bisa terjadi” keluh Greel.
Meika tersenyum manja, Ia meraih mirror kecil dari dalam tas lalu memperbaiki rambutnya dengan seksama. Greel menyerah, karena sepertinya Meika tetap positivethinking.
                Jadi, seribu kalimat negative pun tak akan mampu menembus gendang telinganya, meskipun kalimat negative itu berisi kenyataan mutlak.
Yuki lewat dengan gerombolan teman – temannya yang lebih terlihat berantakan dan menyeramkan. Greel sampai tahan nafas. Meika maju selangkah di koridor.
Yuki lewat dengan acuh, Meika menghadangnya.
“Ka’ Yuki ?” tegurnya.
Yuki menoleh, memandangnya baik – baik.
“Apa Aku mengenalmu ?” tatap cowok itu, Meika mengangguk dengan tegas.
“Aku Meika, yang pernah Kau ospek. Meika Canaya” ulang Meika untuk meyakinkan.
“Wah, Yuki.. gadisMu sangat cantik, kenapa bersikap sedingin itu padanya, Kau keterlaluan” ujar teman temannya di belakang.
Yuki membuang nafas panjang.
“Ada apa ?” tatap Yuki bingung.
Meika tersenyum menahan rona merah diwajahnya.
“Bisakah Kita bicara sebentar, ka ?”
Yuki meliriknya dengan heran.
“Wajahnya memerah, sepertinya Dia menyukaimu, Yuki. bersikap sopanlah padanya” ujar teman temannya lagi.
Meika tersenyum. Ia memandang dengan hati – hati ke arah Yuki yang terus menatapnya di koridor Admawa.



Kaktus Pair
***
“Mau ?”
Meika menoleh, Yuki menyodorkan softdrink ditangannya.
“Makasih” ujar Meika sembari meraih softdrink dari Yuki, lalu Ia duduk disampingnya, di kursi rotan yang hampir patah.
Gadis itu bergidik ngeri menatap sekitar, sebuah rumah di sudut dinding belakang, dalam lokasi kampus. dengan pohon palem tua yang berlumut serta beberapa hal lainnya yang nggak bisa disebut Higinies.
“Ini tempat apa, ka ?” Meika menatap prihatin.
Ia merasa tak pernah tahu, jika didalam kampus yang super elit, juga terdapat dunia lain yang menyeramkan.
Rumah pohon yang penuh rumbai rumbai tali kekang, ornament bata yang berwarna hitam dan merah tua. beberapa tanduk yang di simpan dalam kaca, dinding penuh coretan dan tempelan foto foto adventure.
                Adalah hal yang baru pertama kali dilihatnya, Ia menepak lengannya saat seekor nyamuk dengan nakal hinggap disana, dan bahkan menggigitnya dengan sigap.
“Banyak nyamuk, ini pasti bagian dari neraka” keluh Meika lirih, Yuki tersenyum menahan tawa.
Meika menoleh,
“Ini namanya secret Mapala” ujar Yuki. Meika menggeleng.
“Mapala itu apa, ka ?”
Yuki tertawa terbahak – bahak, Ia memandang Meika lalu tertawa lagi.
“Kau tidak tahu, Mapala itu apa ?” tatapnya prihatin. Meika merunduk malu, menggigit bibirnya lalu menggeleng dengan risau, seakan dengan begini Yuki jadi tahu jika Ia sangat tidak up-date perkembangan dunia.
Meika cemberut, menahan rasa minder dihatinya.
membuat Yuki segera menghentikkan tawanya.
“Mapala itu, sekumpulan Mahasiswa Pencinta Alam. Kau tidak pernah dengar, ya ?”
Meika menggeleng lagi.
“Apa setiap Universitas, ada ?” tatapnya.
“Bisa jadi. Tapi, Bisa juga tidak”
“kenapa ?” Meika mulai menyusun banyak pertanyaan, tentang tempat yang sedang Ia kunjungi karena mengikuti Yuki.
“Tergantung dari,.. ehg, Sebenarnya ada apa, Kau mau bicara denganku ? tentu bukan untuk membahas mengenai Secret_ku, kan ?” Yuki tersadar akan eksposisi, dimana keduanya bisa bersama – sama disini.
Meika menggaruk rambutnya, lalu tersenyum ragu.
Ahk, iya..” ujarnya
“Jadi, tentang apa ?” tatap Yuki penasaran.
“tentang hari dimana ka’Yuki menyelamatkanku, saat Aku menangis di Ospek, ketika Aku dikerjai. Jadi, Aku mau bilang terima kasih, sebelumnya Aku belum sempat mengucapkannya padamu” terang Meika.
Yuki meneguk kaleng softdrink di tangannya lalu melirik wajah Meika, gadis itu merunduk malu seketika.
Ohg, hanya itu. Aku pikir kenapa” ujarnya.
Meika menoleh.
“Hanya itu ? menurutmu begitu. Tapi, menurutku itu sangat berkesan”
“Berkesan ?”
Meika mengangguk. “Aku merasa diselamatkan, Aku belum pernah diperlakukan sejahat itu selama hidupku. lalu, ka’Yuki datang membuat mereka pergi”
Yuki tertawa renyah.
“Begitukah ? sepertinya benar, Kau terlihat dengan jelas” ujarnya, Ia memperhatikan Meika antusias.
“Terlihat jelas, maksudnya ?” tadah Meika.
“Kau anak manja” jawab Yuki ringan.
Meika meneguhkan wajahnya, lalu menggeleng dengan pasti.
“Aku bukan anak manja, Aku sudah mandiri” kecamnya.
Mandiri ? Mandi dan makan sendiri ?” ujar Yuki lirih.
Meika membuang nafas kesal.
“Aku benar – benar mandiri dalam hal yang sesungguhnya. bukan seperti singkatan yang ka’ Yuki tuturkan”
Yuki tertawa lagi, mendengar gadis di sampingnya terus menggerutu.
“Baiklah, Aku mengerti”
Meika tersenyum.
“Jadi, ka’ Yuki sekarang semester berapa ?” Meika mulai terbiasa dengan scenery disekitarnya. beberapa teman Yuki memang lebih parah, ada yang rambutnya segede Sukro, itu loh.. iklan kacang telur yang kepalanya di ganti pilus.
ada juga yang rambutnya lebih mirip mbah Surip, ala Reggae keriwil – keriwil. shampoo untuk rambut seperti itu layaknya CatShampoo, bisa setahun sekali keramas.
kebayangkan betapa apek-nya kepala itu, mungkin juga tidak. hanya saja, Meika adalah seseorang yang hidupnya lebih teratur, Dia bisa kesalon 2 hari sekali.
ka spa dan refleksi dua kali seminggu, semuanya sudah terjadwal, prifate piano dan latihan memanah setiap weekend. segala hal yang menunjangnya lebih terlihat feminism, Ia pengikut setia mode dan stylist.
Tak jarang jika Ia dijadikan dasar trendsenter di perusahaan Bokapnya, dimana perusahaan Papa bergerak di bidang accecoris berlian dan Kristal.
“Aku semester 7, seharusnya sudah KKN” jawab Yuki santai.
“KKN dimana ?”
“Aku nggak KKN” Yuki menoleh.
Meika tertegun “Kenapa ? kan sudah semester 7”
“Sistem Kredit Semester-ku, nilainya nggak mencukupi standar KKN. Jadi, Aku belum bisa memprogram” terang Yuki, Meika mengangguk prihatin.
“Kenapa bisa begitu ?”
“Aku terlalu sering keluar masuk hutan”
“Untuk apa ?” Meika heran. untuk apa seorang mahasiswa keluar masuk hutan, memangnya itu termasuk sebuah keharusan.
Yuki tertawa, Ia memandangi Meika dengan antusias.
“Aku kan termasuk dalam Mapala, Kau tidak tahu apa yang sering Kami lakukan ?”
“Apa Mapala memang harus sering ke hutan ?”
Yuki tertawa lagi mendengar ocehan Meika.
“Kau ini bodoh atau apa ? Kau sangat lucu..” protes Yuki, Meika sempat sedih disebut bodoh. Tapi, menit berikutnya Ia kembali tersenyum saat Yuki mengatakan jika Ia Sangat Lucu.
                Dengan sabar, Yuki menjelaskan satu per satu kegiatan yang sering Ia dan Group_nya lakukan pada Meika, gadis itu hanya mampu mengangguk – angguk. Ia jadi tak heran kenapa penampilan Mereka begitu memprihatinkan.
“Untuk lebih menyatu dengan alam, basic hidup kita kembalikan kepada alam”
“Begitukah, memangnya ka’ Yuki jurusan apa ?”
“Kehutanan”
“Kedengarannya, memasuki hutan juga menyenangkan. kapan – kapan kalau ada adventure lagi, reboisasi atau apalah, ajak Aku, ya ?” pinta Meika.
“Kau yakin ?” Yuki memperhatikan penampilan Meika yang begitu feminism.
Gadis itu mengangguk, lalu tersenyum peri.
“Aku tak yakin, Kau bisa” kecam Yuki.
“Kenapa ?” Meika memasang wajah cemberut.
Yuki khawatir beberapa hal, ada banyak gadis yang juga
tergabung dalam Mapala. Tapi, penampilan mereka juga tidak jauh dari Tomboy dan bercelana robek – robek dengan rambut ikal.
Ia tak membayangkan jika Meika bisa menyesuaikan diri, karena Gadis itu sangat berbeda, Ia lebih mirip Model yang terbiasa berjalan di catwalk ketimbang berjalan di trotoar berbatu.
                Seperti jalan yang selama ini ditempuh Yuki sebagai pilihan hidup. Meika melambaikan jemarinya didepan wajah, Yuki spontan meliriknya.
“Ka’ Yuki sedang memikirkan apa ?” tadahnya.
Yuki tersenyum singkat.
“Tidak ada, baiklah.. nanti jika ada kegiatan seperti itu lagi, Kakak akan mengajakmu”
Meika tersenyum kegirangan.
“Aku bisa memberikan nomor handphoneku” tawar Meika, sembari mengeluarkan blackberry_nya dari dalam pocket.
Yuki mengangguk, Ia mengeluarkan handphone_nya yang di ikat ikat karet gelang, karena baterai_nya sudah menggelembung. Jadi, casing nya hampir selalu lepas. Karena tidak bisa merekat dengan baik, Yuki mengikatnya dengan gelang karet agar lebih simple.
Meika telan ludah menatap Handphone di genggaman Yuki.
Handpone ka’ Yuki, ko ada karet gelangnya ?”
Ohg, casing_nya longgar saat baterai_nya mulai menggelembung. Jadi, Aku mengikatnya agar tak lepas – lepas” Yuki tersenyum.
“Jadi, begitu” Meika nyaris pingsan mendengar penjelasan Yuki. Ia kembali menyebutkan nomor handphone_nya.
“jangan memandang rendah. Ini lumayan berguna ketika dihutan, handphone_ku ini sangat kuat menangkap signal. lagipula ini double manfaat, bisa menerangi kegelapan. namanya handphone Comunicater” terang Yuki.
Comunicater itu jenis handphone milik ka’Yuki?” Meika gagu
Yuki tertawa terbahak bahak, Ia memandang Meika dengan heran.
Comunicater itu singkatan dari Komunikasi dan senter” ujarnya, Yuki langsung menyalakan senter di handphone_nya. ke wajah Meika. Meika tertegun, keduanya bertatapan.
Yuki membuang arah matanya, Meika menahan degupan jantungnya, Ia merasa jantungnya akan meledak saat matanya bertatapan dengan mata Yuki.
“Ka’ Yuki”
Hemm ?” Yuki menggaruk garuk rambut gondrongnya.
“Aku senang bisa berbicara denganmu”
Yuki menoleh.
“Begitu juga dengan teman – temanku” ujarnya.
Meika tertegun, “teman teman-mu ?”
Yuki mengangguk, lalu Ia menunjuk ke rumah pohon. ada banyak cowok – cowok di atas sana, yang sedari tadi memperhatikan mereka.
“Sejak kapan mereka disitu ?”
“Sejak tadi, mereka tidak biasa mendapatkan tamu seperti Kau, mereka terlalu sering bertemu dengan setengah manusia” ejek Yuki pada teman – temannya, Mereka tertawa.
Alaah, mentang – mentang dia kedatangan tamu setengah Dewi. Jadi, Kita di kata katain” teriak mereka dari atas rumah pohon. Yuki tertawa.
Meika ikut tertawa. “Aku setengah Dewi ? waaaw” ujar Meika lirih. Yuki meliriknya.
“Sering seringlah kemari, namaku Jack” teriaknya lagi.
“Teruslah berbohong, sampai kapan Kau mengakui nama itu ? jangan percaya, Meika. namanya Joko” terang Yuki.
Joko tertawa terbahak – bahak di atas sana.
Dassar, pembuka kartu !!” teriaknya. Yuki tertawa renyah.
Hay, namaku Meika” teriak Meika. berusaha agar orang orang di rumah pohon mendengar suaranya.
“Apa ? namamu Malaikat ?”
“Bukan, namaku Meika” ulang Meika.
“Jangan pura pura tuli, Joko” tandas Yuki.
Joko tertawa.
“Meika, namamu cantik secantik orangnya. Namaku Ewwin” ujar seseorang disamping Joko.
Meika mengangguk.
“Jangan dengarkan Dia, Meika ! Ewwin ini PK !” terek Joko, Ewwin menatapnya sangar.
“Apa itu PK ?” Meika mengeryit bingung.
PK itu Penjahat Kelamin. jangan pernah berbicara dengan players yang ini, Dia psyko” tunjuk Joko, Ewwin langsung menyergapnya sampai tumbang.
“Apa katamu ! dassar Encong..”
“Ampuun”
“Rasakan ini, Hiyyaa !!”
Keduanya saling menggelitik di atas rumah pohon.
“Aku pikir mereka berkelahi” Meika menatap Yuki. Yuki menggeleng.
“Tidak, Mereka memang seperti itu” kilahnya, kedua sukro itu saling menggelitik sampai terpingkal – pingkal.
“Kau, tidak ada kelas lagi hari ini ?”
“Setengah jam lagi. Tapi, Aku harus ke perpustakaan sekarang. Dosen meminta Kami membaca kasus manufacture di litelature lama” ujar Meika.
Yuki mengangguk.
“Baiklah, Kau tahu perpustakaan disebelah mana, kan ?” tatapnya, Meika tersenyum lalu menggeleng.
“Aku tidak tahu, bisakah ka’ Yuki mengantarkan Aku ?” pintanya, Yuki tertawa, Ia sudah menebak jika Gadis ini tak tahu apapun tentang Universitas selain hanya pergi kuliah.
“Kau ini,..”
Meika tertawa renyah.
“Ya sudah, ayoo” Yuki berjalan di depannya, Meika mengangguk lalu mengikuti dari balik punggung.
Cieeh, Kencan tengah hari..” teriak Joko dari rumah pohon.
“Lanjutkan, Yuki ! Kami mendukungmu” lanjut Joko lagi, Yuki menoleh lalu tertawa seperlunya.
Meika kegirangan di beri tuduhan seperti itu, siapa tahu kelak itu akan jadi nyata.
“Gadis itu terlalu cantik untuk Yuki. seharusnya Dia denganku saja” protes Ewwin, Joko melemparnya dengan bantal.
“Mimpi kali yee
Ewwin nyengir, “Kan berharap, apa salahnya
Joko tertawa terpingkal – pingkal. sementara di koridor sana, Meika tengah menikmati perjalanannya dengan Yuki.
“Aku jadi tahu banyak hal saat dengan, Ka’ Yuki”
Yuki menoleh, memperhatikan langkah manja Meika yang melambat, memaksanya ikut memperpendek arah tapakan kaki, untuk menyesuaikan dengan gadis itu.
“Aku jadi tahu beberapa extrakulikuler dikampus”
“Mapala itu bukan extrakulikuler, Meika”
“iya, maksudku kegiatan diluar kuliah. seperti sebuah perkumpulan yang ka’ Yuki ikuti” kilah Meika, Yuki Menahan tawanya sampe wajahnya memerah.
“Itu Dia” tunjuk Yuki.
Meika menoleh “Apa ?”
“Perpustakaan, memangnya apa ?” jawab Yuki keheranan, Meika menggigit bibirnya, lalu mengibarkan rambutnya menutupi rasa malu.
lantaran selalu ingin bersama dengan Yuki, membuatnya lupa jika mereka tengah dalam perjalanan menuju perpustakaan.
“Baiklah, terima kasih sudah mengantarkan Aku, Ka’ Yuki”
Yuki mengangguk, membagi senyuman hangatnya.
“Aku akan  balik ke secret” ujar Yuki.
Meika tersenyum “Aku sudah merepotkan, ka’ Yuki. haruskah Aku menemani ka’ Yuki kesana ?” tawarnya.
Yuki menatap heran.
“Aku mengantarMu, lalu Kau mengantarKu. kemudian Aku mengantarmu lagi dan Kau kembali mengantarku. Bisa sampai  mati nggak ada habisnya, Meika” keluh Yuki.
Meika tertawa.
“Ahk, benar juga”
Yuki geleng geleng kepala, Meika tertawa renyah lalu berhenti saat matanya terus ditatap Yuki.
“Aku harus pergi”
Meika mengangguk, Yuki berlalu. Gadis itu masih termangu di koridor, memperhatikan punggung cowok itu yang berlalu.

~~~

                Meika masuk diam diam lalu mengaggetkan Greel yang tengah serius, Greel tertegun.
“Apa yang Kau lakukan ?” gertaknya. Meika tersenyum lugu. kehebohan yang mereka lakukan mengundang perhatian semua penghuni ketenangan.
Mereka menatap sinis ke arah Meika dan Greel.
“Maaf” ujar Meika lemas ke arah orang orang, mereka kembali berkutat ke buku buku saat Meika mengunci bibirnya.
“Kau tahu ?” bisik Meika ke telinga Greel
“Apa ?”
“Aku di antar ka’ Yuki ke sampai ke depan perpustakaan, Aku pura – pura saja tidak tahu dimana perpustakaan berada. Dan Dia mengantarku, Dia sangat romantis”  puji Meika.
Greel mendengus jijik. “Itu hanya ramah tamah, jangan tertipu dengan perasaanmu sendiri” kecamnya.
Meika mengenduskan bibirnya.
“Tapi, tetap saja” ujarnya bangga. Greel geleng – geleng kepala. Melihat temannya se-fallin’in seperti itu.
“Dia menyebutku sangat lucu, Kau tahu apa artinya itukan, Grell ?”
“Artinya, Kau bersikap bodoh dihadapannya” tebak Greel.
Meika merenggutkan bibirnya.
“Bukan ! itu artinya Ka’ Yuki memperhatikanku” kecam Meika seyakinnya. Greel mengangguk pasrah.
“Baiklah baiklah, terserah padamu saja, Remaja !” tadahnya geram, Meika tertawa renyah.
“Jika ingin ngobrol, sebaiknya kalian berdua keluar saja. Karena itu mengganggu konsentrasi yang lain” tegur penjaga perpustakaan.
Meika menoleh bersamaan dengan Greel, Penjaga perpustakaan itu memperbaiki kaca matanya lalu melirik sadis. Kedua gadis itu mengangguk lemas.
menerima pengusiran yang sangat memalukan, memaksa keduanya berjalan teratur meninggalkan perpustakaan.



my hyphen imbalance
***
“Kita sebaiknya mengambil almamater saja” tawar Meika, selama keduanya berjalan dikoridor, setelah insiden dimana Mereka diusir dari perpustakaan.
“Padahal, Aku tak sedang malakukan hal yang ada kaitannya dengan Illegitima-cy. hanya berisik sedikit saja sudah di usir seperti ini” keluh Meika lagi.
Greel duduk dibangku taman, dimana pohon pinus tua mengayun dahannya, menerbangkan hembusan angin yang tembus ke rongga dada.
“Disini sejuk” puji Greel.
“Kau tahu, Greel ?” Meika memainkan handphone_nya, lalu memperlihatkan LCD Hp-nya ke depan Greel.
Traadah !! Aku mendapatkan nomor Hp ka’ Yuki” ujarnya sok surprice, Greel menatap datar.
Ohg,..” ucapnya singkat.
“Ko Cuma Ohg,.. ? nggak ada ekspresi banget sih” Meika mengeluh. Tapi, menit menit berikutnya Ia kembali beriak ceria, seakan Ia dapat Jackpot sebuah lotre.

~~~

                Hari itu hujan turun dengan derasnya, sejak beberapa waktu yang lalu, Greel demam dan tak masuk ke kampus, bisa jadi Greel terserang anemia.
Hp Meika berdering di dalam kelas, Ia merunduk. menyembunyikan wajahnya di dalam buku.
Hallo, pa ?” bisiknya.
Suara diseberang sana menyahut,
“Meika sayang, setelah kelas selesai. mampir ke kantor Papa, ya ? ada desain acceccoris baru. bisakan Meika membantu Papa, lagi ?” ujar Bokapnya di telpon.
Papa selalu meminta Meika menjadi model peraga untuk accecoris berlian, berhubung Mama sekantor dengan Papa. Perusahaan keluarga tentunya selalu mendapatkan dukungan keluarga untuk memperirit biaya keluaran.
“Iya, Meika tahu. Mama udah bilang tadi. nanti Meika mampir ke kantor Papa. Pa, sudah dulu nelponnya, Meika ada dosen. dah Papa” Meika mematikan handphone_nya.
Lalu kembali membuka buku di depan wajahnya, mengintip wajah dosen yang sekiranya akan menegurnya telah menelpon di dalam kelas.
“Kebiasaan menelpon dalam kelas” tegur seseorang disampingnya, Meika menoleh.
“Ka’ Yuki ?” tatap Meika heran.
“Apa yang Ka’ Yuki lakukan disini ?”
Yuki tersenyum, lalu mendesis lirih di telinganya.
“Jangan berisik, Aku hanya sedang menikmati rasanya menjadi mahasiswa Manajemen keuangan”
Meika tertawa renyah, mana bisa ada orang seperti Yuki. belajar memang bisa dimana saja. Tapi, tentunya yang sesuai dengan kejuruan. bukannya membelok drastis dari kehutanan ke Keuangan.
“Memangnya tidak akan dicurigai ?” tatap Meika khawatir.
“Mahasiswa sebanyak ini, Dosen mana yang bisa menghafalnya” jawab Yuki santai. Meika menggeleng heran.
“Aku jadi mengerti kenapa saat semester 7, Ka’ Yuki belum bisa KKN” sindir Meika, Yuki menoleh.
“Anggap saja, itu kelemahanku” ujarnya.
Meika mengangguk “ Baiklah”
Yuki tersenyum, keduanya mulai konsen pada apa yang di tuturkan Dosen didepan sana.
                Hujan diluar sana, mulai mereda. menyisakan riak riak dingin dikulit tropis. Keduanya keluar bersamaan saat kelas dibubarkan.
“Kau sudah makan siang ?”
Meika menggeleng.
“Apa yang enak dimakan saat hari hujan, seperti sekarang ?” tatapnya, Yuki menarik jemarinya.
menggandengnya sepanjang koridor. Meika tertegun memperhatikan jemarinya di genggam Yuki.
apalagi saat Menyebrang di zebra croos, lalu keduanya mampir di sebuah warung makan depan kampus.
“Kau suka soup tauge ?” tawar Yuki.
“Aku belum pernah memakannya”
“Kau harus coba, itu cukup menghangatkan perut” terang Yuki, Meika mengangguk. lalu keduanya duduk di sebuah meja lesehan. Dimana pelayan akhirnya mengantarkan pesanan.
“Ka’ Yuki sering makan disini ?”
“Setiap hari” jawabnya. Meika mengangguk.
“Kau tidak pernah makan soup tauge ?” tatap Yuki prihatin.
“Ini pertama kalinya”
“Tauge mempunyai banyak manfaat untuk wanita”
Meika tertegun “Benarkah ?”
“Benar, Tauge berguna untuk menyuburkan kandungan. Kau sebaiknya mulai mengkonsumsi. sehingga nanti ketika menikah, Kau cepat mengandung” terang Yuki.
Meika tertawa. Yuki menghirup soup di hadapannya.
“Kenapa ketawa ?” tadahnya. Meika menggeleng.
“Pacar saja tidak punya, bagaimana Aku akan menikah” jawab Meika lirih, Yuki mengangguk mengerti.
“Kalau begitu, Jadi pacarku saja, bagaimana ?” tawarnya.
Meika tersedak soup yang hendak di telannya.
Uhhuk” Yuki memberinya segelas air, sebelum batuk Meika menjadi lebih parah.
“Ka’ Yuki, barusan bilang apa ?” tatapnya.
“Apa ? yang mana ?” Yuki mengalihkan pembicaraan.
Meika menelan seluruh air di gelas tanpa sisa.
“Yang barusan, yang membuat Meika tersedak” ujarnya.
Yuki mengerem sendoknya lalu menatap Meika.
“Aku akan membantumu menikah. Jadi, mulai sekarang Kau harus mulai mengkonsumsi soup tauge, agar cepat mengandung” Meika tertegun, sampai tak mampu berkedip saat mendengar ucapan Yuki.
“Ka’ Yuki, berniat menikahiku ?”
Yuki mengangguk.
“Itu pun, jika Kau mau jadi pacarku” ujarnya. Meika tersenyum, menahan malu yang akan merona di wajahnya.
“Aku mau” Letuk Meika seketika. Yuki tersenyum heran, Meika menutup bibirnya perlahan.
“Mau apa ?” tadah Yuki, Meika merunduk lalu menoleh seketika, Yuki melirik dramatis.
“Aku mau jadi pacar Ka’ Yuki, agar ka’ Yuki bisa membantuku menikah. Lalu sejak sekarang Aku akan mulai mengkonsumsi soup tauge” jawab Meika lirih. Yuki tersenyum.
Keduanya tertawa renyah, menatapi desahan hujan diluar sana ,yang masih menyisakan kabut dingin di kulit.
Meika memejamkan matanya berharap mereka bisa jadi selamanya, lalu membuka mata menatap wajah orang itu, orang yang disebut Greel sebagai Peri bawah tanah.

~~~

“Jadi, udah resmi ceritanya ?”
Greel memainkan gunting di rambutnya, memotong foninya yang mulai memanjang, juga ada rambut liar yang sering jatuh ke dahi. membuatnya segera mempermack model rambutnya.
Meika mengangguk dengan bangga.
“Kau lihat itu ? Dia memang menyukai ku. bukan hanya ramah tamah” ujar Meika.
Greel sibuk memainkan guntingnya lagi.
“Greel, Kau sangat arogan. Kau tak harus menyiksa rambutmu dengan malpraktek seperti itu, Ku sarankan sebaiknya Kau ke Salon” tegur Meika khawatir.
“Jatah bulanan Ku belum dikirim, Aku Cuma menggunting foni, masa harus ke salon” gerutunya, Meika mendekat. Ia meraih gunting di tangan Greel lalu melemparnya ke tong sampah.
Hey !! Kenapa Kau membuangnya” Greel tertegun. Meika memasang senyuman bidadarinya.
“Aku akan ke salon, Kau harus menemaniku”
tak ada pilihan bagi Greel untuk menolak, memaksanya pergi bersama Meika. lalu seorang guide langganan Meika mulai memperbaiki foni Greel yang nyasar kanan – nyasar kiri.
“Kau selalu kemari ? sepertinya mereka sangat mengenalmu”
Meika mengangguk lalu memperlihatkan card id_nya.
“Aku pelanggan tetap” Ia tersenyum.
Woww ? VIP ?” Greel berdecak heran.
Meika mengangguk lagi. Selesai menggunting foni milik Greel, keduanya mencoba spa coffe, katanya baik untuk kulit.
“Greel ?” Meika merenggutkan wajahnya.
Hmm ?” suara Greel terdengar serak, mungkin Dia agak tertidur.
“Menurutmu Cowok suka ke salon nggak ?” tanyanya.
“Kenapa memangnya ?” Greel masih sadar.
“Kalau Ka’ Yuki, menurutmu Dia mau nggak ke salon ?”
“Apa Kau berniat membersihkan rambut gondrongnya ?”
Meika menyembunyikan wajahnya di bantal, lalu mendongak bingung. Greel menghirup lemon tea di pinggir lilin teraphy.
“Kalau pun Dia nggak mau di gunting, itu bukan masalah besar, sih..” suara Meika merendah drastis.
Greel tersenyum.
“Apa sekarang mulai terasa perbedaannya ?” tatap Greel.
Meika menoleh lemas.
“Maksudnya ?”
“Iya, Kau sama Ka’ Yuki. apa perbedaan di antara kalian mulai terasa ?”
Meika menggeleng.
“Aku ingin katakan padanya, tentang menggunting rambutnya. Tapi, Aku tidak berani, Greel”
“Jangan membawanya masuk dalam kehidupanmu sepenuhnya. itu akan membuatnya lelah”
Hmm ?” Meika tertegun.
“Meika, Dia punya dunianya sendiri yang berbeda denganmu. jangan membawanya menjadi sepertimu, Kau tahu kenapa ? karna Kau menyukainya apa adanya, Kau hanya boleh memasukan duniamu 50% saja, sehingga yang 50% nya lagi masih tetap dunianya” terang Greel.
“Apa artinya, Aku juga harus menyukai dunia Ka’ Yuki sebanyak 50% ?”
Greel mengangguk
“benar, jika 100% Kau masuk dalam dunianya, Kau akan lelah. kalian cukup saling mengimbangi 50/50 saja” lanjutnya.
Meika menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
“Aku mengerti, thanks Greel”

~~~

                Meika duduk di rumah pohon, di Secret Mapala milik perkumpulan teman – teman Yuki.
“Meika ?” tegur Ewwin
Oh, Hayy ?” Meika tersenyum.
Ewwin duduk disampingnya dengan rambut ala reggae_nya yang terurai panjang, mirip dewa ular.
Meika merinding.
“Yuki mana ?” tatapnya
“Katanya ke rektorat, Aku disuruh tunggu disini” jawab Meika
Oh, iya. paling ngantar proposal” Ewwin mengangguk.
“Untuk apa ?” Meika belum mengerti dengan beberapa kesibukan yang Yuki jalani minggu minggu ini, membuatnya penasaran.
“Kita pada mau Dinas”
“Dinas ?”
Ewwin mengangguk
“iya, memangnya Yuki belum cerita ? Kita akan bikin perkemahan di hutan, Kau mau ikut ?” tawarnya.
Meika tersenyum.
“Aku coba bahas ini ke Yuki dulu, yah ? Dia belum ngomong apapun ke Aku tentang ini, ka” Meika merenggutkan wajahnya. batinnya sesak mendengar Yuki akan melakukan kegiatan yang bahkan tak pernah diceritakan padanya, malah mendengarnya dari Ewwin.
Yuki datang membanting tasnya di rajutan bamboo, lalu selanjutnya membanting dirinya sendiri di atas perlak.
Meika dan Ewwin menoleh bersamaan.
“Mas Bro ? bagaimana surat izinnya dapat ?” kejar Ewwin, Ia membuka tas Yuki, mecari selembar kertas.
“Iya, dapat. akhir pekan Kita Go-On” jawabnya.
Ewwin meraih lembaran kertas dari tas Yuki, lalu tertawa. Ia membawanya turun ke gerombolan teman – temannya.
Meika berjalan lemas lalu ambruk di samping Yuki.
“Kau akan pergi ?” tegurnya. Yuki menoleh, lalu duduk disampingnya.
“Kau bahkan tak memberitahuku tentang ini” Meika merajuk. Yuki tertawa renyah.
“Aku tak sempat, Apa Kau marah ? Aku baru saja ingin mengatakannya” Yuki meraih rambut di dahinya.
Meika tersenyum.
“Aku nggak marah, Aku hanya males” kecamnya.
Yuki tersenyum.
“Apa Kau mau ikut denganku ?”
Meika terkesigap, menatap senyuman yang mengembang di wajah Yuki, mampu melunturkan amarahnya.
“Tentu saja, ini pertama kalinya Aku akan berkemah” meika merekatkan jemarinya, sehingga bertautan dengan jemari Yuki. Ia mengecupnya.
“Kau tahu, ketika Aku menggenggam tangan ini, Aku sangat ketakutan” ujar Yuki. Meika tertegun.
“Kenapa ?”
“Aku takut saat lepas, Aku tak bisa meraihnya lagi”
“Jangan khawatir, Akan Ku pastikan tangan ini tak akan melepaskan diri dari genggamanMu” tadah Meika.
Yuki tertawa menghamburkan rambut Meika ke wajah, membuat Gadis itu meniupi dahinya.



Meika makin mengeratkan jemarinya, Ia mengkhawatirkan banyak hal, entah apa yang akan terjadi jika Papa & Mama akhirnya mengenal Yuki.
“Kau berbicara banyak dengan Ewwin ?”
Meika menggeleng.
“Hanya membahasmu, percayalah” tatapnya.
“Kenapa ? apa Kau cemburu ?” Meika tertawa.
Yuki menciutkan wajahnya.
“Apa Aku bisa dibaca dengan jelas ?”
Meika mengangguk “Iya” jawabnya datar.
“Aku bertemu dengan seorang gadis di bawah sebelum naik ke rumah pohon, Dia Nampak begitu sinis” Meika menunjuk seorang gadis yang duduk di antara Joko dan Ewwin.
Yuki mencari celah di antara rajutan bamboo untuk menengok ke bawah.
“Namanya Detha” ujar Yuki.
“Siapa Dia ?”
“Bendahara” jawab Yuki datar, Meika mengangguk angguk.
Ka’..” Meika menarik kemeja Yuki, ini pertama kalinya Ia melihat Yuki memakai Kemeja, hanya demi ke ruang rektorat.
“Kenapa Kau tidak menanyakan apapun mengenaiku ?” tatap Meika, Yuki menatap penuh.
Hemm ?”
“Maksudku, tentang masa laluku” terang Meika.
Yuki tersenyum.
“untuk apa ?”
“Aku pernah mencintai seseorang dan akhirnya putus. Lalu Aku bertemu denganmu dan mulai mencintaimu. Tapi, ..” Meika memotong kalimatnya, Ia melirik wajah Yuki yang masih menatapnya dengan kecenderungan.
“Tapi, apa ? Apa sekarang Dia menginginkanmu lagi ? Apa Dia mengajakmu kembali ?” tatap Yuki.
“Bagaimana Kau tahu ?”
“percaya atau tidak. Tapi, Kau adalah orang yang sangat mudah dibaca, Meika”
Meika merunduk.
“Kau mencintaiku ?” Yuki mengangkat wajahnya yang tertunduk gagu.
“Yes, I do” tadah Meika meyakinkan.
So, whats wrong ? Kau hanya perlu membiarkannya jika Kau tak ingin kembali padanya dan tetaplah disampingku apapun yang terjadi” kecam Yuki.
“Kau tidak mengkhawatirkan apa yang telah terjadi antara Aku dan Dia, dimasa laluku ?”
Meika menatap prihatin.
“Aku,.. Melatiku terpetik..”  ucapnya gemetar.
“Jangan dilanjutkan, Aku tahu .. Aku cukup mengerti”
“Kau masih ingin pacaran denganku ?”
“Mungkin Aku adalah orang gila, pacaran denganmu. jelas jelas Kau berbeda denganku dan Aku tak pernah ingin membahas masa laluMu, Aku juga tak menjanjikan masa depan yang indah denganmu. Aku hanya ingin Kau tahu, jika sekarang Aku selalu melakukan yang terbaik untukmu, untuk hubungan Kita” terang Yuki.
                Meika menangis haru, Ia pernah melakukan_Nya dengan Julian, mantan pacarnya yang sedari tadi Ia sebut. Terus terang saja, karna cinta terlalu buta. Meika bahkan merelakan melatinya terpetik.
Namun, itu bukanlah hal yang bisa dijelaskan dengan logika, kadang waktu yang terjadi di antara seseorang. bahkan selisih waktu di antaranya, terlalu sulit untuk di terjemahkan.



plain anathema
***
                Perjalanan yang nggak mudah untuk di deskripsikan, saat sebuah kota menjadi perkampungan dan yang selanjutnya terlihat adalah kabut ditengah jalan, jalan yang tak memiliki satu penghuni pun kecuali kabut diantaranya.

Meika mendekap lirih red syal_nya di leher.
“Apa yang Kau bahas dengan Ewwin, Aku dengar Kau berantem dengannya ?”
keduanya duduk di dua kursi dari belakang pundak supir, mini Bus milik Universitas jadi transportasi ke Puncak kali ini, puncak yang tidak seperti Meika bayangkan, Karena Ia harus menyesuaikan diri dengan iklim hutan nantinya.
“Bukan berantem. Tapi, berdebat. ada dari beberapa yang harus di bicarakan, kadang harus menggunakan nada tinggi sebagai penekanan” terang Yuki.
“Penekanan agar dihargai ?” tatap Meika.
“Apa yang Kau pikirkan tentang dihargai ?”
“Karena, Pemimpin kalian nggak disini dan Kau bertindak menjadi seseorang yang begitu sibuk di antara teman – temanmu lainnya”
Yuki tersenyum “Aku melakukannya karena Aku ingin”
“Jadi, saat Kau tidak ingin, Kau tidak akan menjadi seseorang yang bertindak sebagai seksi sibuk, lagi ?” Meika Nampak serius.
“Aku tidak menjadikan mereka sebagai prioritas_Ku. itu alasan kenapa Aku nggak mau jadi pemimpin”
“Nggak mau ngambil responsible ?”
“Atau bahkan resiko, Meika”
Ia menyembunyikan wajahnya setengah di dalam scraft, karna udara semakin menelusik dingin hingga ke pernafasan.
“Kau itu Fakultas Ekonomi, nggak akan ngerti dengan Kehutanan yang selalu mengandalkan alam”
“Jangan mulai membedakan proporsi fakultas masing – masing, deh” keluh Meika.
“Yang namanya perbedaan, Secara nggak langsung juga membuat cara berpikir seseorang menjadi beda”
“Memangnya apa bedanya ? dalam sebuah ekosistem saja Kita sama – sama bisa bertindak sebagai Produsen dan Konsumen. dalam ekonomi Yang namanya Produsen itu menghasilkan, sementara yang Konsumen itu mengkonsumsi. bukankah alam melakukan hal yang sama ?” tadah Meika.
“Nggak. dalam Ekosistem alam, Memang ada Produsen dan Konsumen. hanya klasifikasi_nya berbeda.. Produsen itu makhluk hidup yang dapat menghasilkan bahan organic dari bahan anorganik yang dibutuhkan oleh dirinya maupun makhluk hidup lain, dia autotrof yakni dapat membuat makanan sendiri. Sementara konsumen itu termasuk heterotrof yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. nggak samanya adalah dalam komponen biotic, ada yang disebut Dekomposer..” kilah Yuki.
“.. Dekomposer itu makhluk hidup yang memperoleh makanan atau energy dengan cara menguraikan atau mengabsorpsi sisa sisa makhluk hidup, contohnya bakteri pembusuk dan jamur saprofit” lanjut Yuki.
“Kan ada tuh yang namanya daur ulang, pemulung atau apalah namanya. lagian basic_nya sama, antara Alam dengan Ekonomi, sama sama mengandalkan kemampuan Ekosistem
“Salah, yang benar itu. basic dalam ekosistem itu adalah alam, coba deh.. Kita hidup bergantung nya sama Alam. Jadi, saat kembali pun pasti juga kembali ke alam, kan ?”
Meika menahan raut wajahnya, udara dingin menjadi panas saat malah Ia dan Yuki berdebat tentang perbedaan pembelajaran fakultas mereka.
“Aku tadi ngebahas tentang masalah kamu sama Ewwin. Tapi, kenapa sekarang rasanya, Kamu nyari masalah sama Aku ?” Meika mendekatkan wajahnya seinci dihadapan Yuki.
“Bukan nyari masalah. Tapi, berdebat. ada dari beberapa yang harus di bicarakan, kadang harus menggunakan nada tinggi sebagai penekanan” terang Yuki.
Meika membuang nafas kesal.
“Nggak ada alasan lain ?”
“Alasan lain ? Aku pikir Kamu terlihat cantik saat berdebat tentang logika pemikiran, itu sebabnya Aku nggak mau kita berhenti berdebat”
Meika tersenyum lirih.
“Akhirnya, Logika pemikiranku luluh hanya karena sebuah rayuan” sindirnya.
Yuki tertawa renyah.
Perjalanan masih berlanjut ke arah pegunungan, dimana setiap rumbaian pohon liar mulai menyulitkan sopir dalam menguasai mobilnya.
“Lebih baik, kita berhenti disini saja. pak ?” pinta Joko
“Jalan ke dalam hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki” lanjutnya lagi. penghuni Mini Bus memilih untuk turun, sementara Meika mengutuk dirinya atas planning yang salah.
“Kenapa Kau membawa begitu banyak tas ? Kau pikir kita akan liburan ? Kita itu ke Hutan bukan Kepuncak” tegur Detha sinis, menatap Meika sibuk memilih tasnya.
ada koper dan beberapa ransel.
Yuki datang.
“Kenapa Kau masih disini ? kita sudah jalan” tegurnya, Detha berlalu menabrak punggung Yuki dengan kasar.
“Jelasin itu ke GF_mu. Dia pikir kita mau fashion show apa ?” kecamnya, Meika merunduk bingung.
Yuki menatap gadisnya prihatin.


“Aku kan sudah bilang kita akan ke hutan”
“Iya, Aku tahu. Tapi, Aku nggak benar – benar berpikir itu hutan yang seperti ini” Meika menatap sekelilingnya, Lalu bergidik ngeri.
“Maksudmu, seperti hutan kota ?”
“setidaknya, yang tidak menakutkan seperti sekarang”
Ia terpaksa memilih satu tasnya yang sekiranya paling lengkap tanpa alat make up. lalu berjalan dengan rombongan lainnya, Yuki geleng geleng kepala.
“Aku berpikir, Kau harus mulai menyesuaikan”
“Maksudnya apa ? Aku disini untuk menyesuaikan diri denganmu, apa yang harus Aku mulai ?”
“Maksudku itu..” Yuki berusaha menjelaskan.
“Denger, ya ? Aku itu model, jalanan Aku itu catwalk. Tapi, semenjak Aku pacaran sama Kamu, Aku benar – benar berusaha untuk berjalan di setapak berbatu. Aku nggak lagi semanja Meika yang pertama kali Kamu kenal, Aku udah jarang nangis, Aku terbiasa mendengar kalimat nggak sopan dari teman kamu dengan berpikir jika itu hanyalah becandaan. Aku bahkan nggak ngedengerin apa yang Greel bilang tentang bedanya dunia kita. Tapi, Apa yang Kamu bilang ? Aku harus mulai menyesuaikan ? apanya ? Kamunya yang nggak mau sesuai sama Aku” Tadah Meika geram. Ia membanting tasnya di atas rumput, lalu berjalan dua langkah lebih cepat dari Yuki.
“Meika, dengerin Aku dulu. Aku paling benci kalo ngomong dicela apalagi ditinggalin kayak gini” kecamnya.
“Jangan pake kalimat bernada tinggi penekanan sama Aku, seperti kayak Kamu ngomong sama temen Kamu” teriak Meika didepan sana. Memaksa Yuki untuk menjamah tas Meika di atas rumput lalu membawanya ke area perkemahan sementara.

~~~

Yuki nggak terlalu paham, saat Meika malah menjawabnya dengan arogansi. Ia nggak pernah mengerti kenapa gadisnya yang Moody itu selalu marah dan tersenyum sekejap mata.
Beberapa tenda sementara di bangun di atas tanah yang sekiranya lapang tanpa gundukan.
Meika menggelar alas tidurnya, secercah sunset menembus di antara pepohonan pinus tua. saat yang lainnya sibuk mencari kayu api untuk pijaran unggun, Yuki hinggap untuk duduk disampingnya.
“Masih marah ?” tatapnya.
Meika menatap sekilas, lalu tersenyum peri, senyum yang Ia paksakan.
“Nggak tuh, kenapa ya ?” kilahnya.
“Kamu serem kalo senyum kayak gitu, mirip The Witch
Meika menghentikan senyumnya.
“Ada apa, sih !?” tadahnya kasar.
“Gitu donk, marah” puji Yuki.
“Orang marah, ko malah senang. dassar anneh” keluhnya
“Bukan Anneh. Tapi, unique. Kamu tau kan, Aku paling bisa nemuin berbagai keunikan dalam hidup ini. apalagi kalo Cuma sama Kamu”
“Tau deh, Aku tadi dengernya Kamu benci sama Aku” sindir Meika, Yuki merunduk tersenyum menahan tawanya.
“Mana mungkin Aku benci sama Meika yang udah Dewasa ini” terangnya, berhubung Meika mengaku jika Ia tak lagi manja seperti sebelum mengenal Yuki.
“Reallita kehidupan, cowok selalu ngerayu” tatapnya sinis.
“Salah, yang ada itu. Cowok suka bermanja manja sama Cewek Dewasa” kilah Yuki.
“Cewek Dewasa nggak suka sama cowok manja. Cewek dewasa itu suka sama Pria mapan”
“Tapi, Pria mapan kebanyakan nggak suka cewek” tadah Yuki.
Meika menahan lipatan bajunya, lalu melirik Yuki dengan geram.
“Udah, ngomongnya ?”
“Belum” Yuki menggeleng, lalu tersenyum sepenuh wajahnya
“Kamu menyiratkan jika Aku hanyalah cowok, bukan Pria ?” wajah Yuki mulai meradang lagi.
“Aku hanya melanjutkan apa yang udah Kamu mulai” ujar Meika, Yuki merunduk membuang wajahnya.
“Aku memang bukan Pria mapan. Aku hanya orang anneh yang menyukai tuan puteri dan berpikir jika punggawa kerajaan ini bisa membuat sang puteri terbiasa hidup miskin” kecamnya. Meika menahan nafas.
                Ia merasa akhir – akhir ini, saat berbicara dengan Yuki. selalu saja di akhiri dengan perselisihan, entah itu nantinya berlarut larut atau bahkan berlanjut.
“Bukannya nggak bisa, Aku bisa. Tapi, Aku nggak akan membiarkan kamu seperti punggawa. Jadi, jangan berpikir seperti itu” sanggah Meika.
Yuki mengangguk.
“Hidup nggak akan terus berjalan sesuai dengan apa yang Kita harapkan, kadang bisa di bawah atau bahkan di bawah sekali. Aku Cuma ingin Kamu tahu jika Aku bisa saja berpikir seperti itu, karena Aku terbiasa hidup seperti itu, Meika”
“Basic_nya Kita itu benda, benda mati dan benda hidup. suatu benda nggak akan berubah dengan sendirinya tanpa di pengaruhi oleh benda yang lain, hidup nggak akan berubah menjadi lebih baik jika kita terlalu pasrah. Kita perlu mempertahankan diri sebelum menjadi dibawah atau dibawah sekali, Aku tahu Kamu ngerti. Aku ingin kamu berubah” suara Meika melemah di ujung kalimat.
“Perubahan nggak selalu baik” tandas Yuki.
Keduanya saling menatap dengan pendapat masing – masing.
“Sejauh Aku mengenal Kamu, Aku semakin jelas Kamu orang yang kayak gimana. Kamu itu batu, batu yang udah dari zaman pra sejarah, susah di ajak ngomong. selalu nyari benar sendiri” Meika membuang wajahnya.
“Aku akan ke sungai, kita bisa lanjut bicara ntar malam”
Yuki berlalu dari tenda kemah Meika, membawa ember plastik ditemani Ewwin.
“Kamu berantem dengan Yuki ?” tatap Joko yang tadinya mau ambil air. Tapi, malah parkir di depan Meika.
“Nggak, ko” Meika menggeleng. Detha meliriknya dari kayu bakar dengan sinis.
“Sabar aja, yah ? Yuki orangnya memang gitu, kalo bicara sama Dia itu ibarat baca kamus, belum selesai yang satu udah muncul huruf lain, berlapis lapis, berlembar lembar, bikin kesel” Joko mulai menggunakan instinkg_nya.
Meika tersenyum.
“Jangankan, Kamu. Detha aja kesusahan, makanya mereka bubar” lirik Joko ke Detha, gadis itu mengalihkan tatapannya dari Meika.
“Maksudnya ?” tanya Meika heran.
“Itu Detha” tunjuknya. Meika telan ludah, mengerti satu posisi kenapa cewek itu sinis sekali kepadanya.
“Yuki pernah pacaran sama Detha ?” tatap Meika dramatis.
Joko mengangguk.
“Iya, memangnya Yuki nggak ngasih tau ? Tapi, tenang aja. mereka udah putus sebulan sebelum tahun ajaran baru di mulai, ko”
Meika tambah telan ludah, sebulan sebelum tahun ajaran baru adalah masa dimana Meika mendaftar universitas.
itu juga masa ospek perdana dimulai, bukannya cewek yang bikin Meika nangis waktu ospek itu, Detha ?
“apa apaan ini, Yuki nggak ngasih tahu apapun” kecam Meika dalam hati, batinnya geram. tak diherankan jika selama Meika bermain ke Mapala, Detha selalu meliriknya sinis. Seakan Dia bisa saja meraih Yuki kapanpun Ia mau, dengan begitu Meika nggak ada apa – apanya dengan Detha.
Yuki tinggal di secret, Detha sering ke sana karena Ia anak Kehutanan, sementara Meika ? oh gosh..
                Malam mulai menunjukan sisi gelapnya, hutan yang belum terjamah perkampungan itu mulai menampakan kelam seramnya, beberapa jangkrik dan binatang kecil lainnya mulai melakukan paduan suara, menjadi suatu kesatuan yang sangat mengganggu telinga.
“Udah tidur ?” Yuki duduk di depan tenda kemah Meika.
sementara Meika mengunci diri di dalam sana.
“Aku tahu Kamu belum tidur” lanjut Yuki, Meika diam tanpa kalimat. Tapi, Yuki tetap duduk disana.
“Aku tahu apa yang Kamu pikirkan, Aku tidak terlihat mempunyai masa depan yang menjanjikan, buatmu. Aku anak semester 7 yang nilai SKS_nya nggak mencukupi persyaratan KKN, Aku terbiasa berjalan di setapak berbatu tanpa alas kaki, atau bahkan Aku adalah peri tanah di lapisan bumi ke tujuh seperti yang Greel katakan” ujarnya lirih.
Meika tertegun, dari mana Yuki tahu jika Ia dan Greel pernah membahas pribahasa seperti itu tentangnya.
“Aku tahu kita berbeda, Meika. Tapi, Aku membuat semuanya jadi lebih sederhana, bagaimana Aku menyukaimu dengan sederhana, hanya itu yang Aku tahu”
air mata Meika jatuh di pelupuk.
“Kau tidak pernah mengatakan kepadaku tentangnya” Meika menyahut pelan dari dalam tenda kemahnya.
“Siapa ?”
“Detha, Aku tidak mengerti jika kalian punya realationship sebelumnya, Aku tahu dari Joko. Aku syok
“Kenapa ?”
“Karena Detha jauh lebih baik daripada Aku, Ia menguasai alam sepertiMu, kalian di secret yang sama dan organisasi yang sama, kalian punya minat yang sama, sementara Aku ? untuk berubah menjadi seperti yang Kau inginkan saja Aku sudah lelah” Meika menghapus air matanya.
Yuki termangu di depan tenda yang di resleting.
“Aku kan sudah bilang, perubahan itu nggak selalu baik. lagian Aku nggak pernah meminta kamu berubah menjadi seperti yang Aku mau.. Aku hanya ingin Kamu menyesuaikannya denganku” ujar Yuki.
“Aku nggak dewasa, Aku manja”
“Aku akan ajar Kamu, agar seorang anak manja dapat mengeluarkan bakat dewasanya”
Meika tersenyum, Lalu membuka resleting tenda kemahnya. Yuki menoleh, matanya tepat di wajah gadis itu.
“Jangan menangis” Yuki menghapus air matanya
“Kenapa ?”
“Karena Kau berharga, buatku”
“Berharga ? Aku bahkan nggak tahu Aku cukup disebut berharga atau nggak” Meika merunduk.
“Hanya karena, Kamu nggak virgin ?” tatap Yuki.
“Nggak virgin, sama jual diri itu beda” lanjut Yuki. Meika menatap lirih cowok dihadapannya.
“Hanya karena bahasanya beda. Tapi, definisinya sama”
“Memangnya, cinta itu hanya untuk mereka yang masih virgin, ya ?” tadah Yuki sangsi.
Meika melirik sepintas lalu menggeleng.
“Aku nggak pernah menyukai seseorang dengan bodoh, seperti ketika Aku bisa menyukaiMu.. dan Aku nggak akan pake kecerdasan Aku ini, hanya buat membatasi cinta yang Aku punya. karena Aku cukup pintar untuk menyukaiMu seperti orang gila” terang Yuki. 
Meika menjatuhkan helaian air matanya dibelahan pipi, sementara kabut malam di hutan itu terasa semakin menggelitik. melelapkan hati yang berharap bisa terlelap hingga akhir, dimana Ia dengan pasti bisa menggunakan hatinya lagi.



deciduous autum
***
“Sejak kapan kamu jadi ambassador di perusahaan ?”
“Sebenarnya baru juga, waktu itu pertama kali di catwalk Aku masih kelas 3 senior high schools” terang Meika.
keduanya membawa papan kecil dilengan, mengukur pohon pohon besar yang di temui dekat camp.
“Perusahaan keluarga ?”
“Iya, Papa hanya melanjutkan perusahaan Kakek, berhubung beliau udah meninggal”
“Jadi, harta warisan. sampe berapa keturunan kira – kira ?”
“Apaan, sih ?!” tadah Meika.
“Nggak, pantas aja kan. keluarga kaya selalu akan tetap kaya walau tanpa kerja keras yang lebih. selama masih ada warisan yang diturunkan”
Meika membuang nafas kesal.
“Jangan mulai, deh..”
Yuki meringis, Ia menggunakan meteran untuk mengukur pohon ke pinggang Meika.
“Pinggangmu kecil sekali, bahkan di daftar pohon pun. Kau tetap yang terkecil” sindirnya. Meika membuka meteran yang di lingkar Yuki dari pinggangnya.
“itu namanya simbiosis mutualisme, hubungan erat antara dua makhluk hidup yang berbeda dan saling menguntungkan. Kakek pasti bangga jika perusahaan yang dirintisnya kini punya line sendiri berkat Papa, terus Papa juga pasti mendapatkan keuntungan dari situ, kan” terang Meika.
                Yuki ikutan jongkok di bawah pohon, melihat jamur mulai menggerogoti Pinus tua.
“Bukan simbiosis mutualisme, Meika. Tapi, Amensalisme. yakni hubungan antara dua makhluk hidup yang menguntungkan jika yang satu udah mati”
“Kamu ini, bisa nggak sih.. sehari saja nggak bikin Aku naik darah” Meika melirik Yuki dengan sadisnya.
“Mau contoh ? seperti ini, jamur penilicilium notatum dan pneicilium chrysogenum. yang menghasilkan zat pinisilin yang dapat mematikan bakteri di sekitarnya” tunjuk Yuki ke akar Pohon, beberapa ganggang hidup merambat.
“Jangan mengalihkan perhatian, biarpun Aku fakultas ekonomi. Aku juga kurang lebih pernah belajar IPA 3 tahun, itu jelas jelas parasitisme. memang dari tadi niat kamu ngomong sama Aku Cuma mau ngejelek jelekin keluarga Aku, males banget bicara sama Kamu, Peri tanah” Meika geram.
                Ia meninggalkan Yuki di bawah pohon pinus. lalu berjalan dua kali lebih cepat dari yang biasa Ia lakukan, Yuki tersenyum.
Meika,.. jangan tinggalkan Aku” kejarnya dari belakang, Meika acuh seakan Ia tak mendengar apapun. sampai Yuki akhirnya mampu meraih lengannya dan Meika berhenti.
“Kamu itu sebenarnya Mau apa, sih ? udah puas bikin Aku tekanan ?” tadah Meika.
“baguskan, kamu selama ini mengeluh Anemia
“Ka’ Anggara Yuki !!” teriak Meika tak tahan.
Yuki tertawa renyah.
“Ya, sayang ?” tatap Yuki menahan tawanya.
Meika tertegun.
“Apa ? coba ulang ?”
“yang mana ? Amensalisme atau Anemia ?”
“Bukan, yang terakhir yang barusan” kejar Meika geram.
“Ya, sayang ?” tanya Yuki, Meika mengangguk.
“Selama Kita pacaran, baru kali ini Aku denger kamu panggil Aku sayang” air mata Meika menetes.
“Jangan terharu gitu, deh” Yuki menghapus tangis gadisnya.
“Aku itu nggak pernah paham, saat Kamu marah, Kamu senyum dan Kamu nangis. Kamu itu cewek paling moody ----
yang pernah Aku kenal. expresi yang belum cukup satu Aku mengerti, Kamu malah udah masang expresi yang lain” tambahnya.
Meika menghentikan tangisnya, lalu tersenyum bahagia.
“Bisa nggak ? sering – sering panggil Aku sayang ?”
“Kayaknya nggak bisa”
“Kenapa ?”
“Aku pengen Kita special, nggak bosan. Punya cara sendiri untuk saling menyukai, semakin sering Aku bilang rasanya akan semakin biasa. Aku nggak mau kita biasa biasa aja, Aku mau Kita selalu special. asal nggak nasi goreng special pake telur” urai Yuki. Meika tertawa menepak dadanya.
“Kamu itu, jarang banget romantis” keluhnya.
Romantis itu yang kayak bagaimana, sih ?”
“yah, ko malah bertanya” kecam Meika.
Romantis itu, kalau kita melanjutkan pekerjaan yang udah tertunda” terang Yuki sembari mengangkat papan kecil berisi kertas dan meteran di tangannya.
                Ia berjalan meninggalkan Meika di tepi kayu ambruk, Gadis itu geleng geleng kepala. Yuki bisa saja membuatnya tersenyum mendadak atau malah menangis mendadak. Tapi, kenapa Ia tidak mengerti jika perubahan expresi Meika itu, semua karena ulahnya.

~~~

                Sebelum hari menjadi sore, Detha mulai membakar tungku untuk memasak air. Ia ahlinya dalam menghidupkan api tanpa korek.
Hay, bisa di bantu ?” Meika mengeluarkan korek dari kantung sweaterz_nya. Detha tersenyum singkat.
“Kalau Cuma soal korek, semua orang bisa bikin api. Tapi, Kita lagi di alam, berbaur dengan mereka artinya hidup dengan cara mereka, tanpa barang praktis” ujarnya.
Meika menggigit bibirnya.
“Aku Cuma ingin bantu. Tapi, kalo membantu juga ternyata salah, Aku pikir Aku selamanya tak bisa membantuMu”
“Kalau begitu jangan membantuKu”
“Apa ?” Meika menyeringai
Detha menoleh sinis “Aku tidak membutuhkanNya”
                Seketika batu di tangannya  mengeluarkan Api, sampai cahayanya mampu membuat kayu terbakar.
“Kau sadar atau tidak. Tapi, Kau membuat suasana hatiku tidak nyaman. Aku tidak pernah tahu Kau punya realationship dengan Yuki sebelumnya, sekarang Aku tahu dan mencoba menjadi akrab denganMu. Tapi, Kau membuatku membencimu” terang Meika lirih.
Detha berdiri, tepat di hadapan Meika.
“Kalau begitu jangan mencoba menjadi akrab denganku, karna Aku akan semakin membuat suasana hatimu menjadi buruk. Lagian apa sih baiknya menjadi akrab denganmu ? Kau bahkan tak mengenal pacarmu dengan baik, kenapa harus mencoba mengenali orang lain ?”
“Apa maksudmu, Aku tidak mengenal pacarku dengan baik ?”
Detha berlalu spontan menghentikan langkahnya.
“Apa yang Kau sukai dari Yuki ? karena kharismanya ? atau karna Dia menyukaiMu ? Kau tidak kenal pacarmu, seperti Aku mengenalnya” tadah Detha.
Meika terdiam di depan perapian, meratapi Diri kehabisan kalimat, dengan seribu satu pikiran tentang judge judge negative yang Detha sodorkan.
                Gadis itu sepertinya sangat mencintai Yuki, Ia tak memiliki rasa gentar dihatinya untuk mengatakan bagaimana Ia sangat mengenal Yuki.
Meika duduk lemas di kayu tumbang yang mulai di gerogoti rayap, sampai akhirnya Yuki datang dan membawanya pergi.
“Kita akan kemana ?” tatap Meika terkejut.
Yuki berhenti di depan perahu kecil di danau yang banyak di tumbuhi dedaunan bunga Lotus.
“Kau tahu banyak tentang sebuah tempat tersembunyi” puji Meika, Yuki tertawa renyah.
“Kau meremehkan kemampuanKu berinteraksi dengan angin. Apa Kau tidak tahu, Aku selalu dituntun angin untuk menemukan beberapa tempat yang unique
“Orang unique yang langka sepertimu. Tapi, terus terang saja ini sangat romantis
“Aku tahu” Tadah Yuki.                                                 
                Ia menyodorkan tangannya dari atas perahu
“Mau ikut berlayar denganku ?”
Meika menatap prihatin. “Kau yakin, ini aman ?”
Yuki mengangguk meyakinkan, sehingga Meika akhirnya naik ke dalam perahu di antara bulir bulir air danau yang mendepak lirih.
“Perahu di hutan, bukankah ini aneh ?” tatap Meika sok mistery, Yuki menggeleng.
Senior angkatan kemarin menggunakannya”
“Tahu dari mana ?”
“Kebetulan Aku ikut, waktu itu semester ganjil di bawah. Aku sudah di organisasi. Pohon yang Kita ukur tadi, itu Senior yang menanamnya, bentuk reboisasi dan perlindungan hutan. Tempo yang lalu, Hutan benar benar nyaris tamat karna pembongkaran illegal” ujar Yuki.
                Meika mengangguk, Ia jadi mengerti bentuk penelitian ini, membuatnya jadi menyukai hal yang Yuki minati. Namun, sayangnya Dia tak akan begitu mahir menerapkannya.
“Jadi, begitu rupanya” Meika mengayun air di jemarinya.
“Kau tidak terlihat baik baik saja” tatap Yuki, Meika tersenyum.
“Aku hanya memikirkan ini dan itu”
“Kedengarannya lumayan banyak”
Ka’ Yuki, Aku boleh bertanya ?” Meika melirik antusias. Yuki segera mengangguk.
Anything you want” ujarnya yakin.
“Sejauh apa Kau pernah menyukai seseorang ?”
“Apa ini tentang Detha ?”
Meika menggeleng
Never mind, hanya ingin tahu. Apa nggak boleh ?”
                Yuki terpampang dungu, Ia tak lagi mengerti apa yang sedang Meika utarakan. Para Gadis suka bertanya dan menarik kesimpulan, membuatnya ragu untuk memberi klarifikasi.
“Sejauh Dia mampu untuk bersamaku, sejauh Dia mengerti dan memahamiKu. dan sejauh Aku mampu untuk tidak meninggalkannya”
Meika melirik sekilas lalu membuang matanya ke dedaunan teratai yang mengambang.
“Bukan sejauh bagaimana Aku mengenalmu ?”
“Kenapa bertanya seperti itu ?” tatap Yuki penuh.
“Aku hanya merasa, Aku tidak mengenalmu sepenuhnya”
“Namaku Anggara Yuki, Aku anak ketiga dari 3 bersaudara. Aku semester 7 dan tergolong cerdas. Tapi, tidak mencukupi SKS untuk KKN, Aku Peri tanah melarat di Mapala yang pacaran dengan bidadari Meika Canaya anak konglomerat. Ada lagi yang ingin Kau ketahui tentangKu ?” terang Yuki dengan nada diplomatis, Meika menggeleng.
“Aku sudah cukup tahu. Tapi, bukan itu yang Aku maksudkan” Meika merunduk.
“Apa Aku membuat kesalahan ?”
“Tidak. Tapi, mungkin Aku yang melakukannya. Aku menyukaiMu dengan alasan karna Kau pernah membuatku benar – benar menyukaiMu. Tapi, Aku nggak pernah tahu sedalam apa Aku mencintaimu, sampai seseorang bilang kalau Aku bahkan tak mengenal pacarku. Yuki, Aku mungkin tidak bisa mencintaimu seperti Detha. Detha yang begitu mengerti denganMu, Aku tidak bisa mendefinisikan rasa seperti Dia yang sangat mengenalmu luar dalam, sehingga Dia dengan bangganya sadar jika tak ada orang yang lebih mengenal Kau seperti Dia” ujar Meika lirih.
“Detha memang sangat mencintaiku
“Itulah yang Aku maksudkan, Aku mungkin tidak bisa mencintaimu seperti Dia, Dia yang begitu luar biasa menyukaiMu, sehingga satu kesalahan pun yang Kau lakukan tak akan berefek buruk bagi hatinya. Dan akan selamanya menyimpan Kau dihatinya… tidak sepertiku, Aku yang bahkan tak begitu mengenalmu” lanjut Meika.
“Jika karna Detha begitu mengenalku, Aku tidak akan meninggalkannya. Lalu kenapa Aku memilih meninggalkannya ? apa kau tidak memikirkan alasan kenapa Aku berhenti menyukainya ?” tadah Yuki.
Meika menahan isak tangisnya.
“Kenapa ?”
“Karna cinta tidak bisa sesuatu yang lain. Aku terbiasa dicintai, sehingga Aku lupa bagaimana menyukai Detha. Dia seperti kakak bagiku, Dia yang paling mengenalku. Tapi, Aku mulai menyadari satu hal, jika Cinta bukan masalah menerima atau memberi. Cinta adalah bagaimana Aku bisa berbagi. Tapi, dengan Detha ? anginpun tidak bisa Ku bagi..”
                Yuki mendayung perahu kayu semakin ke tengah danau, hingga riak riak tenangnya berbaur ke pinggiran.
..saat orang jatuh cinta, rasanya seperti tarikan maghnet yang membuat unsure lainnya mendekat. Tapi, saat dengan Detha ? Aku bahkan tak ingin seperti magnet yang bisa menjadikannya unsure” lanjutnya.
Meika menghapus air matanya.
“Apa ada yang salah ?”
“Tidak. tak ada yang salah dalam mencintai, itu semua terjadi dengan natural. Kita tidak bisa membuat orang berhenti menyukai Kita. Tapi, Kita juga tidak bisa memaksakan hati untuk menyukai orang itu, kan ?” tutup Yuki.
                Meika mengangguk, tampias angin membuat ringkihnya perahu kayu itu mendesir.
“Apa saat bersamaku, Kau merasa seperti tarikan maghnet yang menjadikanku sebagai unsure yang mendekat ?”
“Aku pikir, tanpa maghnet pun, unsure sepertimu sudah tertarik tarik padaku” kilahnya.
Meika tertawa renyah
“Jangan membahas ini lagi, ya ? Aku nggak ingin Kita membahas hal yang membuatmu meragukanku”
“Akan ku usahakan” tatap Meika.
Yuki maju selangkah ke wajahnya, menghapus air mata yang membeku di belahan pipi Meika. berharap gadisnya tak lagi menangis karna hal yang Ia tak mengerti.

~~~
                Ewwin memainkan gitarnya, dibarengi Joko yang bernyanyi mengibas ngibaskan rambut sukronya yang kribo.

      ¯Apa kabar kawan,.. Long time no see
                kemana aja loe waktu you mati senang rasanya
bertemu kembali, bermusim musim yang berganti
                                ¯namun dirimu selalu kunanti
senang rasanya bertemu kembali..¯¯
                                                (STEVEN & COCONUTREZZ-long time no see)

“Lagunya aja Steven & Coconutrezz, pantesan kalo rambut Ewwin gimbal reggae” bisik Meika ke telinga Yuki.
Yuki tertawa lirih.
“Jarang jarang, kan ? bisa kenal orang orang unique kayak mereka. Kalo kamu nggak pacaran sama Aku, Kamu nggak akan tau kalo ada dunia lain di kampus”
“Iya, dunia lainnya itu secret kamu yang black orange, serem”
“Itu namanya artistic, bentuk apresiasi terhadap Bumi”
“Apanya ?”
“Warnanya_lah. nggak ngefek negative dari paparan balik matahari, mengurangi efek globalisasi yang memanas”
“Memangnya, warna juga ngefek, ya ?” tadah Meika.
“Anggap saja, begitu”
Meika tertawa renyah, mendengar Yuki tidak lagi menambahkan komentar lanjutan seperti yang biasa Ia lakukan.
                Malam terakhir di hutan, Meika membolak balik ikan air tawar di panggangan, di api unggun yang mereka lingkari. satu – satunya area terhangat di camp ialah daerah yang paling dekat dengan api.
“Apa ini sudah matang ?” tanya Joko. Meika mengangguk.
“sudah, makan saja. gih” terang Meika.
Yuki menahan hawa dingin dengan berat matanya yang mengantuk, membuatnya menguap.
Eits, ada yang ngantuk ?” sindir Ewwin. Yuki merombak arah duduknya, lalu menggelengkan kepalanya untuk bertahan.
“Menguap itu bukan nanti ngantuk, lagi” ujarnya.
“Terus ?” tatap Meika sangsi. berhubung malam terakhir ini adalah giliran Meika dan Yuki yang jaga camp.
“bisa saja karena bosan atau lelah. Kita menguap itu karena kadar oksigen di paru – paru berkurang, saat membuka mulut dan menghirup udara, oksigen masuk dan kembali memenuhi paru – paru” Yuki menjelaskan.
“Kamu sih menguap, ki. Jadinya menular ke Aku, Aku ngantuk. selamat nge_ronda ya, bye” sindir Ewwin. Ia berlalu melambaikan tangannya, menyusul Joko di tenda kemah.
                Meika tertawa renyah, keduanya sangat akrab. seakan dimana ada Ewwin yang gimbal maka disana juga ada Joko yang kribo.
“”Memangnya menguap bisa menular, ya ?”
Yuki mengangguk
“Pengamatan 40-60 persen relawan oleh para ahli, menunjukan menguap bisa menular. fenomena aneh, karena dianggap sebagai respon empatik sama halnya dengan tertawa” tatapnya.
“Menguap menjadi cara dalam menunjukan empati kita terhadap perasaan orang lain ?” Meika antusias.
Yuki mengangguk lagi.
“Para ahli yang melakukan pengamatan, jadi yang dibilang Ewwin tadi juga ada benarnya” terang Yuki.
                Meika menyandarkan kepalanya dipundak Yuki.
“Jangan bilang Kamu juga tertular ?” tadah Yuki khawatir.
Meika tertawa renyah “Nggak, senior
Yuki tersenyum, menghabiskan malam sebagai penjaga di malam terakhir mereka di hutan.


exegesis junction
***
“Karna mereka bodoh, akhirnya mereka miskin” celoteh Meika, saat mendapati tangga bawah tanah di pasar sentral penuh dengan pengemis.
                Keduanya duduk di sebuah kursi kayu, menunggu taxi untuk ke kampus. Organisasi mengadakan Sunatan masal, dananya dari proposal yang di jalankan Mapala.
itu sebabnya mereka pergi ke pasar sentral, menggunakan sebagian yang disisihkan untuk membeli beberapa sarung dan tirai panjang.
“Bodoh itu terbagi menjadi dua, nggak mampu menerima & mengelola informasi atau bodoh karna nggak mau mencari informasi” terang Meika.
“memang sangat memprihatinkan, pengemis sebanyak itu dinegara yang katanya sudah merdeka” ujar Yuki.
                Ia sadar jika Meika tidak suka melihat kecenderungan sosial, karena pada akhirnya itu akan menyudutkan posisinya. Semua pengusaha kena pajak, pajak digunakan untuk mengelola Negara dan jika yang terlihat di kehidupan nyata sebegitu parahnya, itu sangat memprihatinkan.
“sebenarnya nggak ada orang bodoh, Meika. yang ada itu orang malas”
“ada, ko. orang bodoh yang malas menggunakan otaknya”
“Kamu bolak balik kalimat Aku ?”
“Biar kedengarannya Aku nggak salah salah amat” kilah Meika, Yuki tertawa renyah.
“satu penghalang keberhasilan adalah kemalasan, kemalasan ini terbagi dua. kemalasan untuk bekerja dan belajar, jika dua kemalasan ini dibiarkan. Maka, akan melahirkan kemalasan yang luar biasa, otak akan semakin berkarat karena tidak digunakan. oleh karena itu terciptalah pengemis”
Yuki menerangkan pendapatnya.
Meika mengangguk lirih, sampai akhirnya taxi yang mereka tunggu berhenti tepat dihadapan.
Yuki membopong belanjaannya di tas ke bagasi di bantu sopir, sementara sisanya masih di dekap Meika sampai perjalanan menuju kampus.
“Menurut Kamu, Negara kita udah merdeka ?” tatap Meika
“Dalam faktor apa ?”
“Yah, garis besarnya saja”
Yuki mengangguk.
“Secara garis besar, Udah merdeka. Sejak proklamasi dibeberkan” ujar Yuki.
“Tapi, kenapa kita masih dijajah oleh faktor ex dalam hal ini kebodohan dan kemalasan. sampai akhirnya kita tetap jadi pekerja dalam rumah sendiri”
“Karna, sangat jelas saat Proklamasi. kutipannya ..Telah menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.. intinya, Kita itu masih di depan pintu gerbang sejak proklamasi, masih berusaha untuk masuk”
                Meika tertawa renyah, sembari menurunkan kaca jendela berhubung Air conditioner dalam taxi complicated.
“Kalian pake ruangan mana untuk bakti sosial ini ?” Meika meletakan tas kecil berisi tirai panjang, dibelakang kursi sopir
“Karna Aula sedang di rehab, Kita pinjam ruang teori bersama milik fakultas hukum”
“Mereka ngizinin, juga ?”
Yuki mengangguk.
“Aku boleh ajak, Greel. kan ?” tatap Meika
“Itukan masih lingkungan kampus, ajak saja Dia. biar Dia nggak Cuma jadi mahasiswa murni yang taunya Cuma mengejar gelar”
Meika memanyunkan bibirnya.
“Jangan begitu, Ka. biar bagaimana pun Greel itu sahabatku”
“Karena, Ia sahabatmu. makanya di ingatkan” tutup Yuki.
                Meika sempat mengikuti Ospek himpunan di fakultasnya, itulah kenapa sekarang Ia lebih banyak kegiatan. sejak berada di Organisasi Manajemen Ekonomi keuangan, Ia mulai membawa dirinya masuk ke dalam beberapa event mahasiswa. Bedanya adalah Greel tidak mau mengikuti jalannya.
                Mereka seperti dua arah yang bertemu di persimpangan. Tapi, memutuskan untuk memilih jalan masing – masing. Meika tak harus memaksakan kehendaknya atas Greel. terlebih saat Ia sadar jika ternyata Greel pacaran dengan pegawai perpustakaan yang pernah mengusir mereka.
“Kalau begitu, Aku berhenti di rumah Greel saja, ka”
Ya nggak apa – apa, event_nya juga kan besok” Yuki mengangguk.
                Taxi yang mereka tumpangi berhenti di depan rumah Greel, Meika turun, menghantar Yuki dengan lambaian tangannya.
“Greel nya ada, Tante ?” tatap Meika sesaat pintu yang diketuknya terbuka. Greel tinggal di rumah adik Ibunya. Jadi, wajar saja jika segala sesuatu yang Ia ingini terbatas.
Meika ? masuk saja ke kamarnya, Dia lagi belajar”
“Makasih, Tante
                Meika membuka pintu kamar Greel dengan hati – hati, takut akan suasana belajar Greel terganggu.
Excuse me, Miss Greel” tegur Meika.
Greel menoleh
Hay ? masuk gih, kusam amat tuh muka. abis dari mana ?”
Meika melirik computer yang Greel gunakan.
“Katanya lagi belajar, Aku udah mengendap – ngendap takut ganggu suasana, ehg.. ternyata Cuma maen game”
lirik Meika di jewel Quest yang Greel mainkan di computer, cewek itu terkekeh lirih.
“Kayak baru tau aja” ujarnya.
Meika membanting diri di atas spring bed.
“Aku dari pasar sentral, beli beberapa sarung nemenin Yuki”
Greel spontan menoleh.
What ? Meika ke pasar sentral ?” Greel segera mengecek dahi Meika dengan jemarinya.
“Apaan sih ? memangnya salah ?”
“Nggak salah. Tapi, Salah Banget” kecam Greel.
“Demi cinta dan yah, apa sih salahnya ke sentral ? nggak dosa kan ?” Meika bangun lalu memeluk panda purple di ujung coverbed.
Anneh aja, gitu. Ambasador perusahan berlian yang punya line sendiri. belanjanya di sentral ? banyak bakteri, nggak Meika banget” sindir Greel.
“Itu kan dulu, Greel. sekarang Aku udah mulai mencintai Indonesia. Jadi, rasanya itu Indonesia banget” Meika tertawa renyah.
“Gaya mu..” Greel mematikan computer_nya.
“Aku mau cuci muka, Kamu pake facial foam apa. Greel ? wajahku sensitive
Noncomedogenic, ko. pasti cocok” teriak Greel sembari melempar handuk wajah ke Meika.
Meika menyalakan keran air, di dalam kamar mandi.
By the way, beli sarung buat apa ?”
Oh, itu ? Mapala lagi bikin bakti sosial, sunatan masal. Aku kan ada di himpunan Ekonomi. Jadi, Aku di undang. Tapi, berhubung Pacarku tersayang anak Mapala. Jadi, Aku deh yang akhirnya bantuin Dia ke pasar, sebelum Detha yang ambil alih” bubble memenuhi wajah Meika.
membuatnya nggak menutup pintu kamar mandi.
“Detha ? mantannya itu, ya ?”
Ya,.. gitu deh. Detha itu luar biasa cinta mati sama Yuki, Dia punya akun di twitter, coba follow. Greel”
Greel menghidupkan computer_nya.
“Males banget. yang perlu di follow itu yang bermanfaat. kayak Bryan Adams, Iron Maiden, Vengaboys, Linkin park atau  M2M juga boleh” Greel membaca daftar followers_nya.
eih, dasar Music country generation
“Meika, Aku nemuin satu pertemanan. namanya Detha guid-able Anggara. itu Detha yang kamu maksud, bukan ?” eja Greel terbata – bata.
Meika menghampiri dengan handuk wajahnya.
iiih, ini benar benar Detha yang Aku maksud. Enak aja Dia pake nama itu di twitter ?” Meika geram, Ia hampir membuang computer Greel.
Eh, eh !? jangan ! ini computer Aku satu – satunya” Lengan Greel dengan sigap menahan tangan Meika.
“Noraaak !!!” teriak Meika panas.
Guid-able itu istilah lain dari mengendalikan. Tapi, kenapa nama belakangnya harus Anggara ? Anggara itu nama Yuki”
Greel mengambilkan air putih, Meika segera meneguknya.
calm down beibh, tarik nafas panjang” ujar Greel.
                Meika diam menatap akun twitter Detha, beberapa menit berikutnya Ia tertawa terbahak bahak.
“Kamu serem, Tadi marah – marah. Kenapa sekarang malah ketawa ?” Greel bergidik ngeri.
“Lucu aja kan ? Yuki itu pacar Aku. Tapi, lihat Dia ? Dia nggak bisa move on dari Yuki, itu lucu. Dia selalu bilang Aku nggak kenal pacarku sendiri, Jadi, Aku nggak usah mencoba mengenal orang lain. ternyata ? secara nggak langsung, Dia yang nggak kenal sama dirinya sendiri, makanya Dia nggak mau akrab sama Aku” Meika melanjutkan tawanya.
Ya ampun, Aku nggak ngerti” keluh Greel, Meika terus tertawa memegangi perutnya.
“Besok, Kamu ikut Aku ke bakti sosial itu. Aku akan kasih liat yang mana namanya Detha” tatap Meika.
Greel menggeleng
“Nggak, ahk
“kenapa ? itu kan masih lingkungan kampus”
“Aku males kalo  kamu lagi sama Ka’ Yuki. Aku ditinggal begitu saja” Greel mengeluh.
“Nggak, beibh. I’m swear, Kita kan tamu undangan” Meika menepuk punggungnya. Greel mengangguk sangsi.
“Baiklah, sekali-kali ikut event kampus”
“Anak pintar” Puji Meika sembari mengobrak abrik rambut Greel yang mulai memanjang, keduanya tertawa.

~~~

                Berhubung kali ini, ada model pengganti. Meika Cuma pake satu kostum dengan satu paket accecoris untuk berjalan di catwalk.
“Meika, handphone kamu dari tadi bunyi” ujar mecy. professional make up dengan gerakan lunglai_nya.
Meika berniat mengambil handphone_nya. Tapi, Mama datang menghampiri.
“Biarkan saja, Meika sayang ini giliran kamu” bisik Mama.
Meika berlalu meninggalkan handphone_nya yang terus berdering. Ia berjalan dengan anggun ke colega Papa, memamerkan hasil rancangan terbaru milik perusahaan keluarga.
Sementara Greel di rumah menunggu dengan gelisah,
“Katanya mau ke bakti sosial, kenapa Meika nggak datang datang juga ?” keluh Greel meratapi teriknya matahari di depan rumahnya.
“Greel ?” tegur seseorang di atas motor automatic. membuatnya tertegun.
“Ka’ Yuki ?” tatap Greel sangsi.
                Yuki terpaksa membonceng Greel untuk menghadiri Bakti sosial organisasinya, berhubung Meika nggak bisa dihubungi lebih dari setengah jam.
“Dia nitip tirai yang kalian beli di pasar sentral kemarin, nih” ujar Greel, sembari menyerahkan plastik belanja.
“Dia ngajak Aku ke bakti sosial ini, seharusnya Dia datang bersamaku. Tapi, Meika nggak bisa dihubungi, Aku juga nggak tau kenapa” lanjut Greel sembari menatap Yuki prihatin.
                Cowok itu sibuk dengan handphone_nya, Dia berulang kali menelpon Meika. Namun, Gadis itu tidak pernah mengangkat telpon_ biar sekali saja.
“Seharusnya Dia disini” keluh Yuki, sesaat sebelum Ewwin datang memanggilnya. Dan Yuki berlalu ke balik mimbar, saat Warec memberikan sambutan pendek beratas namakan Rector.
“Kamu dimana sih, Meika ? Yuki kelihatan marah Kamu nggak disini” ketik Greel di handphone_nya, lalu mengirimnya via messenger. Dia duduk dengan gelisah di kursi tamu, mendapati Yuki yang berlalu ke parkiran, membawa motornya entah kemana.

~~~

Accecorisnya cantik, apalagi modelnya” puji klien Papa.
Meika tersenyum ramah.
“Dia ini anak saya, Meika. beri salam sama Om Hundy, Dia klien Papa” suruh Papa, Meika mengangguk.
“Sore, om. saya Meika Canaya, senang bertemu dengan anda” sapa Meika.
“Anakmu sopan sekali, apa kesibukanmu sekarang, Nak ?”
“Saya kuliah Ekonomi keuangan, Om”
Wah, sudah Cantik, Sopan dan Pintar lagi. Manajemen Keuangan itu program study yang sulit” puji Om Hundy.
Papa tertawa renyah.
“Dia kan harus melanjutkan usaha keluarga, kelak. Tentu menjadi anggun adalah pilihan hidup yang berkelas” lanjut Papa, Om Hundy tertawa.
Oh, iya. Hari ini Om nggak sendiri di peluncuran rancangan baru kalian. Tapi, juga datang dengan Anak Saya. biar Om panggil” Om Hundy memanggil anaknya di meja sebelah, seorang cowok dengan spand jas datang menghampiri.
“Ini Dia anak Saya, Namanya Julian. Julian, kenalkan ini colega Papa dan itu Putrinya Meika”
                Meika tertegun mendapati wajah Julian berdiri di hadapannya, Julian tersenyum singkat.
“Senang berkenalan dengan Anda, Om. Saya Julian, Hay... Meika ? kebetuan Saya dan Meika sudah saling mengenal, Pa” tegur Julian.
Om Hundy dan Papa tertawa bahagia.
“Begitukah ? kebetulan yang menyenangkan. Something like fate” puji Om Hundy.
Julian tersenyum, sementara Meika harus memaksakan bibirnya untuk ikut tersenyum.
“Kita lanjut makan malam bersama saja, jarang jarang Dua sahabat lama bertemu” ajak Mama.
“Ma, Meika harus ke Bakti sosial” bisik Meika lirih.
Jangan permalukan Papa, sayang” kecam Mama sedikit membisik.
“Kenapa tidak ? Kita juga perlu membicarakan hal lain diluar bisnis kan ? penat rasanya tiap hari selalu bekerja” kedengarannya Om Hundy setuju atas tawaran Mama.
Meika menekan nafas panjang.
                Kedua keluarga itu duduk di satu ‘ve Dinner yang sama, dengan menu paling istimewa yang biasa dipesan saat pertemuan non resmi.
“Dimana Kalian berdua bisa saling mengenal ?” tegur Papa
                Meika menahan irisan steak angsa di piringnya, lalu melirik semua penghuni meja makan dengan singkat.
“Julian itu senior Meika di kelas memanah” terangnya.
“Meika itu Junior yang paling cepat tanggap, Dia benar benar terampil dan tenang. lesatan anak panahnya selalu mengenai sasaran, sejak kelas perdana” puji Julian.
Om Hundy tertawa.
“Kedengarannya, kalian berdua cukup akrab” sindir Mama.
“Nggak juga” jawab Meika
“Iya. Akrab” jawab Julian.
                Keduanya saling melirik, nada suara Meika tertindih kalimat Julian tentang mereka.
“Sebagai senior dan Junior, rasanya kami akrab lebih dari itu” jelas Julian, Om Hundy dan Papa tersenyum.
Dinner bersama seperti sekarang, menyiratkan Aku jika Kita seperti Besanan” terang Om Hundy.
                Penghuni meja makan tertawa renyah, seakan itu hal yang cukup membahagiakan untuk di nikmati. Sementara Meika harus menelan pahit atas satu kenangan buruknya dengan Julian. apalagi menyadari jika Ia tidak menemui Yuki di acara bakti sosial mereka, bahkan tanpa memberinya satupun kabar.

~~~

                Meika bergegas ke ruang ganti, mengambil handphone_nya. mengecek beberapa kali panggilan masuk dari Yuki yang tidak di jawabnya.
“Yuki pasti marah, Dia paling nggak suka menunggu. Sementara Aku bukan hanya membuatnya menunggu. Tapi, malah nggak datang sama sekali” keluh Meika lirih.
                Ia berjalan ke trotoar taman depan perusahaan, sampai kakinya lelah.
Cinderella selalu melarikan diri sebelum jam 12 malam”
tegur Julian dikursi taman, Meika spontan menoleh.
“Apa yang kamu lakukan ?”
“Kamu sendiri ? makan malam berlalu terlalu cepat. Dan Kau sekejap mata sudah menghilang” Julian tersenyum
“Bukan urusanmu” tadah Meika
“Tentang Kita ? Apa Kamu masih marah kepadaku ?” tatap Julian cemas, Meika hendak pergi. Namun, Julian menahan lengannya, memaksa Meika berhenti melangkah.
“Apa yang Kau inginkan ?”
Kamu ! Aku ingin kamu kembali kepadaku” gertak Julian sedikit arogan, Meika membuang lengannya.
“Apa Kamu lupa kenapa Kita putus ? Kamu yang ninggalin Aku, Julian” tadah Meika geram.
Cowok itu merunduk lemas, lalu terduduk di trotoar.
“Maafkan Aku, Aku janji nggak akan mengulangnya lagi. Aku akan memperbaiki semuanya, I’m swear
                Meika tertegun, Ia menatap hampa sekelilingnya.
“Aku sudah maafkan Kamu. Tapi, maaf Aku nggak bisa balikan sama Kamu. Aku nggak benci sama Kamu, cukup Aku dan Aku nggak mau mengambil resiko untuk terluka dengan orang yang sama, Aku udah punya Penggantimu” terang Meika lalu pergi meninggalkan Julian yang terpatung.
“Pacar yang nggak jauh lebih baik daripada Aku, Kamu pikir Aku nggak tahu ?” teriak Julian
Hentikan, Julian. jangan mencampuri yang bukan urusanmu” pinta Meika, sampai air matanya menetes.
“Pacarmu Cuma Humus yang nggak bisa jadi berharga di banding Aku, Kamu sadarkan apa yang akan terjadi jika keluargaMu tau Kau sedang pacaran dengan seorang pecundang seperti, Dia” gertaknya. Meika menoleh sinis, menatap Julian tanpa ekspresi lalu meninggalkannya tanpa rasa peduli sedikitpun.


korosif presentiment
***
                Paginya, Secret tempat Yuki tinggal jadi tujuan utama Meika setelah kelas pertama selesai. Cowok itu berdiri di depan tirai bamboo menyiramkan air ke bunga kaktus dalam pot kecil yang menggelantung.
Meika memeluknya dari belakang.
Ka’ Yuki” bisiknya lirih. Yuki tertegun mendapati Meika.
Ia melirik sepintas lalu melepaskan lengan Meika dengan tegap, Gadis itu cukup sadar jika Yuki masih enggan bicara dengannya sejak insiden kemarin.
“Kamu kemana aja, kemarin ?”
“Aku minta maaf”
“Aku tanya, Kamu kemana ? Aku paling nggak suka mengulang pertanyaan yang sama, Meika”
                Yuki bahkan tak menatap, Ia membalikkan badannya tanpa seincipun melirik Meika.
“Aku ada peragaan accecoris baru di kantor Papa, itu sebabnya Aku nggak bisa datang ke acara organisasi Kamu” terang Meika, Ia mendekap Yuki lagi. Tapi, cowok itu menghindar dengan jelasnya.
“Kamu sering ada peragaan. Tapi, nggak pernah sampai malam juga, kan ?” tadah Yuki emosi.
“Kamu marah ? Aku kan sudah minta maaf”
“Aku nggak tahu sedang marah atau apa sama Kamu, yang jelas Aku merasa nggak dihargai. Pacar Aku sendiri mikir nggak perlu datang ke acara yang menurut Aku penting”
Meika tertegun Yuki membagi judge judge negative kepadanya, seakan Meika sengaja nggak datang.
Apa ? kapan Aku mikir gitu tentang Kamu, Ka’ ? Aku maksa ke acara kamu. Tapi, sesuatu terjadi di perusahaan. Aku terpaksa nggak datang, Kamu ngerti donk” tadah Meika.
“Aku ngerti ? kenapa harus selalu Aku yang ngerti ? acara bakti sosial memang nggak ada apa-apanya dibanding bisnis keluarga Kamu”
“Yuki ! Aku cape jelasin hal yang sama. Aku terpaksa nggak datang, kalo pun waktu itu Aku bisa datang, Aku pasti datang” teriak Meika geram.
Yuki emosi tak tertahan mendengar Meika terus menjawab apa yang Ia debatkan, sampai bunga kaktus yang menggelantung, di banting Yuki dengan kasar ke lantai rumah pohon.
BruuUaaAakKk !!!?? potnya pecah berserakkan.
Meika tertegun, Ia nggak menyangka Yuki bisa sekasar itu kepadanya saat mereka berselisih paham begini.
“Aku nelpon kamu sepuluh, seratus atau bahkan seribu kali. Tapi, satu kali pun Kamu bahkan nggak menjawabnya. setidaknya Kamu kasih kabar ke Aku !!” tadah Yuki.
Meika menahan air matanya.
“Kamu marah seperti ini, ke Aku ? cukup mengerti bagaimana Aku sama Kamu ? Aku sudah menghapus setengah hidup Aku untuk disesuaikan dengan Kamu. Tapi, Kamu hanya bisa memperlihatkan kesulitan dari sifat keras kepala Kamu ke Aku ?!!” terang Meika
Ngasih kabar itu termasuk keras kepala ? Kenapa ? Kamu cape dengan Aku ? seharusnya Aku yang marah ke Kamu, bukan Kamu yang marah ke Aku !” Yuki menyeringai.
Meika mengangguk.
Baik, marah saja ! marah sepuasmu, hanya karena Kamu nggak suka menunggu dan Aku nggak datang. seharusnya dari awal Kamu nggak usah nunggu Aku !!” kecam Meika.
Oke ! Aku nggak akan pernah nunggu Kamu lagi ! puas ???” teriak Yuki geram, Meika tertegun. air matanya jatuh tak tertahan. Yuki melirik sepintas, Meika mundur perlangkah.
Apa ? kamu barusan bilang apa ?”
All is over !!? Meika” geraknya emosi.
                Meika dengan jelas dapat mengerti apa yang Yuki maksudkan, Gadis itu berlari meninggalkan Yuki di rumah pohon, menabrak Joko yang hendak meredam pertengkaran mereka. air mata Meika yang beku spontan meledak menemani langkahnya yang menjauh, sebisa jauh mungkin dari hadapan Yuki.
“AaaaAaAahHhKkKkKkkKkKKKKkKKKKKkkk !!!!??” teriak Yuki tak terkendali, saat Ia sadar telah membuat Gadisnya pergi.

~~~

“Aku nggak mengerti kenapa semuanya jadi seperti ini, Greel” isak Meika lirih di hadapan Greel.
Calm down, beibh. Dia mungkin sangat khawatir, makanya Dia marah kamu nggak kasih kabar ke Dia seharian. padahal kalian udah janjian mau ketemu di bakti sosial, baginya itu penting. Aku liat Dia mondar mandir nelpon Kamu, bawa motor kesana kemari, pahamilah posisinya”
Meika mendekap selimutnya dengan erat, menghapus air matanya yang meluap.
“Dia marah berdasarkan apa ? Aku kerja sampe nggak sempat pegang handphone, Dia harusnya ngerti” isaknya.
“Logika memang tau bagaimana membuat keputusan yang benar. Tapi, hati tau mana yang bisa buat bahagia bahkan jika itu keputusan yang salah”  lanjut Meika.
Greel membelai rambutnya,
“Dia Cuma lagi emosi. jadi, ngambil keputusan seperti itu. percaya deh”
Meika menggeleng, Handphone_nya berdering.

sender  : Ka’ Yuki
text-in   : Look at the windows

“Apa ? kenapa ?” tatap Greel, saat mendapati Meika bergegas menatap ke jendela.
“Yuki ?” Meika tertegun dari  balkon kamarnya.

Sender  : Ka’ Yuki
text-in   : let’s talk

                Gadis itu tidak beranjak dari balkon kamar, menatap Yuki di depan rumahnya.
“Samperin, gih ?”
Meika menggeleng “Nggak”
Loh, kenapa ?”
“Dia bilang All is over semudah membalikan telapak tangan.  Jadi, untuk apa Dia disini ?”
“Meika, jangan keras kepala. kasian kan Dia ?” Greel menjadi sangat sensitive soal cowok, semenjak Ia pacaran dengan penjaga perpustakaan.
Meika beralih masuk ke dalam kamar, membaca tabloid.
“Meika ?” tatap Greel tak percaya.
Hujan diluar sana menggelegar dengan derasnya.
“Diluar hujan, Dia masih diluar untuk Kamu. jangan begini Meika” Greel membuang tabloid dari tangan Meika.
Gadis itu melirik sinis.
“Nggak ada orang yang akan mati Cuma karna hujan, Greel”
Meika turun dari kamarnya, ke dapur. Greel membuntuti dari belakang.
“Dia basah kuyup, Dia bisa sakit jika semalaman dihujan” terang Greel, Meika meraih orange water di lemari pendingin
“Hujan akan berhenti nggak sampai tahun depan, ko. Dia pasti akan pulang” ujar Meika datar.
“Tanya hatimu, Meika” Greel menyerah, Ia masuk kembali dalam kamar. Meika diam di dapur, meneguk Orange juice. terus terang saja, hujan diluar sana bukan main derasnya. Yuki bisa pingsan jika berdiri semalaman di malam, dengan hujan yang seperti ini.
Yuki menggenggam  erat pintu pagar, yang menjulang tinggi dengan besi panahan. Ia menekan bel lalu kembali meratapi tubuhnya yang basah kuyup.
Meika keluar membawa payung, membuka pintu pagar.
“kenapa belum pulang juga ? kalo Aku nggak keluar di depan rumah, seharusnya kamu pulang saja. bodoh” teriak Meika geram, Yuki tersenyum menahan gemetar.
“Aku tahu Kamu pasti keluar” jawabnya ringan.
“Kamu bisa pingsan, Kamu itu orang anneh kepala batu. Batu dari zaman pra sejarah” Meika merekatkan payungnya ke arah Yuki.
“Aku tahu” Yuki kembali tersenyum.
“Kamu nggak harus tau ! Kamu yang nyuruh Aku pergi,  lalu kenapa sekarang ngajak bicara ?”
“Maaf” Yuki merunduk.
“Aku nggak tau harus bilang apa ke kamu”
“Janji, Aku nggak akan lakuin hal yang sama” Yuki menggenggam jemarinya.
Meika diam, membuka hatinya. lalu tersenyum
…..
“Jadi, Kita baikkan ?” tatap Yuki. Meika diam, menjatuhkan air matanya, lalu mengangguk.
“Orang macam apa, yang malah bertahan di hujan. saat malam seperti ini, hanya untuk bicara sama Aku, Aku benci Kamu, Kamu bodoh orang paling bodoh” gerutu Meika, air matanya mengalir jelas sampai akhirnya Ia terdiam karna Yuki memeluknya.
“Orang bodoh ini mencintaimu” bisiknya lirih, Meika mendekap erat membiarkan payungnya jatuh.
merasakan degup jantungnya, sebagai  lebih dari pengertian.
                Malam itu, Cuma ada Meika dan Greel dirumah, sesaat Yuki selesai menggunakan baju milik Ka’ Key. Keduanya berjalan di trotoar, hujan berhenti sebelum malam berakhir.
“Aku pikir kita harus mulai menjauhi satu kalimat”
“Apa ?” tatap Yuki
“segala kalimat yang ada kaitannya dengan mengakhiri hubungan” Meika menendang kaleng bekas dihadapannya.
“Aku juga berpikir begitu, Aku mulai menyadari satu kenyataan”
“Apa ?” Meika menoleh
“Kita tak boleh mengatakannya saat emosi, Aku bukan orang sabar yang bisa meredam amarah. Tapi, saat Aku berpikir hal yang buruk tentangmu, Aku bisa mempercayainya” Yuki merunduk.
Sayangnya, Aku menemukan orang yang lebih tidak sabar dibanding diriku sendiri. orang itu Kamu” tudingnya.
“Merasa menemukan lawan yang seimbang ? atau malah menemukan duplikat diri sendiri ?” Meika tertawa renyah.
“Keduanya” jawab Yuki datar.
Meika menahan tawanya.
“Maaf
“Jangan ! itu bagus untukku, rasanya seperti treathment mental. Sebenarnya Aku masih ingin memarahimu, Kau membuatku marah karna Kau tak memberiku kabar. Aku khawatir dan memikirkan banyak kemungkinan” jelas Yuki
“Aku tidak sempat menggunakan handphone kemarin. kalau begitu, sekarang Aku memberimu kesempatan untuk bisa memarahiku. Silahkan” Meika tersenyum simpul.
“Bagaimana Aku bisa memarahimu, lagi ?”
“Kenapa ? lakukanlah selagi Kau ku beri kesempatan. Kesempatan nggak datang dua kali, lho” ujar Meika
Bodoh ! Aku tidak bisa melakukannya karna memarahimu sama halnya dengan memarahi diriku sendiri” kecam Yuki.

~~~

                Meika  membuka jendela kamarnya, hari minggu. Dia tak harus membangunkan Greel karna gadis itu dengan santainya membaca tabloid di balkon.
sejak klarifikasi semalam, rasanya Meika mendapatkan mimpi indah. sampai Ia pun enggan bangun dari tempat tidurnya.
Greel selalu menginap di rumah setiap Meika sendirian, kedua orang tua melakukan beberapa pekerjaan bersama di luar kota sementara ka’ Key masih menyelesaikan study KKN_nya di desa binaan.
“Morning” tegur Meika
Greel meneguk hot capucino_nya.
“Siang”
iih, Resse !” teriak Meika geram, Greel tertawa.
Meika melirik handphone_nya, Ia dan Yuki saling tukar kartu SIM sejak semalam. Jadi, Meika tengah menggunakan nomor handphone Yuki.

sender  : Ewwin
text-in   : Nyokap di rumah sakit ? ruangan mana ?

                Meika tertegun menatap LCD handphone_nya, Ia bergegas mencuci mukanya lalu menggunakan sweatterz yang bisa diraihnya.
Weitch ! remaja .. Mau kemana ?” teriak Greel
Meika secepat kilat menuruni tangga kamarnya, menghentikan sopir taxi yang kebetulan melintas.
“Rumah sakit, pak” ujarnya.
Meika mengancing knop sweeaterz_nya yang belum sempat di perhatikan, taxi membawanya ke rumah sakit.
                Ibunya Yuki tengah sakit dan Yuki tau itu. Tapi, Ia malah menggunakan waktunya untuk bertemu Meika. bukannya menjaga Ibunya ? apa meluruskan masalah lebih penting daripada  mengkhawatirkan Ibu sendiri ? Meika menekan batin atas segala keegoisan Yuki.
“Yuki ?” tatap Meika di koridor rumah sakit.
Cowok itu duduk di loby memangku tangan.
“Kamu disini ?”
“Kenapa Kamu nggak ngasih tau, kalo Ibu Kamu masuk rumah sakit ? Hahg.. !!?” tatap Meika geram.
Yuki tak bersuara.
Meika berdiri dihadapannya.
“Ka’ Yuki !! Kamu egois, Ibu Kamu masuk rumah sakit sejak semalam kan ? Aku tau dari Sms_nya Ewwin. andai Kita nggak tukaran nomor handphone, Aku pasti tetap nggak tau, tentang samua ini. semalam Kamu ketemu Aku. Tapi, Kamu bahkan nggak ngomong apa apa” gerutu Meika
                Ia memelankan suaranya saat menyadari jika Mereka tengah di rumah sakit, bukanlah tempat yang baik untuk bertengkar.
“Bisa berhenti ngomong, nggak ?” tatap Yuki prihatin.
“Bisa, jangan khawatir. Aku malah bisa berhenti ngomong ke kamu selamanya. Jadi, dengan begitu kamu nggak usah ngasih tau ke aku apa yang terjadi dengan hidup kamu. terus aja jadi orang yang tertutup, kalo itu memang menyenangkan buat kamu” ujar Meika geram.
                Ia berniat membuka pintu kamar, menengok ke dalam. Tapi, Yuki malah menahan lengannya, Meika terdiam.
“Aku memang disini, Ibuku sakit bukan hanya sejak semalam. Dia sudah sebulan dirumah sakit, Aku nggak pernah berpikir ini terjadi. saat semalam Aku menghabiskan waktu dengan Kamu, hanya untuk menyelesaikan masalah kita. Tapi, Aku ?”
Yuki spontan berdiri.
“.. Aku malah kehilangan Ibu Aku untuk selamanya” Yuki menyandarkan kepalanya di pundak Meika.
“.. Bisa tidak ? jelaskan kepadaku kenapa Tuhan, menciptakan seseorang bertemu untuk kemudian berpisah ? bisa tidak ? tanyakan pada Tuhan, kenapa Ia selalu mengambil orang orang yang Aku sayangi ?” isak Yuki lemas.


It was almost like a song
***
Yang namanya pemakaman, tentu saja akan mengundang banyak tangisan. Tapi, Yuki nggak menangis sedikitpun. air matanya telah habis jauh sebelum Ibunya meninggal.
“Kamu siapa ?” tatap seorang wanita paruh baya
“Saya, Meika. Tante” Meika tersenyum ramah.
“Pacarnya Yuki, Tante” ujar Joko
“Calon anak mantu, itu” Ewwin menambahkan.
Meika menggaruk malu lehernya, sampai akhirnya Yuki datang lalu duduk diantaranya.
Pemakaman telah selesai beberapa saat yang lalu, hari telah sore. Tapi, disinilah mereka. duduk di antara para orang tua, di tengah tengah keluarga Yuki.
“Pacar kamu, nak ?” tatapnya.
Yuki melirik Meika lalu tersenyum gagu
“Aku nggak bisa bilang, Tidak ! ma” jawabnya, Meika tertegun, Yuki memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan Mama ?
“Meika, kenalin ini Mama Aku” ujar Yuki, Meika senyum heran. lebih tepatnya Ia bingung.
“Nanti Aku jelasin” bisik Yuki. Meika mengangguk lalu mencium tangan Mamanya.
“Cantik, seleramu meningkat” puji Mamanya, Meika merunduk malu.
“Apa yang kamu suka dari Yuki ?”
“Mama jangan mulai, deh” Yuki mengeluh
biarin.. Yuki ini jelek, pengangguran & hidupnya Cuma kayak gini. Mama kalo jadi cewek lagi, Sumpah deh nggak mau dapat cowok kayak Yuki” lanjutnya.
Meika tersenyum lirih.
“Apalagi saya, Tante. jijay chuiy” sindir Joko genit.
                Memancing tawa setiap orang, setidaknya itu mampu melumerkan senyum dari tangis duka akan kehilangan.
sebelum hari berubah menjadi malam, Yuki menggunakan motor automatic_nya untuk mengantar Meika pulang.
“Hati hati dijalan, Yuki. jangan ngebut”
“Meika pulang, Tante
“Iya, Nak. sering sering main kemari”
“Iya, Tante. makasih”
“Lain kali jangan panggil Tante, yah ? panggil saja Mama” bisiknya, Meika tersenyum lirih lalu mengangguk.
“iya, ma” teriak Yuki.
“Merusak suasana” ujar Mama
“Abis kelamaan, sih” gerutunya.
                Meika naik di boncengan, motor itu membawanya pergi ke arah south. menikmati dinginnya senja di atas motor yang mengukir jalanan teduh.
“Kelihatannya, kamu berhasil memenangkan hati mama”
“Nggak mau menjelaskan tentang sesuatu ?
“Oh, iya..” ujar Yuki, Ia menghentikan motornya di pelabuhan. liuk camar menyambar sunset yang membias ke laut, menekan udara pantai yang membuat ombak mendesir. Good scenary, Tuhan paling tahu bagaimana caranya merancang pemandangan.
“Kamu nggak mikir tentang apa yang Mama ku bilang tadi ?” tatapnya, Meika duduk di tapal batas.
“Aku sampai sekarang nggak tau alasan Kamu mau jadi pacar Aku. Aku nggak tampan, nggak tajir & bahkan nggak punya apapun yang bisa Aku banggakan kepadamu”
Meika mendaratkan jemarinya di depan bibir Yuki, membuatnya berhenti bicara.
“Nggak semua pangeran harus sempurna. Mau contoh ?” tatap Meika, Yuki mengangguk.
Beauty and the beast, juga nggak sempurna. Tapi, mereka tau bagaimana cara yang sempurna untuk bahagia”
“Kalau dipikir pikir, Aku punya pacar yang sangat perfect. Dia pintar, cantik, semua orang menginginkannya”
“Tapi, hanya Kamu yang bisa menerima kekurangan Aku”
Yuki tersenyum.
“Keluargamu, begitu harmonis. Kau tau tentangku ? semuanya berbanding terbalik, Meika. Aku hanya mengenal Ayah dari fotonya saja, Dia meninggal menyisakan dua istri. Aku anak Mama. Tapi, Aku tinggal dengan Ibu, Dia yang paling mengerti, hanya Dia yang tau segala hal yang Aku sukai dan yang nggak Aku sukai. sementara Mama ? Dia harus bekerja lebih, anaknya bukan hanya Aku. Aku punya dua orang kakak. kehidupanku sangat aneh, Ibu sering berantem dengan Mama. Dia Ibu Tiri. Tapi, Aku lebih menyukainya” air mata Yuki jatuh.
“Aku tak heran saat tak ada keluargaku yang menangisinya. itulah kenapa Aku menahan air mataku saat dihadapan mereka.. Mama hanya istri ke dua, wajar jika Ia memikirkan banyak kebencian. Ibu tak memiliki seorang anak pun, Aku pikir itulah alasan kenapa Ayahku menikahi Mama” lanjutnya.
“.. Aku berasal dari keluarga yang anneh, itu sebabnya Aku sering kau sebut orang anneh” Yuki menghapus air matanya.
“Nggak, Yuki. Aku nggak pernah berpkir begitu”
Yuki merekatkan jemarinya di bibir Meika.
“Aku tau” bisiknya.
“Aku hanya, memikirkan ini dan itu. rasanya sesak. Aku kehilangan Ayah lalu sekarang Ibu ? Aku tak ingin kehilangan orang – orang yang Aku sayang, termasuk kamu. Aku memang berasal dari keluarga yang nggak harmonis seperti keluarga Kamu. Tapi, nggak salah kan kalo Aku mencoba untuk menciptakan keluarga yang Aku impikan kelak ------
bersama denganmu ?” tatap Yuki, air mata kelunya berhenti di dagu. Meika mengangguk, menghapus air mata Yuki. berharap dapat menghapus air mata dalam hatinya juga.
                yang tak terlihat, rasanya jauh lebih perih dari yang ada dihadapan mata. Meika tersenyum.
“Aku nggak akan biarkan Kamu berjuang sendiri untuk mendapatkan keluarga harmonis seperti yang Kamu impikan. karna apa yang kamu khayalkan adalah hal yang Aku harapkan” bisik Meika.
Yuki mengangguk, menatap kedua mata gadisnya. sendainya waktu dapat berhenti sekejap saja. Meika dapat menafsirkan satu hal yang sejak awal ingin Ia katakan.
“Mata yang sangat indah” pujinya. Yuki tersenyum, menahan ledakan hatinya saat Meika menggenggam wajahnya.
Meika memang nggak akan pernah bisa menjelaskan kenapa Tuhan menciptakan seseorang bertemu untuk kemudian berpisah. atau menjelaskan kenapa Tuhan selalu mengambil orang – orang yang Yuki sayangi.
Tapi, sekiranya perpisahan lebih baik terjadi sebelum banyak luka yang akan terperih. itu rasanya tak akan lebih menyakiti.
                Cerita itu indah, jika dirangkaikan dengan kata mungkin kenangan tak akan sesingkat itu. Jadi, walaupun akhir akan ada diantaranya, tak akan membuat berakhir tidak sempurna apa yang baru di tuai. dan apa yang baru dimulai tak akan mendapatkan akhir yang cepat, karna setiap cerita akan berakhir dengan indah.

~~~

“Kau masih kemari juga ?” tegur Detha, Ia menekan kata Juga seakan ada sesuatu dibaliknya.
Meika menoleh, Ia heran seorang rival mau menegurnya di siang bolong.
“Berhubung tempat tinggal Yuki di secret dan Aku adalah pacarnya, apa salahnya Aku kemari ?”
“Ini secret organisasiKu, anak Ekonomi nggak seharusnya sering maen kesini. Makanya Aku nanya” tatapnya geram.
“Denger, ya ? Aku itu bukan lagi orang lain. Jangan lupa apa yang udah Aku lakuin untuk bakti sosial kalian”
“Aku hanya heran, tak ada lagi urusannya. lagian Bukannya Kalian udah putus ?”
“Aku tak pernah merasa putus dengan Yuki, lalu apa urusanmu, Detha guid-able Anggara ?” kecam Meika.
                Detha spontan mengalihkan tatapan matanya, saat Meika menyindir tentang nama Twitter yang Detha gunakan.
“Kamu tau nggak, tentang menjaga martabat di antara tatapan orang lain ? salah satunya adalah menghindari pemakaian nama Pacar orang lain di akun sosial pribadi. Kenapa ? karna itu semakin menunjukan betapa tak bermartabat_nya parasit yang nggak bisa move-on” ujar Meika ketus, dengan senyuman entengnya.
                Detha menggenggam jemari hingga bergemeretak.
“Aku boleh mengajukan permintaan ?” ujar Meika lagi. Detha terus diam menahan emosi di ubun ubun.
                Ia yang memulai, tak akan salah jika Meika yang melanjutkan. itu terserah dari Detha mau mengakhiri debat ini atau meneruskannya.
“Aku sangat paham, jika Kau orang yang paling mengenal Yuki. Orang yang cintanya luar biasa, lebih besar beribu ribu kali dari pada Aku. Tapi, dengan segala kerendahan hati yang Aku punya, please deh ka’ Detha.. hapus nama pacar Aku dari akun sosial kamu” lanjut Meika.
                Detha tersenyum.
“Merasa terganggu ?” tadahnya
“Nggak, Aku malah bangga. karna ternyata cowok Aku masih banyak yang suka, salah satunya Kamu. Cuma, Aku berbagi perasaan kasian aja sama Ka’ Detha. prihatin diliat orang _kan ?” terek Meika.
“Mau Aku kasih tips, nggak ?” tatap Detha. Meika tersenyum
“Selama itu baik, kenapa tidak ?”
“Yuki itu orangnya keras, Dia nggak akan mudah luluh dengan orang kecuali temannya. selama Aku sama Dia pacaran, Dia nggak pernah tuh kasar ke Aku sampai pake acara banting pot kaktus segala..” sindirnya. Meika menciut menahan emosi, memaksanya menatap Detha yang tersenyum evil.
“Batu itu bukannya harus dilawan. Tapi, dimengerti. Jadi, jangan melawan Api dengan api juga. hadapilah dengan air, itu akan membuat apinya padam” lanjut Detha.
                Ia beranjak berniat meninggalkan Meika di bawah rumah pohon.
Sayangnya, caramu itu yang membuat Yuki meninggalkanmu, kan ? Aku itu pacarnya, bukan Ibunya. Aku punya cara sendiri untuk mencintai cinta yang Aku cintai, kenapa ? karna saat Aku yang ikut menjadi api. Maka, Yuki yang sedang kebakaran akan berusaha memadamkan Aku”
kecam Meika. Detha menghentikan langkahnya didepan sana, mendengar  Meika tertawa lirih.
“Kenalilah dirimu sendiri, dengan begitu Kau bisa dengan baik mengenal orang disekelilingmu. Menjadi sok tau itu sangat menyiksa disaat Kamu nggak benar – benar tau” tutup Meika, Detha menoleh.
                Yuki turun dari rumah pohon, membawa kain berwarna merah yang digulung gulungnya sebagai handmad.
udah makan ?” tegurnya.
                Cowok itu nggak sadar jika Ratu Gunung Es lagi beradu lidah dengan gumpalan larva panas, Meika menggeleng lalu tersenyum.
“Kita makan soup tauge ? untuk mempersiapkan rencana menikah ?” tatap Meika, Yuki menghambur rambut gadisnya.
“Kau ini,..” keluh Yuki. karna Meika menyidir alasan Yuki menembaknya beberapa periode yang lalu.
                Detha panas mendengar hal yang tak ingin di dengarnya, Ia berlalu dengan pasti ke atas rumah pohon. Menemui Ewwin dan Joko yang lagi main catur, lalu yang selanjutnya terdengar adalah dentuman keras dari pintu yang di banting Detha.
“Kenapa tuh anak ?” gumam Yuki
Oh. Detha ? Haid-nya nggak lancar. Kita makan yuuk” ujar Meika sembari menarik narik kaos tanpa kerah yang Yuki gunakan. membuatnya beranjak pergi ke warung depan Universitas.

~~~

                Hujan nggak berhenti turun di lesehan yang Mereka singgahi, sebagai tempat berteduh.
“Aku suka” puji Meika
“Apanya ? hujannya ?” Yuki menjulurkan tangannya di depan, sehingga rintikkan hujan jatuh di atas jemari.
Bukan. Tapi, Guntur dan kilat” kilah Meika.
Yuki tertawa
“Kau tidak takut ?”
“Aku takut. Tapi, Aku suka
“Apa mereka ada artinya ?”
“Apa menyukai harus menggunakan alasan ? kau selalu bertanya tentang arti”
“Sebenarnya Aku bukan orang yang banyak bertanya. Tapi, Kau cukup membingungkan” ujar Yuki.
Meika tertawa renyah, Ia mendekap erat lengan Yuki. sebisa yang Ia mampu, Cowok itu menghembuskan nafas panjang.
“Kalau menyukai tidak harus menggunakan alasan, apa Kau akan tetap menyukaiku ketika tau, Bagaimana Aku sebenarnya ?” tatap Yuki.
Meika menepis detakan di jantungnya, merasa jika Yuki berniat menyampaikan sesuatu.
“Apa ada yang salah ?”
“Maksudku, ketika Guntur dan kilat membuatmu takut. Tapi, Kau tetap menyukainya. Apa itu juga berlaku buatku ?” Suara Yuki merendah perlahan.
“ada yang ingin kau katakan ?” tatap Meika prihatin.
“Kenapa Kau bersamaku ? Apa Kau mencintaiku ?”
“Aku pikir, Aku lebih dari mencintaiMu. Kau satu satunya orang yang menerimaku apa adanya, Kau satu satunya orang yang memberiku banyak perasaan lebih berharga. Apa yang Kau khawatir kan ?” Meika mengubah posisi duduknya.
                Sesaat cowok itu membalikkan badannya, membelakangi Meika.
“Jika Aku tak sebaik yang Kau pikirkan, bagaimana ?”
Meika tak mengerti dengan Yuki malam ini, Dia Nampak sangat berbeda. Dia menyembunyikan kalimat yang Hendak Ia katakan.
“Aku tidak mengerti” ujar Meika bingung.
“Aku make narkoba. Aku pikir, Aku harus mengatakannya sebelum Kau mengetahuinya dari orang lain” terang Yuki, Ia juga mengkhawatirkan posisi Detha di hubungan mereka. Ia tak mau jika Gadis itu yang akan menyampaikan segala tentangnya kepada Meika.
“Aku pecandu berat, Meika. Aku punya masa lalu yang begitu hancur, Aku pernah depresi. Aku pernah sakaw atau bahkan nyaris mati karna narkoba. sampai sekarang Aku belum bisa berhenti..” Meika terdiam, mendengar segala hal yang Yuki tuturkan bisa saja menghentikan denyut nadinya.
“Kamu nggak serius, kan ?” ujar Meika gagu
“Apa Kamu takut sama, Aku ? Aku bukan Cuma make Narkoba. Tiap malam, dengan Beberapa teman yang Kamu kenal, selalu minum Alcohol bahkan tanpa alasan. Aku jarang dalam keadaan sadar kalo nggak sama – sama Kamu, itu Dunia yang selama ini Aku nikmati. Meika..” lanjut Yuki, Meika menekan batinnya atas apa yang Ia dengar.
“Aku masih berada dalam dunia yang seperti itu, Aku tau kalo itu salah. Tapi, Aku nggak bisa berhenti, rasanya kayak mau mati kalo nggak nge-drugs” Yuki menggenggam jemari Meika, Gadis itu menghindar.
“Aku nggak cukup pantas buat Kamu ? Aku tahu. Tapi, Aku punya niat untuk berhenti, ko. Aku berpikir buat meninggalkan semuanya ketika Aku tahu Kamu tulus sama Aku” ujar Yuki.
“Kenapa Kamu bilang segala hal, yang mungkin membuat Aku berubah pikiran. ketika Aku udah benar – benar sayang sama kamu ?” tatap Meika bingung, air matanya menetes.
“Karna, Aku nggak mau kehilangan Kamu. Aku pikir keinginan Aku untuk berubah akan hilang kalo Aku nggak sama – sama Kamu lagi, itu sebabnya Aku lakuin ini” Ujar Yuki, Ia merunduk menyembunyikan wajahnya dengan rambut.
“Sejak kapan ? sejak kapan Kamu make ?”
“Lama, Meika. Aku bahkan nggak ingat kapan tepatnya. itu lebih dari 5 tahunan, Aku belum pernah mencoba untuk menghentikannya. Ewwin pernah nyaris berhenti. Tapi, Dia nggak berhasil, Dia masih lanjut”
“Kamu sama Ewwin, make ?”
“Bukan Cuma kita berdua aja, ko. Narkoba ibarat sebuah kebutuhan pokok. Kalo Aku lagi butuh, ketika Barang nggak ada. Aku bisa kaku, kaku itu artinya mati”
“Teman – teman Kamu ?” tatap Meika bingung
“Iya, yang Kamu kenal dari mereka. Beberapa make dan beberapa juga nggak, seperti Joko. Aku nggak begitu ngerti barangnya dari mana. Tapi, Aku selalu dapat stock dua hari sebelum weekend
“Dari siapa ?”
“Aku nggak ngasih tau, sama orang yang nggak make” ujarnya. Meika menggigit bibirnya lirih.
“Kamu takut sama Aku ?” tatapnya.
Meika mengangguk “Sangat takut. Aku nggak pernah mikir bisa pacaran sama pecandu narkoba
Yuki tersenyum pahit mengenali siapa dirinya sendiri.
“Aku pacarmu, Aku pasti bantu Kamu berubah. Aku janji” Meika mendekatkan kelingking kanannya hingga melingkar di jemari Yuki.
“Bukannya Kamu takut sama Aku ?” Yuki meneteskan air matanya, Meika menghapus lirih.
“Seperti Guntur atau kilat. Aku takut. Tapi, Aku suka. jujur Aku bukan hanya takut saat tau Kamu seperti itu. Tapi, Aku lebih takut lagi kalo Aku ninggalin Kamu dalam keadaan masih seperti itu….” Meika mendekapnya erat.
“Percaya sama Aku, Kamu bisa berubah, Aku sayang sama Kamu, Yuki” bisik Meika. Yuki menahan air matanya menyadari jika Cowok tak seharusnya menangis.


easily  dying
***
“Detha tau kamu pecandu narkoba ?”
Yuki mengangguk.
“Dia bilang, mencintai Aku apa adanya. Jadi, Dia nggak keberatan saat Aku malah terus konsumsi Narkoba. mencintai apa adanya ? yang benar saja,..” ujar Yuki, Ia melempar handuknya di atas kayu rotan.
“.. Aku saja nggak bisa mencintai diriku sendiri. Tapi, Dia membiarkan Aku terus terjerumus dalam lembah hitam. Apa itu bisa dinamakan Cinta ? Dia selalu berpikir Dia yang paling mengerti cinta” lanjutnya.
Meika menyanggul rambutnya dengan pencil yang Ia temui di lantai, Yuki duduk di depannya.
“Jadi, Dia bukan motivator yang baik”
“Nggak juga, semua orang kan nggak sama” ujar Yuki.
                Ia meletakan pot kaktus di antara mereka.
Nah, let see_ Magnanimous Kaktus” puji Yuki.
                Meika menatap kaktus kecil yang kemarin di banting Yuki, rupanya Ia telah mengganti potnya.
“Kaktus yang baik hati ?” tanya Meika.
“Kamu tau artinya ? nggak banyak orang tau istilah itu”
“Aku satu satunya di antara berapa banyak orang yang kamu kenal ?” Meika tertawa.
“Nggak juga. Ada ko.. beberapa anak Mapala yang tau istilah itu” Yuki mengalihkan.
“pujian yang udah terlanjur keluar, nggak bisa ditarik” kecam Meika, Yuki tertawa renyah.
“Ampun, Nyai” ujar Yuki.
Meika menatap kaktus antusias lalu mengangkatnya.
“Kamu suka kaktus ?”
“Iya” aku Yuki.
“Kenapa ?”
“Memangnya menyukai itu harus pake alasan, ya ?” Yuki memainkan matanya, Ia menggunakan kalimat yang biasa digunakan Meika.
“Jangan pake kalimat Aku” ujar Meika.
Yuki melirik sepintas lalu tertawa.
All right, Kaktus itu berduri. durinya bukan hanya pelindung. Tapi, juga sebagai cara mempertahankan diri. Dia bisa menyerap banyak air dalam waktu yang lama, artinya Dia nggak gampang mati saat musim panas”
“Tapi, kalo banyak disiram air dia juga akan mati” kilah Meika
“Artinya, Dia juga nggak gampang untuk di pelihara. butuh hal yang pas, justru Dia akan mati kalo merepotkan pemiliknya” kilah Yuki.
Meika mengangguk.
“Kaktus juga bisa melindungi pemilik rumah dari santet, lho.. berhubung di Indonesia masih banyak yang menggunakan profesi mistikus paranormalius” sindirnya. Meika tertawa.
“Maksudnya paranormal ?”
“Atau bahkan Paranggak’normal” Yuki mendekatkan hidungnya, Meika tersenyum simpul.
“Aku merasa seperti kaktus, atau kurang lebih ingin seperti Dia” tunjuk Yuki ke pot yang Meika genggam.
“Pantas saja, banyak pot kaktus bergelantungan di rumah pohon” gumam Meika.
“Aku yang menanam semuanya, Kau suka tanaman apa ?” tatap Yuki, Meika menerawang.
“Ada nggak tanaman yang cantik. Tapi, juga hebat seperti Kaktus ?” tanyanya.
“Ada. Salah satunya bunga mawar merah. Dia juga punya duri, baiknya di tanam di halaman tanpa pot”
“Kenapa ?” Meika antusias.
“Karna, Ia membuang aura negative jika berada di tanah yang
sama, dengan yang sementara kita pijaki” jelas Yuki
“..Dia juga bisa menghalau santet. Tenang saja” lanjutnya. Meika tertawa.
“Kau selalu menghawatirkan hal-hal diluar logika, seperti santet dan apalah..”
Kan, udah dibilang. Kita itu Indonesia, masih rame sama yang namanya profesi mistikus paranormalius. mau di percaya, dilarang Tuhan. nggak dipercaya, Kita sasaran. Indonesia memang sesuatu” ujar Yuki lagi.
Meika tertawa renyah.

~~~

                Ka’ Key membanting diri di atas sofa, tanpa menyadari jika Greel ada disana.
“Ka’ Key ?” ujar Greel terkejut, Key spontan duduk bersila.
“Kamu siapa ?” tatapnya.
“Massa lupa ? itu Greel, ka” teriak Meika dari dapur.
                Ia datang membawa orange jus di baki, lalu membaginya di atas meja kaca.
Greel, siapa ?” ka’ Key memperhatikan wajah Greel antusias, Greel tertawa.
“Tetangga di Leep Sent, baru juga 3 tahun. Ka’ Key bisa cepat banget lupa sama Aku” gerutu Greel.
Oh ? Kamu, abis cantik sih.. Jadi, nggak kenal deh
“Datar banget gombalnya Ka’. jangan macem macem ! punya orang tuh” ledek Meika
“Apaan ?” Ujar Greel
“Serius ? wah, udah berani ya ? pacaran” kecam Key.
                Greel meringis, Ia mendekat ke Meika lalu berbisik.
“Kakak Kamu nggak sadar apa ? kalo Adeknya Si Meika Canaya, malah udah berani gonta ganti pacar” ujar Greel lirih
                Meika menatapnya khawatir.
“Jangan berisik” ancamnya, Greel mengangguk gagu.
“Ya, udah. diminum gih” tunjuk Ka’ Key ke orange water yang di sediakan Meika, Greel tersenyum.
“Udah selesai KKN_nya Ka’ ?”
Key mengangguk “Udah”
KKN itu enak, ya ?” tatap Greel
“Bukan enak. Tapi, Asik. rasanya seru kayak Ospek. Tapi, sangking serunya. Jadi, nggak mau ke ulang deh..” terang Key.
                Greel dan Meika tertawa bersamaan.
“Kakak keatas dulu, ya ? soalnya baru pulang, cape” keluhnya
“iya, kak”
                Greel meneguk gelasnya, Meika menadah membuat gadis itu tertegun.
“Apaan, sih ?”
“Kamu itu, kalo sampe Ka’ Key tau Aku punya pacar. bisa ribet urusannya” keluh Meika bertubi tubi.
“Wajar kan kalo Kamu punya pacar, trus masalahnya apa ?”
“Masalahnya adalah, Ka’ Key bakalan mengintrogasi semua orang untuk bisa tau siapa pacar Aku. kemudian Dia akan mewawancarai Pacar Aku dari A sampe Z. Nah,, Kalo Dia dapat Yuki ? habislah riwayat ceria cinta Aku”
                Greel mengangguk lemas.
“Karna kalian itu beda dunia_kan ?”
“Kenapa sih, Kamu selalu bilang Aku dan Yuki beda Dunia ? perasaan Kita sama sama di Bumi, bukannya penghuni mars
“Tau deh, ya ?” ujar Greel masa bodo.
“Greel, Aku takut dengan semua ini..” Meika duduk memangku kakinya di atas ayunan rotan.
“.. beberapa tempo yang lalu, Yuki ngaku ke Aku..” lanjutnya.
Greel tertegun.
“Ngaku apa ? Apa Dia selingkuh ? Dia balikkan sama Detha ? Dia pacaran sembunyi sembunyi ? Dia pernah menkhia,,..”
“Bukan, Greel” ujar Meika lemas, saat Greel menyerbunya dengan berbagai spekulasi.
Meika menarik nafas panjang
“Dia pake narkoba, Greel. Dia cerita semua ke Aku, rasanya kayak telingaku dipukul pake petasan. Jadi, nggak dengar apapun”
trus Kamu bilang Apa ? Kamu tampar Dia ? cowok begitu mah,.. tinggalin aja. masih banyak diluar sana yang baik dan benar” gunjing Greel
“Aku nggak bisa, Greel. Aku sayang Dia, Dia janji akan berubah, kalo Aku selalu sama Dia”
“Begini, kasih tinggal saja. bilang sama Dia untuk kembali cari Kamu disaat Dia udah berubah. dengan begitu Kamu nggak perlu takut apapun” Greel menepuk pundak Meika.
                Kedengarannya seperti memberikan sugesti ketimbang memberi saran, rasanya malah tidak membantu.
“Dia malah nggak ada keinginan untuk berubah kalo Aku tinggalin” terang Meika.
                Greel merunduk bingung, menggigit bibir bawahnya.
Kenapa Kamu bertahan, Meika ?”
“Cinta itu nggak pernah pake Karena, Greel. Jadi, jangan tanya Kenapa” tatap Meika dramatis.
Ahk, Aku nggak pernah tau kalo akhirnya, Kamu bisa terjebak dalam urusan yang begitu rumit” giliran Greel mengeluh.
“Semalam jam 2, Dia IM- Aku. Dia minta Aku ke secret
“What The FÜÜK ?!! Gila Apa ? minta Kamu ke Secret jam 2 malam ?” maki Greel
“Jam segitu, Dia lagi ingin barangnya. Hanya ketika Aku bisa bikin Dia rileks, Dia nggak Akan make. Dia butuh Aku”
“Meika !! Tapi, Immposiblle banget, kan ?”
“Iya, Aku nggak datang dan akhirnya Dia make, lagi” Meika merundukkan pandangannya.
“Aku nggak tau, Greel. Aku bisa lanjutin semua ini atau nggak. Terus terang Aku yang ketakutan” lanjutnya.
air mata Meika jatuh.
“.. Takut kalo, Dia nggak bisa berhenti. Takut kalo, malah Aku yang berhenti untuk bantuin Dia. Aku udah janji untuk bantu Dia berubah. Ternyata memang nggak gampang, Greel” lanjutnya.
Meika..” Greel ikut menangis, Ia mengusap punggung gadis itu. berharap sentuhan mampu membawa pergi kesahnya.
“Aku hanya percaya satu kekuatan, Greel. Ketika Dia yakin sama Dirinya sendiri untuk berubah, saat Aku jadi bagian dari motivasinya. Aku berani sumpah, Kalo Cinta itu lebih dari sihir. Aku nggak punya mantra apapun untuk meyakinkan. Tapi, ada hal yang ternyata lebih bisa dipahami dari pada menjelaskan. yang malah membuat Yuki ingin mengatur kembali hidupnya.. Aku bikin semua jadi lebih sederhana. Dia bisa hubungi Aku kapanpun, Aku akan datang ketika Aku diharuskan untuk membantunya menahan diri. Tapi, ..” isak Meika menjadi.
“.. Aku malah nggak datang dan Dia make, lagi. hanya karena Aku nggak disampingnya” tutup Meika.
                Tangisnya meluap, menampung perih hati. saat Cinta menguji dengan caranya, atas sebuah pengorbanan yang sesungguhnya.

~~~

“Kamu berniat untuk minum alcohol, lagi ?” tatap Meika nggak percaya. Malam itu, Yuki kedatangan tamu. Teman temannya dari luar Universitas.
“Demi teman, Meika” kilahnya.
                Meika membuang nafas kesal, Ia datang Malam Minggu ke secret untuk mengajak Yuki hang-out. Tapi, yang di dapatnya ketika membuka pintu Adalah Botol botol alcohol yang masih tersegel di hadapan Yuki dan teman temannya.
Meika yang tertegun, berlari ke luar. Namun, Yuki mengejarnya dan disinilah Mereka sekarang. Di bawah rumah pohon, sementara di atas sana Teman teman Yuki menunggu.
“Tapi, Kamu udah janji sama Aku untuk berhenti minum alcohol, Yuki” tatap Meika geram.
“Cuma sekali ini, tolong Meika. Nggak enak sama teman teman Aku” ujar Yuki sembari menggaruk garuk rambutnya.
“Jadi, Kamu lebih pilih teman teman kamu yang rusak itu ? ketimbang dengerin Aku ? Kamu lupa, ya ? Kamu yang bikin janji sama Aku untuk berhenti” kecam Meika emosi.
“Pelankan nada suara Kamu, Meika. Aku lakuin ini karena..”
“Karena, apa ?!” Meika membentak.
                Yuki duduk lemas di trotoar.
“Karena, mereka tau Aku siapa..” kecam Yuki. Meika menghapus air matanya yang spontan keluar, hal yang kerap kali terjadi saat Ia nggak bisa menahan emosi.
“.. Aku ini jauh lebih rusak dari pada Mereka, Aku dikenal dengan imej yang seperti itu. Beberapa waktu yang lalu, Aku pernah berkunjung ke tempat mereka dan Mereka mentraktir alcohol sebanyak yang Aku mau. itu sebabnya ketika mereka berkunjung ke tempat Aku, Aku harus melakukan hal yang sama. Walaupun mereka nggak minta secara langsung. Tapi, itu udah kayak kewajiban. Kamu nggak akan pernah ngerti bagaimana Jadi cowok, Meika” Yuki merunduk di lututnya, menyembunyikan wajah disana. seakan Meika akan segera menerkam jika Yuki menatapnya.
“Tapi, Kamu udah janji sama Aku” isak Meika.
Yuki mendongak
“Sekali ini saja, janji ini yang terakhir” pintanya. Meika diam, tak mengatakan apapun.
                Ia hanya memberikan sebuah rantang kecil.
“Aku kemari sebenarnya Mau ngasih ini” ujarnya.
Yuki berdiri, menjamahnya dari jemari lentik itu.
“Makanan ?” tatap Yuki
Meika mengangguk “Semoga Kamu suka”
Yuki diam,
“Aku nggak tau lagi mau ngomong apa, Aku nggak ngerti bagaimana jadi cowok. Aku juga nggak cukup berarti untuk jadi cewek. Disaat Aku nggak bisa bantu Kamu untuk berhenti. Aku bingung, atau mungkin Aku benci sama Kamu. rasanya akan tetap sama saja. Jangan hubungi Aku lagi, Yuki. Aku capek sama Kamu” keluhnya.
                Sesaat Meika berlalu pergi meninggalkannya di trotoar depan kampus tanpa kata.

~~~

                Beberapa hari berjalan menjadi sangat lambat, seolah jarum jam bergerak dengan malas untuk mengganti waktu.
                Meika menginap di rumah Greel, karna Ia terus menangis hingga matanya bengkak. Ia tak mau jika Ka’ Key malah bertanya tanya kenapa Meika bersedih hati.
“Ini namanya cobaan, nggak semua janji yang dibuat. Bisa berlalu dengan mudah” ujar Greel simpatik.
                Meika diam di jendela, mengukir namanya dikaca ketika embun membias perlahan.
“Cobaan atau memang inilah akhirnya ?” urai Meika
“nggak ada yang berakhir bahkan ketika Kamu bilang semuanya selesai, Meika. Semua cerita akhirnya harus bahagia” kilah Greel
                Gadis itu diam, menelusik dinginnya sore hari yang di timpa hujan. Ia tak berkomunikasi dengan Yuki. saat IM – IM yang dikirim Yuki tak mau di balasnya.
“Aku merasa nggak cukup berarti untuk Dia, Greel” keluhnya
“Dia terus menghubungimu, Temui Dia”
Meika menggeleng lalu kembali menatap hujan diluar sana, dari arah jendelanya.
“Kalo Dia butuh Aku, Dia yang akan menemuiku. Aku terbiasa menemuinya dan Aku selalu menemuinya. Hal itu, sangat membuatku merasa rendah”
Greel menggeleng gelengkan kepalanya.
“Kamu bilang, Cinta nggak butuh Karena. coba deh tanya ke hati Kamu sendiri, Apa tanpa Dia itu rasanya melegakan ? Apa nggak menemuinya itu sangat menenangkan ? Nggak, kan ?! Kamu yang paling kenal diri Kamu sendiri” ujar Greel
                Semuanya menjadi hening saat Meika nggak memberi satupun jawaban atas apa yang Greel katakan.

~~~

“Pacar Kamu, Marah. ya ?” tanya teman teman Yuki. sesaat sebelum Mereka pergi. Yuki menemani mereka sampai ke stasiun Kereta api.
“Dia cewek paling moody. Dia selalu marah dalam banyak hal” ujar Yuki, Ia merunduk lemas.
“Tapi, Kamu nggak minum alcohol, waktu malam minggu itu. Jadi, jelaskan saja padanya” ujarnya.
Yuki tertawa renyah.
“Jangan khawatir, Dia nggak akan ninggalin Aku sendirian. ko” Yuki menepuk pundak temannya itu. Mereka pulang menumpangi kereta api kelas ekonomi.
                Sesaat mereka pergi, Yuki harus kembali ke secret_nya atau malah mencari Meika untuk meminta pengertian. Namun, Telpon_nya tak sekali pun di jawab oleh Meika, membuatnya menekuk lutut di rel kereta api yang sepi.
“Meika, forgive me. please.. I can’t spend time alone” bisik Yuki lirih, menyadari dirinya tak lebih dari Seburuk buruknya Peri Tanah seperti yang Sering disebut Meika.



what Am I to say ?
***
                 Meika terpaksa mengikuti Greel yang lagi ngebet pengen ke cafee online depan Kampus. padahal Greel terang terangan punya computer yang udah pake jaringan WiFi dirumah.
sebuah teori konspirasi tentang Illuminati - Freemasonry yang diam-diam jadi perdebatan untuk dibahas, yakni Depopulation. Program paling mengerikan bila benar” ujar Greel antusias.
“Apa itu, maksudnya ?” tatap Meika, Greel menyeruput ice cendol di transparent glass. lalu sibuk mencari koneksi internet untuk mendapatkan informasi lanjutan.
Depopulation itu kondisi harus menurunkan jumlah penduduk atau tidak ada penghuni sama sekali. kalo bahasa Inggrisnya the condition of having reduced numbers of inhabitants or no inhabitants at all. Jadi menurut konspirasi ini, berarti Pengurangan jumlah penduduk dunia..” terang Greel, Meika pernah mendengar beberapa teori konspirasi yang akhirnya nggak terbukti. Itu sebabnya Ia merasa perlu untuk heran Jika Greel begitu semangat untuk mencari informasi tentang Illuminati – Freemasonry.
“Memangnya the Bilderberg bisa apa untuk melakukan World Depopulation , bukannya itu sulit?” tatap Meika.
“Menurut seorang Dokter di Natural Medicine Advocate, yang telah bertemu dengan salah satu anggota aliran satanic, tentang salah satu cara menjalani program depopulasi ini, yaitu dengan VAKSINASI !!” ujar Greel histeris.
“Merasa termasuk seseorang yang pernah di vaksin, nggak. sih ?” lanjutnya. Meika menggeleng.
“Kayaknya Cuma Imunisasi waktu bayi, deh
Astaga, itu termasuk nggak, ya ?” ujar Greel merinding.
                Ia kembali mendikte artikel di internet untuk ditela’ah.
Mereka berencana mengurangi jumlah penduduk dunia yang kini berjumlah 7 miliar menjadi hanya 500 juta saja. Mereka memiliki pengaruh yang sangat besar dan sangat kuat serta kaya raya dan yang pastinya berhati jahat seperti iblis dan jumlah mereka sangat sedikit, hanya 120 orang saja..”
                Meika mau nggak mau sebagai orang normal ikut bergidik ngeri. “Kira – kira mereka itu kerjanya apa aja, ya ?”
Mereka adalah pengontrol keuangan dunia dan politik dunia. negara mana yang akan makmur, negara mana yang akan miskin, juga dikontrol oleh mereka. Tak itu saja, mereka juga dapat mengontrol negara mana yang akan diperangi, suku mana yang akan dimusnahkan, suku mana yang akan dilindungi, negara mana yang akan ricuh, negara mana yang akan terpecah dan lain-lainnya, juga dikontrol oleh mereka.
Mereka jugalah yang memiliki kekuatan dunia, mereka menguasai industri farmasi dan obat-obatan dunia, mereka yang menguasai perusahaan-perusahaan raksasa dunia mulai dari perusahaan tambang, makanan, minuman hingga media masa di seluruh dunia. Anggota mereka hanya sekitar 120 orang saja, namun begitu kuatnya mereka para pengendali dunia yang terdiri dari para aristocrat…” terang Greel
                Keduanya telan ludah, menyimak layar LCD NetBook milik Caffe online.
“..Beberapa pakar dan peneliti telah membeberkan bukti-bukti kongkrit tentang agenda mereka ini dan hal tersebut bukanlah isapan jempol namun suatu realita dan fakta nyata. Adapun beberapa cara untuk mengurangi penduduk dunia adalah melalui peperangan, membuat orang terinfeksi penyakit melalui vaksinasi, menyalurkan racun yang dimakan di dalam makanan kita sehari-hari, meracuni obat-obatan yang dikonsumsi orang sakit dan juga meracuni minuman melalui saluran air. Bahkan hingga virus-virus yang modifikasi buatan mereka, seperti virus flu babi, flu burung dan masih banyak lainnya. Mereka juga sebarkan kebanyak negara di dunia baik itu melalui makanan dan minuman serta melalui hewan yang diimpor ataupun berupa chemtrails yang disemprot oleh pesawat di udara”
“Ini artikel atau cerita setan setan, sih ? nyeremin” gerutu Greel. Sampai akhirnya mereka menyadari kehadiran satu makhluk di antara keduanya.
                Cowok itu duduk tenang, Ia malah meneguk ice cendol milik Meika yang bertengger di atas meja.
Sebuah teori konspirasi akan tetap jadi perdebatan soal bukti dan kebenarannya. Bagaimanapun, intinya Kita bisa mendapat pengetahuan baru tanpa perlu cemas berlebihan” ujar Cowok itu, Meika menoleh.
“Ka’ Yuki ?” tegur Greel.
Cowok itu tersenyum anggun.
“Ngapain kamu disini ?” ujar Meika kesal.
“Bertemu pacar, memangnya salah ?” tunjuk Yuki ke Meika. Meika menahan senyumnya, Ia menghela nafas panjang.
“Bisa bicara sebentar, nggak ?” pinta Yuki.
“Aku ada kelas kedua, Kayaknya nggak bisa” tolak Meika, Greel menyenggol pundaknya.
Eih, kelas kedua masih setengah jam lagi, ko. Bisa bisa, silahkan saja bicara dengan Meika. Aku juga mau bicara sama pacar Aku di perpustakaan, Ok ? bye..” ujar Greel sembari membopong Netbook di meja kembali ke owner caffe online.
                Meika tertegun, mendapati wajah Greel lenyap di antara orang berlalu lalang di halaman kampus.
Yuki tersenyum.
“Masih marah, ya ?”
“Nggak, Aku nggak ada hak marah sama Kamu” bantahnya.
By the way, pacar Greel penjaga perpustakaan itu, ya?” tatap Yuki. Meika melirik sadis.
“Sejak kapan kamu jadi sok perhatian sama temen Aku ?!”
“Sejak Kamu nggak ngasih kabar”
Meika memangku wajahnya.
“Jujur, Aku bingung mau gimana hadapin kamu, Kamu yang minta ke Aku untuk bantu kamu berhenti. Tapi, Kamu selalu make saat nggak sama-sama Aku. terus yang lebih parahnya, Kamu udah bilang mau berhenti mabok. Tapi, apa yang Aku dapat ? malam minggu kamu pake senang senang bareng temen – temen Kamu. Gila apa Kamu ?!” tadahnya.
Yuki diam.
“Aku kan udah bilang, Aku butuh proses. Nggak secepat yang Kamu bayangkan. Aku berusaha juga ko buat berhenti semuanya. Tapi, Kamu nggak tau kan gimana sakitnya kalo nggak make di saat butuh ? Aku udah ngerasainnya. Dan itu rasanya nggak Enak !” ujar Yuki.
                Meika membuang nafas kesal.
“Kamu nggak terlihat ingin berhenti, bahkan dihadapan Aku”
“Meika, Aku ingin berhenti. Berani sumpah
“Demi Apa ?!” Meika membanting gelasnya.
“Demi K A M U !!!” teriak Yuki nggak kalah kerasnya.
Meika meremas ujung T-shirt sampai mengkerut.
“Demi menyesuaikan dengan Kamu, Demi semua hal yang Aku lakuin sama Kamu. Juga Demi… Aku untuk bisa di terima di keluarga Kamu nantinya. Mama Aku sendiri bilang kalo Aku harus ngaca untuk bisa selamanya sama Kamu. kenapa ? karna Mama Aku saja sadar kalo anaknya ini nggak pantas. Dan Aku berusaha jadikan itu semua, Jadikan Kamu sebagai motivasi Aku. Untuk berhenti make, untuk bisa hidup kayak orang normal. Untuk bisa disebut sebagai manusia, Aku mohon.. Meika, mengertilah” Yuki membuat semua penghuni caffe menatap mereka. Meika terdiam beku dikursinya.

~~~

“Kamu bisa nggak berhenti temenan sama Ewwin ?” tatap Meika, Mereka berada di secret sejak kelas kedua selesai.
Yuki sementara menggoreng telur di dapur rumah pohon.
“Kamu ngomong apa, sih ?”
Yuki membawa piringnya di depan Meika.
“Salah satu cara paling cepat untuk berhenti make narkoba adalah menghindari teman yang make narkoba” ujar Meika.
“Nggak gitu juga kali, Ewwin itu bukan Cuma temen Aku. Dia udah kayak saudara”
“Karna kalian sama-sama tinggal dirumah pohon ?”
“Meika, Aku sama Ewwin itu satu himpunan. mana mungkin Aku nggak temenan sama Dia ? Gila apa ?”
“Atur jarak, aja. supaya Kamu nggak ada implikasi untuk make lagi disaat nggak sama Aku”
“Nggak lah.. Meika. Persahabatan di Himpunan itu kayak benang merah, Kamu nggak akan pernah ngerti. Aku bahkan rela ngorbanin nyawa Aku sekalipun buat persahabatan”
Loyal banget Kamu sama Mereka. memangnya mereka ngasih Kamu apa ?”
“Kebahagiaan” ujar Yuki sembari mengunyah makanannya dipiring, Meika membuang nafas kesal.
“Kebahagiaan ? Memangnya di tempat lain nggak ada ?!”
Ada, Malahan banyak. Tapi, rasanya nggak akan sama. Kamu tau nggak kenapa ?”
“Kenapa ?” tatap Meika
“Karna kebahagiaan itu Kita yang ciptain disini, Bukan di tempat lain. Bukan diluar sana. Tapi, didalam sini” tunjuk Yuki ke jantung Meika.
“Dalam hati” tukasnya, Meika diam menggigit bibirnya.
Oh ya ? dan sekarang Kamu mulai nyadarkan, kalo persahabatan kamu itu akhirnya yang bikin kamu kayak gini”
“Meika, Aku itu udah kayak gini. jauh sebelum kenal mereka. Jadi, jangan salahin mereka. Aku make sejak SMA, Kamu tau nggak kenapa ? karna Aku depresi, Aku malu punya keluarga yang anneh. ada Ibu, Ada Mama Tapi, nggak ada Ayah. Aku nggak punya temen, nggak pernah dekat sama orang. Tapi, disini, mata Aku kebuka. Mereka mau temenan sama Aku, apapun bentuknya Aku. itu yang bikin Aku salut, itu yang namanya persahabatan” kecam Yuki.
“Bisakan, mulai menyesuaikan sekarang ?”
“Maksud Kamu apa ?”
“Aku Cuma Mau, Kamu nggak lagi ngumpul ikutan mabok sama Mereka. Aku mau Kamu mulai ngurus diri, Rapi, wangi atau apapun yang bikin Kamu kelihatan bersih. nggak jorok, nggak berpenampilan kayak gini”
“Kenapa ? Kamu malu punya cowok yang cover_nya nggak menarik ?”
“Aku nggak ngomong gitu, jangan selalu ambil kesimpulan sendiri. Yuki” Meika geram.
                Yuki meletakan piringnya di dapur lalu kembali duduk di depan Meika, melantai sembari membakar rokok.
“Y U K I !!” Joko datang tergesa gesa, sambil meneriakki nama Yuki, Ia berhenti mengatur napas.
“Kamu kenapa ?” tatap Meika
“Kenapa Joko ?”
“Yuki, anak anak berantem” ujar Joko histeris. Yuki menghirup rokok di tangannya.
“Berantem sama Siapa ?”
“Sama himpunan Ekonomi” jawab Joko, Ia spontan melirik Meika, berhubung Meika salah satu anak himpunan Ekonomi.
                Yuki membuang puntung rokoknya, lalu turun dari rumah pohon. Menghampiri ricuhnya suasana di depan fakultas Ekonomi.
“Ada apa ini ?” kecam Yuki, Ewwin melirik sepintas.
Nih, Anak ekonomi cari masalah” ujar Ewwin.
“Siapa yang cari masalah ? kita Cuma bilang kalo rektorat akan menggusur secret kalian. Jadi, sebagian kelas praktek. Nggak ada yang salah kan ?” kilah Hendra, salah satu anak Ekonomi.
“jangan asal meng-klaim, keputusannya kan belum pasti” teriak Ewwin emosi.
“Udah, win. kalian tau dari mana secret kita akan di gusur” Yuki berusaha menahan Ewwin yang emosi.
“Surat edaran” teman teman Hendra melempar kertas-kertas  ke muka Ewwin, Yuki menangkapnya selembar.
                Yuki tertegun membacanya, Ia meremas kertas di tangan dengan geram.
Wah, pada takut tuh penghuni dunia lain. kalo rumah pohon huniannya akan di gusur” terek Hendra.
“Ngomong apa kalian ?” kecam Ewwin.
“Ngomong kebenarannya, terus terang saja. hunian kalian itu nggak layak disebut secret. iya sih secret ? secret rumah nyamuk maksudnya” ujar Cowok yang lain sembari diriuhi tawa anak anak Himpunan Ekonomi.
“Nyari masalah nih monyet-monyet !!” teriak Joko geram
“Apa ? ngomong sama diri sendiri ? Haha” ujar Hendra, Ia menggulung lengan bajunya.
                Yuki tak sanggup menahan emosi, Ia nyaris memukul Hendra. Ia terang terangan menghina Himpunan mereka.
“Yuki, jangan !!” teriak Meika, Ia mengahadang kedua kelompok yang bersitegang itu.
“Meika ? ngapain kamu disini ?” tatap Hendra, mereka satu himpunan dan tak seharusnya ada Cewek disaat para Cowok saling beradu fisik.
Oohg ?? Jangan bilang Kamu pacaran sama Pecundang itu ?” Hendra menunjuk Yuki.
“ka’ Hendra ! apaan sih ?” tatap Meika geram.
Astaga, Meika ? buka mata kamu, liat mereka baik – baik. Mereka nggak selevel sama Kita, baiknya juga Kamu pacaran sama Manusia” Hendra menarik lengan Meika.
                Gadis itu menatap Hendra dengan geram.
“Memangnya ka’ Hendra pikir mereka Apa ?”
“Pikir aja sendiri, memangnya mereka bisa disebut manusia ? rambut gimbal dan kribo. hahg… itu yang namanya mahasiswa ?”
“Ini Idealis ! tau apa kamu soal Kita. jangan mentang-mentang anak Ekonomi bisa disebut modelnya universitas, Apa selama ini kalian pernah bikin prestasi di kampus ? yang lebih bermanfaat bagi orang lain ?” tadah Yuki
“Apa ? Idealis ? tau apa kalian soal idealis ?! memangnya kalian pikir, Ekonomi nggak ada manfaatnya ? hallow makhluk dunia lain… lihat sekeliling anda, memangnya dunia berjalan mundur, apa ? zaman sekarang, Ekonomi keuangan itu sangat di butuhin untuk bantu pemerintah mikir” gertak Hendra.
                Meika menahan lengan Yuki.
“Jangan mulai membedakan proporsi fakultas masing masing, deh ! Kita itu satu universitas, satu missi, seharusnya juga satu pandangan. Kita nggak tinggal di dunia yang berbeda, Kita itu sama-sama di Indonesia. sama-sama sekolah buat bantu bangsa ini maju, bukannya saling mencari kelemahan. hanya untuk memperlihatkan siapa yang paling berkuasa” teriak Meika.
                Yuki diam, semua orang diam. Meika mengatur nafasnya, Ia hampir saja membuat pertikaian makin jadi.
“Hendra ! Aku cukup tau soal perekonomian dunia, fakultas yang bagus. Tapi, jangan pernah ngurus urusan yang bukan urusanmu. kalo kamu nggak ingin cari masalah yang sebenarnya nggak ada, itu Cuma bikin kamu ngurus banyak urusan nanti. ngerti ??” tadah Yuki.
“Kamu nggak perlu nasehatin Aku, nggak butuh !! mendingan kamu kembali ke hutan sana. urus Ekosistem dunia, Alam lagi butuhin super hero, tuh” kecam Hendra.
“Dan Kamu, Meika ?! jangan mengkhianati himpunan sendiri Cuma karna Pacar ! Nggak loyal banget Kamu jadi Anggota” tambah Hendra.
“Aku nggak berkhianat, Aku nggak bela siapapun. Aku Cuma nggak suka kalian bersitegang untuk hal yang nggak ada manfaatnya” ujar Meika.
                Hendra menggulung lengan bajunya, lalu membuang nafas kesal.
“Kita pergi aja, masih banyak yang perlu diperhatikan dari pada habiskan waktu disini” Ia berlalu dengan rombongannya meninggalkan mereka di depan fakultas.
Hahg, mereka pikir mereka siapa ?! sok Manusia, tau apa mereka soal dunia ?” Ujar Joko
“Ini Dia yang bikin Kita nggak ada harganya, Orang yang punya kharisma besar. seharusnya mempertahankan himpunannya. Tapi, apa ? Cuma karna Cewek saja, nyalinya lenyap entah kemana” sindir Ewwin.
                Yuki diam, Ia tahu Dirinya yang dimaksud Ewwin. Semuanya jadi hening, tertinggal Meika dan Yuki disana tanpa kalimat.

~~~

                Beberapa hari setelah kejadian itu, isu mengenai penggusuran belum juga terealisasi.
“Anak anak Mapala mau demo” terang Greel
Meika menoleh.
Secret mereka mau di gusur, Mereka nggak terima” tambah Greel, Meika membalikkan badannya.
“Kenapa nggak terima, coba ? toh, itu tanah milik universitas. Lagian mereka juga di beri tempat baru”
“Meika, kayaknya Yuki juga ikutan demo. deh
Nah, terus ?”
“Memangnya Kamu nggak mau ngeliat Dia ? Kita bisa liat mereka demo dari jalan Arimby, rumah pacar Aku” ujar Greel dibarengi tawa genit.
“Lagian, anak Mapala kalo demo nggak pernah arogan. dijamin Aman” tambahnya.
                Meika menutup wajahnya pake bantal.
“Untuk apa Aku ngeliat Yuki sementara Demo ? Cuma mau liat pake mata kepala Aku bagaimana makan pujinya Dia. Nggak ahk !” tolak Meika.
“Makan puji ??” ulang Greel bingung
“Iya, Dia akan menunjukan sama semua orang, kalo Dia adalah seksi sibuk. Aku nggak suka”
                Greel diam, Ia ikutan memeluk bantal lalu mengambrukan diri di samping Meika.


porpoise romance
***
“Kamu suka cewek dari apanya ?”
Meika membaringkan kepalanya di pangkuan Yuki, secret nggak jadi di gusur. Ruang praktek di alihkan ke lokasi pemindahan secret Mapala.
“Aku suka cewek rambut panjang, itu cirri khasnya cewek” ujar Yuki, jemarinya mengelus lembut rambut Meika.
“Memangnya kenapa kalo cewek rambut pendek ?”
“Anneh aja, kayak cowok jadi jadian”
“Ka’ Yuki, filosofi hidup semua orang kan nggak sama”
“Sejak kapan itu jadi penting buat Kamu ?” tatap Yuki heran
“..Karna, perbedaan itu bikin dunia jadi rame. kalo semua orang sama, nggak akan ada simbolis Bhineka tunggal ika
Iya, memang. Tapi, Aku tetep nggak suka cewek rambut pendek” tutup Yuki.
                Meika bangun dari pangkuannya lalu meraih camera digital dari tas purple_nya.
“Mau, ya ? foto sama Aku” pinta Meika, Yuki menutup wajahnya dengan bantal.
“Hari ini event apa, sih ? Pake acara foto segala”
“Ka’ Yuki, ini tanggal jadian Kita. massa lupa ?!!
                Yuki meletakkan bantalnya. Ia nggak lupa tentang tanggal jadian mereka, Cuma nggak inget aja.
“Nggak lupa, ko. sayang.. oke, Kita foto ya” Yuki mengalihkan. Ia mengutik camera digital dari lengan Meika.
Klikkrezzz….. “Coba liat ? ihh, jelek banget Aku. ulang !!” teriak Meika Iya, wajah kamu Cuma setengah. Aku ulang, nih” ujar Yuki sembari mendekatkan kepalanya.
                Meika menahan cameranya agak ke bawah, Lalu Yuki menekan camera_nya Klikkersszzz……
“Kalo kayak gini, nggak di tau mana yang cewek mana yang cowok” gunjing Meika, Ia memperbesar foto keduanya.
“Kenapa ?” tatap Yuki
Abis, rambut kamu sama panjangnya dengan rambut Aku”
“Kan idealis” jawab Yuki santai.
“Aku sebenarnya nggak suka cowok rambut panjang”
“Tapi, Kamu cinta sama Aku”
“Bisa nggak, sih ? berhenti menyela apa yang Aku bilang” kecam Meika gahar.
“Gini aja, deh. Biar ketahuan mana yang cewek. Aku gunting rambut, lebih pendek dari kamu” ujar Meika lagi.
                Yuki meliriknya sadis.
Kan, Kamu udah tau Aku nggak suka cewek rambut Pendek”
Nah, terus ? kamu juga udah tau Aku nggak suka cowok rambut panjang” kecam Meika balik.
“Kalo Aku nggak mau gunting rambut, gimana ?” tatap Yuki
“Aku aja yang gunting rambut pendek” ujar Meika.
Hey ! enak aja ngomong gitu..”
Nah, terus ? kamu nggak mau ngalah sama Aku”
Yuki menghela nafas panjang
“Ya, udah ! Aku ikut mau Kamu, Aku bakalan gunting rambut” ujar Yuki akhirnya. Meika tertawa lirih.
“Beneran ?” tatapnya
“Iya, Tapi, besok aja, yah ?”
“Harus sekarang ! kalo besok, Kamu bisa dapat alasan baru lagi buat nolak gunting rambut” kecam Meika.
Yuki tertawa.
“Ok ! puass ?”

~~~

                Meika membanting pintu di rumah pohon Yuki, Cowok itu menggeliat kayak cacing yang sangat gelisah.
“Aku nggak kuat, Meika” pintanya berulang kali.
Cewek itu mengunci pintunya, seakan takut kalo ada orang yang akan menemukan mereka berdua.
“Kamu bisa, Kamu udah janji sama Aku, lawan Mereka Yuki, demi Aku” isak Meika.
                Berhenti mendadak dalam pemakaian narkoba membuat Yuki menahan nafasnya, Ia terus menggigil memegangi kedua lututnya.
“Sumpah sakit banget, Meika ! Aku nggak kuat” teriaknya.
                Air mata Meika jatuh dipelupuk. Ia menyalakan kipas angin dengan wewangian aromatherapy di sekitar ruangan.
“Duduk tenang, sayang” Ia membuat Yuki duduk bersila.
“Aku nggak bisa, Meika !”
“Percaya sama Aku, Kamu bisa. Yuki” Meika mendekapnya lirih, Cowok itu terus keringetan tanpa alasan.
                Aroma Chamomile yang di biaskan Meika, diharapkan dapat membuat Yuki relax. Tapi,  yang terlihat malah sebaliknya.
“Aku nggak kuat” Yuki terus memukul punggung dan menjambaki rambutnya berulang kali.
“Tolong, Meika.. panggil Ewwin kesini” pintanya.
“Buat apa ? supaya kamu bisa stokers barang sama Dia ?”
“Dia bukan pengedar, Meika. Dia temen Aku”
                Meika diam, Ia ketakutan saat Yuki makin menggeliat dengan keringatnya yang bercucuran. Gadis itu berlari ke bawah, memanggil Ewwin.
“Kenapa Kamu, Yuki ?” tatap Ewwin kaget.
Ia melirik Meika sepintas lalu merangkul temannya erat.
“Kamu sakaw ?” ujar Ewwin lagi.
Yuki menggeleng sembari memeluk lututnya bersamaan.
“Aku butuh Anpethamin, Aku mau berenti. Tapi, sakit banget, Aku nggak kuat..” teriak Yuki geram.
                Ia menendangi kursi plastik dihadapannya sampai terpantul ke arah Meika, Gadis itu nggak tahu harus berbuat apa. Sementara Yuki terus menahan sakit.
“Berhenti mendadak ? gila apa ?” Ewwin menampik kertas yang berhamburan di rumah pohon.
                Yuki diam, Meika datang memeluknya.
“Meika, maafin Aku” isak Yuki saat Ia bisa menemukan gadisnya lagi-lagi menangis, Meika menggeleng.
Beberapa menit kemudian, Ewwin mengantar Meika pulang. hari itu sudah terlalu sore untuk terus berada dikampus. Ewwin memberi Anpethamin pada Yuki,
                Dalam dunia kedokteran sering dipakai sebagai obat penahan rasa sakit ataupun sebagai bahan pembiusan karena bekerja langsung pada sistem saraf pusat. Efeknya dari morfin adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu dan penglihatan kabur.
“Dia akan baik – baik aja, kan ?”
Ewwin diam di depan pagar rumah Meika. Cewek itu menghapus air matanya.
“Aku nggak bisa bilang, iya” ujar Ewwin. Gadis itu mengangguk, menahan air matanya dipelupuk.
“Cuma heran, ternyata cinta mampu membuat Yuki. ingin menjalani hidup kayak orang normal” lanjutnya. Meika membuang tisu ditangannya.
“Apa menurutmu Yuki bisa berhenti ?” tatap Meika.
“Nggak ada istilah berhenti, yang ada itu istirahat. Apalagi Yuki udah lama make. Kita Cuma bisa bikin Dia mengurangi dosis aja”
“Istirahat ?”
“Iya, tergantung Yuki bisa istirahat sejauh apa. Kalo Dia bisa istirahat selamanya dari narkoba, itu juga belum bisa disebut berhenti. karna masih sangat berpotensi untuk make lagi” terang Ewwin.
Meika mengangguk
“Aku harap Yuki bisa istirahat selamanya, dengan begitu Dia bisa disebut berhenti make narkoba”
Ewwin meliriknya sepintas.
“Kalo boleh jujur, Beberapa hari yang lalu. Aku benci sama Kamu, Meika. tentang perseteruan di depan fakultas ekonomi dan rapat himpunan tempo hari. Aku pikir Kamu sama saja dengan teman – temanMu yang super Waaw itu. Tapi, ternyata Aku salah, Kamu beda Meika. Kamu punya hati yang tulus, bahkan Kamu tetap jadi temen kita. Padahal Kamu sendiri tau kan, begitu annehnya orang – orang kayak Kita ini..”
“Bicara apa, sih ? mendingan nggak usah dibahas. Aku hanya melakukan hal yang seharusnya Aku lakukan, terus Kamu lebih baik pulang ke secret saja. Temani Yuki untuk Aku” kilah Meika, Ewwin tertawa renyah.
“Makasih, udah jadi orang yang baik buat Yuki” ujar Ewwin.
Meika ikutan tertawa. Ewwin menjulurkan tangannya.
Friendship ?” tawar Ewwin.
Meika memperhatikan jemari Ewwin dihadapannya, Ia tersenyum lalu menjamahnya erat.
Sure !” angguk Meika.

~~~

                Meika menggenggam erat gaun yang sementara Ia gunakan dalam pemotretan, Perusahaan Papa yang membuatnya terus menjadi model accecoris Mereka.
Padahal, Meika nggak pernah mau jadi model. Tapi, siapa yang peduli ? nggak pernah ada yang nanya ke Meika, Dia ingin jadi apa.
Hay, Meika ?” tegur seseorang.
                Angin pantai mendesir lirih, menerbangkan rambutnya yang tergerai. Meika menoleh
“Julian ?” tatapnya heran, Cowok itu tersenyum memamerkan keramahan, keramahan yang tidak diharapkan.
“Ngapain kamu kesini ?”
“Aku kan anak client Papa Kamu, wajar donk Kalo Aku ada disini, Kamu dengar mereka membahas tentang Kita ?”
                Kening Meika mengekrut bingung.
“Maksud Kamu tentang Kita, Apa ?”
“Pertemuan malam itu, Orang Tua Kita ingin menjadikan semua ikatan jadi semakin erat. Dengan penghubung Aku dan Kamu” terang Julian.
“Kita dijodohin, itu maksud Kamu ?” tatap Meika gahar.
Julian mengangguk
“Kurang lebih begitu” ujarnya.
                Meika spontan melirik Julian sinis.
“Itu hanya impian Kamu” tandasnya, kemudian Ia berlalu meninggalkan Julian di pinggir pantai.


~~~

“Merasa lebih baik ?” tatap Meika,
Yuki menutup wajahnya dengan bantal,
“Aku paling benci kalo sementara tidur di bangunin, Tau nggak sih ?” kecamnya, Meika tertegun.
“Aku kemari karna khawatirkan Kamu. Tapi, apa yang Kamu bilang ? benci Aku bangunin ? Astaga..” Meika mengeluh.
Yuki menutup makin banyak bantal ke wajahnya.
“Berisik !! keluar saja sana” teriak Yuki.
Fine ! Aku keluar ! Tega banget Kamu sama Aku ! orang lain senang kalo pacarnya datang. Tapi, Kamu malah kebalikannya !” ujar Meika geram.
“Tau, ahk !!” Yuki membalikkan badannya membelakangi Meika. Gadis itu menggeleng, Ia pulang.
                Sepanjang perjalanan Ia tak henti-hentinya mengutuk Diri, teriknya matahari membuatnya berhenti di sebuah shop coffe.
“Kamu, Meika. kan ?” tatap seorang wanita paruh baya.
Meika mendongak.
Tante ? dengan siapa kemari ?” ujar Meika histeris, mendapati wajah Mama Yuki di shop Coffe yang Ia datangi.
“Mama baru pulang kerja. Tadi kesini bareng teman – teman kantor” terangnya, Meika tersenyum.
“Kamu nggak bareng Yuki ? Dia mana, ya ?”
“Dia lagi tidur, Di secret Meika merenggutkan wajahnya.
“Kalian pasti berantem ?”
“Nggak, ko
“Bohong, wajah kamu kelihatan sebaliknya” ujar Mama Yuki. Meika tersenyum.
“Aku Cuma lagi males saja, Besok itu hari ulang tahun Aku. Tapi, kayaknya nggak ada yang peduli, Ma” urai Meika kelu.
“Mama peduli, besok kita buat ulang tahun Kamu” tawarnya.
Hmm ?”
“Iya, Kita bikin barbque di Panti Asuhan. Nanti deh Mama yang siapin, Kamu tinggal datang saja”
“Memangnya nggak merepotkan ? mending nggak usah, deh” kilah Meika.
“Apanya yang merepotkan ? Kamu itu kan anak Mama” pujinya, Meika tertegun. Tak mengira jika relationship yang terjadi di antara Ia dan Yuki, juga membuat keluarganya ikut mengambil peranan.
“Terserah Mama saja lah” Meika menyerah, Ia meneguk capucino di atas meja. Sampai sunset menciut di etalase, keduanya masih  berada di shop coffe.
~~~
                Meika mengenakan blouse dengan mini rok seperti biasanya. Namun, kali ini Ia sedikit mengoleskan Hyper Stretch mascara untuk kesan makin feminism yang sering Ia tekankan.
“Kamu sudah datang ?” tegur Mama Yuki sesaat Meika turun dari mobil. saudara-saudara Yuki, mereka juga berada di taman belakang Panti Asuhan.
“Iya, makasih ya Ma. orang tua Aku saja kayaknya lupa sama hari ulang tahun anaknya sendiri” terang Meika kelu.
“Sudahlah, duduk saja disana sama Yuki. Biar Mama yang handle semuanya disini”
“Biar Meika yang bantu bikin kue tart_nya”
“Memangnya Meika tau ?”
Meika tersenyum lalu tandas menggeleng.
Nggak tau”
Mama Yuki tertawa lirih, Ia mendorong Meika pergi di antara anak anak panti asuhan.
“Kakak, ulang tahun ya ?” tatap seorang Anak kecil, Meika mengangguk lalu mengelus kepalanya.
Iya, Kalo kamu kapan ulang tahunnya ?”
Nggak tau, Aku saja nggak tau orang tua Ku siapa, apalagi hari lahir, ka” Anak kecil itu tersenyum miris.
Meika tertekan mendengarnya, Ia perlu untuk seribu kali bersyukur telah dilahirkan dalam keadaan yang istimewa.
“Kalo gitu, hari ini adalah hari ulang tahun Kita sama-sama, mau ya ?” tawar Meika, Anak kecil itu mengangguk lalu tertawa.
“Ada yang punya teman baru” tegur Yuki, Meika menoleh.
Ia berjalan ke kursi di taman belakang, matahari tak menyengat di hari yang nyaris malam.
“Kamu itu luar biasa, ya ?” ujar Yuki lagi
“Maksudnya ?” tatap Meika heran.
“Tentang Mama Aku, pake mantra apa sampe bisa bikin Dia-
sebegitu sayangnya sama Kamu ?”
“Memangnya waktu Kamu pacaran sama Detha, Mama Kamu nggak sebaik ini, ya ?” Tanya Meika balik.
“Baik, sih. Tapi, nggak seperti ini. kayaknya Kamu yang paling diistimewakan kebanding Aku, padahal secara biologis Aku itu Yuki anaknya, bukannya Meika”
Yee,.. iri, ya ? makanya pelajari manajeman resiko” tandas Meika, Yuki meringis.
“Soal kemarin, Aku kasar sama Kamu. Aku masih berada dalam pengaruh morfin. Tapi, Aku janji akan berhenti make Anpethamin saat butuh barang, Aku berusaha”
Meika diam, menggigit bibirnya lirih.
Ya, udah. Aku paham”
“Jadi, Kita baikkan ?” tatap Yuki khawatir.
Meika mengangguk, memancing senyumnya.
“Happy birthday, ya ? wish U all the best, beibh. sorry, Aku nggak ngasih apapun ke kamu”
“Aku nggak perlu apapun, Aku cukup bahagia” ujar Meika.
“Satu hadiah yang bisa Aku bagi ke Kamu, adalah hal yang selama ini jadi milikku satu-satunya. Yakni keluarga Aku. Kamu bisa menganggap mereka sebagai keluarga Kamu juga”
Meika menahan rona di wajahnya.
“Itu seribu kali lebih berharga daripada Apapun yang selama ini diberi ke Aku, I can’t lie into my self, you always in my mind” bisik Meika.
                Sesaat Yuki mendekatkan wajahnya, memperhatikan sisi gadis itu dari jarak yang Ia sukai. lalu mengecup bibirnya perlahan, menetapkan hati tentang segala hal yang disebut orang sebagai something like fate dalam fallink in love….


justice joke
***
“Tapi, Dia bukan first kiss ku”
“Tetap saja kan, rasanya bikin gelegar di jantung, bisa meledak. trus jantungan.. trus sakit.. trus mati, deh” ujar Greel tertawa. Meika memeluk panda purple di ujung spingbed.
Let see, Penjaga perpustakaan yang bakal sikat Kamu, ntar” sindir Meika, Greel memukulnya pake bantal.
“Udah di sikat, di sambar, dipel atau apalah”
“Serius ?” tatap Meika sangsi.
“Meragukan kemampuanKu ? Kamu Cuma nggak tau aja” ujar Greel dengan bangga, beberapa menit kemudian Handphone_nya berdering.
“Siapa tuh ?” lirik Meika
“ini Pacar Aku, Namanya Gio” terang Greel sembari memperlihatkan LCD Handphone_nya.
“Nah, terus si Penjaga Perpus ? bukannya Dia juga Pacar Kamu ?” Meika bingung, sementara Greel menahan tawanya.
Iya, dua – duanya pacar Aku”
What ? wah,.. parah ini anak” keluh Meika
“Apanya yang parah ? jalani dua sekaligus kan bukan masalah, selama semuanya nggak ketahuan. Dua aja nggak cukup satu” terangnya.
                Meika geleng – geleng kepala, Ia melempar bantal yang tadi di pukul Greel.
“Kamu itu players, Greel”
“Nggak, ko. Aku itu sebenarnya setia, Cuma Aku sering lupa kalo udah punya pacar. Makanya, sering kejebak cinta banyak persegi” bantahnya,
Ampun, nikmati sajalah yang bikin Kamu senang. Aku bingung mau jelasin, soalnya Kamu yang lebih pintar”
“Asal mampu adil, bagi waktu seefisien mungkin” ujar Greel, Ia mengangkat alisnya berulang kali, membuat Meika merinding.
“Memangnya Kamu yakin bisa adil atas keduanya ?”
“Meika, nggak akan ada habisnya kalo bicara soal keadilan. Karna, itu bukanlah hal yang terlihat. Tapi, hal yang dirasakan. Lagian Aku nggak pernah mengaku adil, karna nggak ada keadilan yang sesungguhnya di peradilan manusia” terang Greel
                Ia mulai sibuk dengan waterproof eye make-up remover, sebuah glycerin pembersih rias wajah.
“Mulai deh.. menertawakan keadilan. cari alasan buat lari dari topik, biar nggak diceramahin” tandas Meika.
Greel tertawa
Yah, maklumilah” ujarnya.
                Meika menekan enter untuk NB yang di kasih modus sleep oleh Greel di atas lipatan bedcover_nya.
“Nggak pernah online sejak Aku marahan sama Yuki, sekarang waktunya untuk say hay dunia maya”
“Aku udah temenan sama Detha guid-able Anggara, lihat kronologi Aku, deh” terang Greel dari depan cermin.
“Buat apa ? Dia udah ganti nama Twitt belum, ya ? Aku pernah adu mulut sama Dia soal itu”
“Apa katanya ?”
Nothing, Cuma kayaknya Dia mulai menciut saja. Dia nggak pernah lagi negur atau cari masalah sama Aku, kalo Aku ke secretnya” ujar Meika bangga.
                Ia men-search twit Detha dan namanya sudah berubah, Meika menjerit geram.
“Dia malah Cuma nambahin namanya sama julukan Still, what the fÜÜk !!” Maki Meika.
Greel spontan menghampiri, Ia harus mengamankan NB_nya dari Meika. sebelum cewek moody itu ngamuk ngamuk dan
berniat membanting NB miliknya.
“Detha StillGuidAble Anggara” baca Greel di layar NetBook.
“Memang susah, ya ? bicara sama orang yang nggak ngerti bahasa Indonesia, kayaknya lain kali Aku harus pake bahasa isyarat, deh. Buat si parasitisme ini” keluh Meika.
                Ia membanting dirinya di samping Greel, lalu membuang panda purple yang sedari tadi dipeluknya ke lantai. Greel tak berniat berkata – kata, berhubung Meika itu paling susah mencerna ceramah kalo hatinya lagi kebakaran.
“Cinta itu rumit” bisik Greel
Iya. Tapi, kayak nggak ada cowok lain, Dia kan cantik, yah.. lumayanlah. seharusnya pintar kan buat move on
Shoot ke piramida Bermuda” tawar Greel
“Terlalu bagus, mendingan ke Neverland biar Dia bisa pacaran sama PeterPan” gunjing Meika.
                Greel mengangguk, seakan Dia ngerti bagaimana berkobarnya api didalam benak temannya.

~~~

                Kilauan sunset selalu menjadi masa keduanya bisa bersama, sekan diwaktu seperti itu seseorang menjadi sangat indah untuk terus jadi tatapan.
“Aku nggak mau pergi sosialisasi ? Meika, itu akan jadi topik yang cukup menarik”
“Kalo Kamu cinta ke Aku, nggak usah pergi. ya ?” pinta Meika
                Yuki menggeleng.
“Aku nggak pernah mikir kalo cinta itu bisa bikin Aku mengkhianatin himpunan” kecamnya.
Meika merunduk
“Bukan begitu, Aku Cuma ingin Kamu sosialisasi di dalam kota saja, nggak usah keluar kota” terang Meika kelu
“Nggak mungkin Meika, Aku loyal ke teman – teman Aku. Aku pasti pergi” ujar Yuki.
“Selalu utamakan teman, terus saja begitu. Aku memang nggak bisa pegang peranan yang lebih penting di banding teman Kamu. Lagian, ini suka sukanya Kamu bisa sosialisasi keluar kota, biar terus dekat sama Detha kan ?”
“Astaga, Meika.. Kamu ini kenapa, sih ?” tatap Yuki dramatis.
“Jangan bikin nada penekanan sama Aku !!”
“Aku bahkan belum ngomong apapun”
                Meika merenggutkan wajahnya, Ia membuang bantal yang mengahalangi duduknya di rajutan bamboo di bawah rumah pohon.
“Aku nggak ingin meninggalkan mereka hanya demi cewek. Justru Aku bikin agar keduanya dalam posisi yang sama, yakni sama ukuran perhatian Aku untuk Kamu juga untuk teman…” terang Yuki, Ia meminta pengertian lagi.
“..bukannya milih teman, Meika. Tapi, Aku berusaha agar kalian berdua itu seimbang dalam hidup Aku. Aku harap Kamu mengerti” lanjutnya, Yuki menunduk.
                Meika tetap berdiri membelakanginya, seakan bagian evil dalam dirinya enggan berbagi.


“Aku ngerti, ko” Meika mengalah, Ia menjamah jemari Yuki.
“Memangnya kali ini, sosialisasi apa ?” tatap Meika
Yuki tersenyum, setelah banyak hal yang mereka lalui. Gadisnya itu terlihat jauh lebih dewasa, tidak seperti ketika mereka menjalani segala sesuatunya di awalan.
“Sosialisasi tentang a la environmentalist. lagi gencar gencarnya sekarang kita buat orang sadar untuk mencintai lingkungan”
“Kegiatannya apa, aja ?”
“Banyak, Tapi. Kita lebih ke yang paling simple, seperti hari bersepeda dan penanaman seribu pohon”
Meika mengangguk
“Pencinta alam atau penikmat alam, itu beda. ya ?”
“Tentunya, Selama mereka masih bisa menikmati keindahan alam, mereka tidak akan peduli akan nasib alam..” terangnya
“.. Kalo cinta kan spesifikasinya lebih ke menjaga” tutup Yuki.
“Gitu, ya ? Alasan kamu pertama kali gabung ke Mapala, karna memang cinta lingkungan ?” Meika melirik sepintas.
“Awalnya sih, bukan. Cuma ikut-ikut senior saja, cari tempat gabung yang asik. Tapi, otak Aku kebuka begitu kenal sama Soe Hok Gie” jawab Yuki
“Siapa Dia ? ketua Mapala ?” tatap Meika dramatis.
Yuki tertawa renyah, Ia menghamburkan fony Meika.
Bukan lah,… Soe Hok Gie itu seorang demonstran ternama yang pertama kali mengenalkan Konsep pecinta alam” terangnya, Meika tersenyum renyah.
Ooohh.. Aku baru pertama kali dengar ini”
“Aku punya film-nya, Kalau kamu mau”
“Kayak Dokumenter, ya ?”
“Lebih keren seribu kali dari dokumenter, pemainnya saja Nicholas Saputra” tawar Yuki.
“Boleh juga, Aku transfer flash saja. ya ?”
Yuki mengangguk.
“Mencoba menyukai hal yang Aku minati ?” tatapnya heran.
“Memangnya masih ada pasal senior-junior yang melarang ?”
“Nggak, Aku Cuma suka dengan beberapa pengertian Kamu yang makin dewasa ini, sepertinya Aku berhasil bikin bakat Kamu keluar” ujar Yuki diselingi tawa.
“Belum berhasil, Aku masih setia ke himpunan Ekonomi. ko
“Loyalitas, nih yee” goda Yuki.
“akhir akhir ini, beberapa orang di akun twitter mulai menggeborkan tentang menjaga lingkungan hidup”
Iya, soalnya bumi lagi diserang makhluk climate change. Alias Pemanasan global”
Meika tersenyum.
“banyak, ya ? orang yang hanya mau menikmati alam tanpa mau menjaganya”
Yuki mengangguk, Meika menyandarkan kepala di pundaknya, merebahkan banyak keluh kesah disana.
“Boleh bertanya satu hal, nggak ?” tatap Meika sangsi.
“Mau bikin kesimpulan tentang Aku, ya ?”
Nevermind, Cuma ingin meminta pengecualian”
“Tentang Apa ?” Yuki meliriknya serius.
                Meika menahan nafas panjang, menelusuri susunan pertanyaan yang sudah Ia siapkan dari jauh hari.
“Apa menemuiku di depan kelas masih hal yang tabu, buat Kamu ?” tanya Meika.
Yuki diam, Ia membuang wajahnya.
“Sejak Anak Mapala berselisih paham dengan Anak ekonomi, Kamu nggak pernah mau ketemu Aku didepan kelasKu. selalu Aku yang ke Secret Kamu. Aku Cuma mau tau, Kenapa ?” lanjut Meika.
                Yuki menekan tatapannya beberapa detik sebelum akhirnya menatap Meika sekilas.
“Siapa yang berselisih paham ? Anak ekonomi ko, yang cari masalah, sama Kita” kecam Yuki
“Aku nggak bahas siapa yang salah disini, Aku Cuma ingin Kamu satu kali saja, jemput Aku di depan kelasku”
“Buat apa ? supaya temen – temenmu bisa sibuk menilai Aku, iya ?” kilah Yuki geram.
“Kenapa kamu berpikir seperti itu ?”
“Kamu tanya kenapa ? tanya saja sana sama teman teman kelas Kamu. Aku masih dengan real ingat apa yang pernah mereka bahas tentang Aku, Aku ini punya hati. Meika. rasanya nggak enak dikata katain” kecam Yuki lagi.
“Sejak kapan Kamu peduli tentang apa yang mereka katakan, perasaan sebelum pacaran sama Aku, kamu dengan bangganya masih berpenampilan kayak  gini”
Iya. itu dulu sebelum kenal Kamu. Tapi, itu akan jadi risih begitu ada yang sadari tentang pentingnya menjaga cover. teman teman Kamu kan paling tau bagaimana menangani yang satu itu”
“Tapi, sekarang Kamu jauh lebih rapi. Kamu itu pacar Aku, nggak peduli apa kata orang. memangnya yang bisa bikin Kita bahagia itu, Mereka ? bukan ! Bahagia itu Kita yang ciptain Bukan mereka” ujar Meika.
                Yuki menatapnya prihatin.
“Kamu itu, jauh lebih keras kepala dibanding Aku. ya ?”
“Aku kan udah bilang, Aku itu duplikatnya Kamu. karena Kamu yang ajar bagaimana caranya mengeluarkan bakat dewasa”
Yuki tersenyum, Ia memiliki lebih  banyak pertanyaan di bandingkan Meika. tentang semua hal, tentang kepastian. Tapi, mengurungkan pertanyaan rasanya lebih gampang, daripada mendengarkan pengertian.
“Sebenarnya Aku lebih khawatir ke Kamu” ujarnya
“I’m really well. Don’t worry with anything” kecam Meika.
sure ?”
“iya lah, Kamu udah jauh lebih baik. Kamu nggak pernah mabok lagi, udah berusaha berhenti make, udah gunting rambut buat Aku. Tinggal sedikit pake kemeja dan celana yang nggak robek-robek kayak gini, pasti kelihatan sempurna” tunjuk Meika
“Aku suka celana kayak gini, adem” kilah Yuki
“Memangnya waktu Kamu masuk kelas, Dosen nggak marah. ya ? ada mahasiswa yang penampilannya kayak gini ?”
“Nggak, tuh. Dosen_nya kan Gaul, Kayak nggak pernah muda. aja” Yuki membakar rokok lalu menghembuskannya pelan.
“Kalo rambut gondrong ?”
“Yang kuliah kan otaknya, bukan rambutnya” Ia tersenyum.
“Kamu itu rock and roll banget, sih
Iya ? Aku juga ngerasa gitu, akhirnya ada juga yang ngakuin”
“Jadi, bangga ?” tanya Meika.
“Pastinya. Apalagi, itu Pacar Aku yang bilang” Yuki tersenyum, Ia membuka jendela perlahan.
“Meika, Kamu bahagia sama Aku ?”
“Bahagia” jawab Meika datar
                Yuki menatapnya lalu duduk dengan tenang.
“Aku nggak bisa kasih Dunia buat Kamu. Tapi, Aku akan berusaha mengamankan Alam. Agar Kamu bisa tetap sehat hidup di Dunia..” ujar Yuki.
Meika tersenyum lirih.
“..Aku suka, tiap kali Kamu tersenyum. Aku suka waktu Kamu marah, nangis, ketawa ataupun berdebat sama Aku. Hidup kayaknya jadi rame..” lanjutnya.
“..Suatu hari nanti, Kalo Kamu udah nggak bisa sayang lagi sama Aku. Aku yakin Aku akan tetap ingat Kamu, atau jika Kita akhirnya bukan lagi couple, Aku harap kita masih bisa jadi partner” tutup Yuki.
“Kamu bicara apa, sih ? Selama kita jadi couple, Kita juga masih bisa jadi partner
… Asal kamu nggak cari-cari trouble sama Aku, aja” ancam Meika.
                Keduanya tertawa renyah, Ia menekuk lututnya. mematikan dingin yang sering dibagi angin ke celah rumah pohon.

~~~

“Mau sampai kapan, Kamu menghindari Aku ?”
Julian menjadi orang pertama yang bisa Meika temui dirumah. Ia duduk dengan arogan di sofa, seakan ini rumahnya.
“Ngapain kamu kemari ?” tatap Meika kelu
“Menurutmu untuk apa ? massa mau ketemu ka’ Key ? ya pasti mau ketemu Kamu, lah” ujar Julian santai, Ia berdiri menghampiri Meika di anak tangga.
“Ada perlu apa, lagi ?”
Julian tertawa renyah
“Kamu sekarang jadi sok banget sama Aku, ya ?” ujarnya
Meika diam
“Kamu jangan pura – pura lupa, Kita itu pernah pacaran. Kita pernah saling cinta dan segala hal yang pernah kita lakukan bukan hanya sekedar pelukan dan ciuman” lanjut Julian.
Meika menatapnya kecut.
Syit ! itu tujuan kamu kemari ? gak ada gunanya, anggap saja dulu Kita pernah cinta. Dulu Aku buta, sampai akhirnya nggak bisa liat kalo Pacar Aku itu seorang Lucifer
Lucifer ini yang pertama Kali mendapatkanMu” sindir Julian
                Meika memperhatikan sekeliling, berharap tidak ada seorangpun yang mendengarkan Mereka.
“Aku harap waktu itu Kamu hamil. Karna Aku bisa memastikan kalo Akulah bapak dari Anak itu” kecam Julian
“Jangan bicara lagi, bisa ?”
“Bisa, asal Kita balikan” ujar Julian, Ia tersenyum singkat.
“Kalo Aku nggak, mau ?”
                Pertanyaan Meika, membuatnya geram.
“Memangnya Kamu merasa pantas, untuk dicintai oleh orang lain ? Kamu itu udah nggak ada harganya”
“Aku nggak butuh label harga, Aku juga nggak merasa pantas. Tapi, Aku tau kalo Aku berhak dicintai sama orang lain, dan itu nggak salah..” ujar Meika, Ia berusaha keras menahan air matanya.
“..Aku harus hidup, disaat Aku nggak harus mati. Orang kayak Kamu, Cuma tau menyalahkan. Padahal Kamu yang buat kesalahan..” lanjutnya
Julian menggigt bibirnya sendiri
“Aku tau, Kamu pasti menolak. fine ! Aku yang salah, Aku juga tau kalo mengatakan maaf pun nggak akan bikin Kamu balik sama Aku. Aku masih sayang sama Kamu, Aku nggak tau harus bagaimana lagi..” ujar Julian, Ia merunduk bingung.
                Sesaat Meika malah menjatuhkan air matanya, Julian ikut menangis.
“..Aku nggak ingin merasa bersalah, itu sebabnya Aku nggak mau ngaku kalo Aku yang salah. Aku datang buat menebus kesalahan Aku. Tapi, kayaknya Aku nggak bisa bikin Kamu yakin. Orang tua Kita, sudah menyusun tentang pertunangan Kita. Mungkin Kamu nggak tau soal ini. Tapi, terserah Kamu, Mau terima itu atau nggak” tutupnya. 
            Julian berlalu meninggalkan Meika di anak tangga. Meika tau Julian itu cukup baik, Ia hanya mengikuti apa yang menurutnya benar. Sampai nggak bisa membedakan mana yang akhirnya bisa membahagiakan ataupun malah menyakiti Orang lain.



reckless pleasant
***
Ka’ Key mengetuk pintu kamar Meika berulang kali.
“Kenapa, ka ?” tatapnya
“Kamu yang kenapa, ini jam makan malam. Kenapa dari tadi nggak keluar kamar ?” kecam Key.
                Meika berlalu ke kamarnya, memaksa Key ikutan masuk. Ia duduk di pinggir spingbed.
“Nggak laper”
“Lagi ada masalah, ya ?” tatap Key khawatir
Meika menggeleng “Nothing
“Kamu nggak kelihatan baik – baik saja”
                Key terus memperhatikan, Memaksa Meika menoleh.
“Kakak tau nggak, apa yang sementara di bahas Papa sama Mama ?” tanyanya
“Maksud Kamu ?”
iya, ini tentang om Hundy dan anaknya”
Oh, pertunangan kalian ?” ujar Key, seakan kabar itu sudah lazim. Meika tertegun.
“Kakak tau soal ini ? kenapa nggak kasih tau Aku, sih ?!”
“Kakak pikir Meika udah tau, bukannya kalian memang pacaran ?”
Iya. Tapi, itu udah lama. sekarang nggak lagi” terang Meika
Waah, bisa jadi jembatan CLBK, donk” godanya
“Nggak lucu ! Aku udah nggak suka sama Dia, ka” keluh Meika, Key menghentikan tawanya.
“Memangnya kenapa ? Julian anaknya baik, ko. Dia akrab juga sama Kakak” komentarnya.
“Meika, terlanjur sakit hati. ka”
Key mengangguk
“Berarti jadi masalah, donk
Ya iyalah, Julian yang nyakitin Aku” ujar Meika.
                Key mengangguk angguk lagi, seakan Ia paham apa yang membuat Meika nggak nafsu makan.
“Menurut Kakak, Papa mau nggak ya ? batalin pertunangan Aku sama Julian ?” tatap Meika dramatis.
“Nggak gampang”
“Itu Dia masalahnya” keluh Meika
“Lagian, Om Hundy itu client Papa. Papa pasti terpukul sekali kalo dengar Kamu nolak, itu akan ngefek ke perusahaan”
                Meika diam, Ia bisa saja mendadak depresi karna semua tuntutan ini. Bagaimana dengan Yuki ? apa yang akan terjadi dengan semua impian mereka, Ia tak mau memikirkan segalanya dalam sepaket.
“Tapi, Papa pasti ngerti kalo Kamu nolak karna udah punya pacar” lanjut Key
“Meika, sebenarnya udah punya pacar. sih
Key menoleh
“Yang benar ? bagus donk. Kalo Meika punya pacar, Papa pasti nggak akan maksa – maksa Meika bertunangan sama Julian” terangnya.
Meika mengangguk, Ia tersenyum lirih.
“Menurut Kakak, begitu ?”
Ya iyalah, Cinta itu nggak bisa di paksain. Papa paling ngerti tuh soal Cinta” Key menahan tawa.
Meika tersenyum, Ia sempat lega kalo Papa memberi konswekuensi seperti itu. Tapi, Kalo Papa tau pacar Meika masih anak kuliahan juga, itu yang akhirnya jadi boomerang.
“Makasih, ya. Kak” ujar Meika
“ya udah, kenalin gih Pacar Kamu ke Papa. Trus bilang kalo Kamu nggak mau di jodohin sama Julian, Papa pasti ngerti”
Meika mengangguk.
“Kita makan, yuk ?” tawarnya
“Iya, deh” Meika menyerah.

~~~
Ya tinggal kenalin, aja” aju Greel
“Kamu enak, tinggal ngomong kayak gitu. yang mau dikenalin ini yang susah” gerutu Meika.
                Greel menoleh, Ia menyiram susu ke cerealsnya.
“Kenapa ?”
“Aku belum bilang masalah ini ke Yuki”
Ya, tinggal bilang aja. Apa susahnya sih ngomong”
“Kalo Yuki nggak mau datang ke rumah Aku, gimana ?” tatap Meika khawatir.
“Artinya Dia nggak sayang sama Kamu”
Ko, gitu ?” Meika tertegun
“Kan Kamu mau di jodohin sama Julian, Kalo Dia nggak mau ngaku sebagai pacar kamu ke Bokap. itu artinya Dia nggak serius sama Kamu., Lagian semua ini bagus, ko. Sekalian cari tau aja, Yuki itu sebenarnya serius nggak sama Kamu” terang Greel, Meika merunduk lesu di kursi.
(bersambung ke Part 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar